Seorang pelayan wanita membawa sebuah nampan berisi makanan untuk Ethan. Membuka pintu kamar tamu yang menunjukkan seorang lelaki duduk termenung dengan pandangan kosong di matanya, seolah tidak ada sinar harapan dari sorot mata.
"Ethan, kau harus makan dengan baik dan segera sembuh".
Ethan diam tak berkutik "Ethan, ada apa dengan mu?. Apakah ada yang terasa sakit?".
Menggeleng pelan "Tidak" dengan suara lemah.
"Apa yang terjadi padanya?".
Melirik area leher "Kalau tidak salah dia memakai kalung, kemana kalung yang biasa dia pakai?".
"Apa kau melepas kalung mu?".
Ethan yang akan menyendokkan makanan ke dalam mulutnya terhenti, ia diam tak bergeming hingga menitikkan air mata.
"Ethan?!, apa ada yang sakit?".
Sesenggukan "Kalung ku...".
"Tenang dan jelaskan pada ku apa yang terjadi" mengusap punggung mencoba memberi ketenangan.
Merogoh bawah bantal dan membuka sobekan kain "Tuan menghancurkannya, padahal ini pemberian Ibu ku" jelasnya terisak.
Fenya menatap iba "Sepertinya kalung ini sangat berarti baginya".
"Tenang Ethan semua akan baik-baik saja" memeluk dan mengusap punggung, Ethan terisak di pelukan Fenya.
Keluar membawa nampan berisi alat makan yang kotor, setelah menangis lumayan lama akhirnya Ethan memakan makanannya meski dengan sesekali sesenggukan dan kini tertidur.
"Kasihan sekali Ethan, padahal hanya perihal kalung kenapa Tuan sampai menghancurkannya?".
Fenya berpapasan dengan Sylion di lorong "Saya memberi salam pada Tuan Sylion".
Menatap nampan di tangan Fenya "Dia sudah makan?".
"Sudah Tuan, Ethan juga meminum obatnya dan sekarang tertidur karena terlalu lama menangis".
"Selain lemah dia juga cengeng" gumam Sylion pelan.
Sylion pergi ke kamar tamu di mana Ethan berada, mata tajam menatap mata yang terpejam. Mata sembab dan bekas air mata di pipi yang mengering terlihat jelas, matanya melirik sebuah kain yang di ikat kecil. Tangannya meraih kain dan membukanya.
"Jadi kau menangisi kalung ini?. Cengeng sekali".
Sylion keluar dan pergi ke ruang kerjanya, sebelum duduk di kursi terlebih dahulu ia membuang kain yang ia ambil dari Ethan saat tertidur.
Duduk diam mengumpulkan kesadaran yang melayang setelah tertidur beberapa saat, merasa kesadaran yang sedikit demi sedikit kembali mencari-cari di mana kain yang ada di dekatnya. Jantungnya berdetak cepat saat tidak melihat barang yang di cari, membuka selimut bahkan bawah bantal sama sekali tidak ada.
"Di mana kalung ku?".
Kakinya berjalan kesana kemari ke setiap sudut yang terlihat maupun tidak untuk mencari kain berisi kalung berharap menemukannya, mulai kembali menangis saat tidak ada di manapun.
Memegang rambutnya dengan kedua tangan "Hanya serpihan kalung yang sudah hancur apakah di ambil juga?".
Fenya yang membuka pintu melihat Ethan berdiri dan menangis kaget "Ethan, ada apa?".
Berlari mendekati Fenya dan memegang bahu "Fe-Fenya, apa kau melihat kain yang ku tunjukkan pada mu?".
"Tidak, sebelum tidur ada di dekat mu. Kau memegangnya sampai ketiduran".
KAMU SEDANG MEMBACA
I Got You
WerewolfTidak pernah terpikir pun oleh ku, nasib malang yang menimpa diri ku. Keluarga ku di kenal dengan keluarga yang kuat, ayah dan ibu ku adalah pembunuh handal yang sulit untuk di temui apalagi meminta jasa membunuhnya. Kakek ku yang kepala keluarga se...