Part 24

807 65 5
                                    

Nafas memburu tak beraturan terlihat dadanya kembang kempis, rasa takut menyertai setiap langkah larian yang di ambil. Ethan berhasil melarikan diri dengan menyusuri hutan yang begitu lebat dan gelap, takut jika pengawal mengetahui pelarian yang ia lakukan.

Sebelum melarikan diri sesuai kesepakatan ia membantu Fenya membuat kue kering dan diam-diam mengambil sebilah pisau sesuai rencana, hal lainnya adalah mengambil penjepit rambut Fenya tanpa sepengetahuannya untuk membuka rantai.

Ini bukan perkara sulit mengingat saat kecil sudah sering bermain membuka kunci dengan penjepit rambut bersama saudaranya, siapa sangka akan berguna di saat seperti ini. Bohong rasanya jika tidak ada rasa takut, justru sebaliknya ia sangat takut jika Tuannya yang sangat kejam itu tahu dia kabur.

Berbagai macam angan-angan berlarian di kepalanya, mungkinkah dia akan langsung di bunuh saat tertangkap?. Sebelum hal itu terjadi ia harus bersembunyi dengan baik bersama Rion. Tentu saja, tempat Alphanya berada adalah tempat yang aman untuknya.

Ethan yakin bahwa Rion akan melindunginya, mungkin saat itu Rion salah paham dan marah. Ia akan mencoba menjelaskan apa yang terjadi pada Rion sekarang, setelah berlari cukup lama akhirnya menemukan jalannya untungnya tidak ada hewan buas di hutan sebelumnya ia cukup yakin banyak hewan buas yang berkeliaran.

Menengok kanan kiri, ada sorot lampu mobil yang mendekat. Ia lambaikan tangan mengisyaratkan untuk berhenti, beruntung mobil itu berhenti dan bertuliskan taksi. Tanpa menunggu lama ia masuk ke dalam.

"Apa Anda bisa mengantar ku ke Jinan?".

"Apa kau yakin tidak ingin pergi ke rumah sakit lebih dulu?" Tatapan nanar terarah pada Ethan yang memiliki banyak bekas luka.

"Tidak, tolong antar saya ke Jinan".

Supir taksi hanya menuruti tujuan penumpangnya meski sedikit kasihan melihat tubuhnya yang putih penuh bekas luka.

"Rion, ku mohon percayalah pada ku. Aku tidak melakukan apapun saat itu".

Meskipun memakan waktu akhirnya sampailah ke Jinan di mana mansion Rion berada.

"Kenapa aku bisa lupa dengan membayar taksi?, aku kan tidak punya uang. Dengan kalung ini?".

"Kita sudah sampai".

"Paman, aku tidak punya uang bisakah aku membayar mu dengan kalung ku?".

"Bagaimana bisa kau naik taksi tidak membawa uang?".

"Anda bisa menjual kalung saya" melepas dan memberikan.

"Kristal ini memiliki tampilan yang indah sepertinya ini memiliki nilai jual yang tinggi".

"Baiklah, kalau begitu aku akan menerimanya".

"Ada untungnya juga anak bodoh ini tidak punya uang".

Langkahnya dengan cepat mendekati mansion Rion, melihat pengawal yang ada di depan gerbang.

"Bisakah kau membuka gerbangnya?".

"Tuan Ethan?" Kaget.

"Apa Rion ada di dalam?, aku harus bertemu dengannya sekarang".

Kedua pengawal yang menjaga gerbang saling bertukar pandang bingung, akhirnya mereka tetap membukakan pintu untuknya. Segera ia melangkah masuk dan meneriakkan nama Rion serta melangkah ke kamar mereka dulu.

"Ethan?" Rion yang memakai tuxedo putih terkejut melihat Ethan di depan kamarnya.

"Rion" segera ia memeluk tubuh Rion, merindukan pelukan hangat pria di depannya.

Pelayan maupun pengawal yang melihat membulatkan mata terkejut dan mengalihkan pandangan bersikap seolah tak tahu.

"Apa yang kau lakukan di sini?".

I Got YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang