"Kami memberi salam pada Dewi yang Agung cahaya yang menerangi kegelapan" seluruh elf menyambutnya.
"Apa yang terjadi?".
"Dewi, Anda harus melihatnya sendiri".
Alberich menuntun jalan di suatu tempat yang tenang, meskipun pertama kali berada di tempat ini rasanya tidak asing.
"Kegagalan panen" Lunar memberitahu.
"Apa maksud mu dengan kegagalan panen?".
"Ku rasa kau harus melihatnya sendiri".
"Silahkan masuk Dewi. Hanya Anda yang bisa masuk" Alberich mempersilahkan masuk pada satu pintu di ruang hampa ini.
Membuka pintu dan hanya ada tempat kosong yang tenang, penampilannya berubah layaknya seorang Dewi. Seperti mimpi Ethan berada di sebuah pedesaan, banyak sekali orang-orang yang sedih bahkan menangis.
Berjalan mendekat pada seorang petani tua yang menangis tersedu-sedu dan matanya melihat hasil panen banyak yang rusak, tubuhnya berpindah ke kota besar di mana berita menyiarkan harga pangan yang melonjak tinggi.
Melihat seorang Ibu dan anak yang menahan lapar karena mahalnya bahan pangan.
"Apa ini?".
"Masa depan" Lunar berdiri di sampingnya.
"Kenapa bisa seperti ini?".
"Kesuburan tanah menurun karena mate kita mendominasi dunia untuk menghukum makhluk di bumi dan membuat keseimbangan condong kearah kemalangan. Akibatnya membuat makhluk di dunia di landa kegagalan panen besar-besaran".
"Kita harus mencegahnya!".
"Sebagai Dewi kita bisa saja, tapi untuk sekarang ada resikonya".
"Resiko?".
"Kita harus tidur dalam kurun waktu yang lama".
"Berapa lama?".
"15 tahun, kita harus tidur selama 15 tahun".
"Kita bisa menghentikannya sebelum terlambat!. Kita hentikan hal ini sebelum terjadi".
Lunar diam tak menjawab "Ethan. Sepertinya kau tidak tahu hal ini".
"Hal apa?".
"Lihatlah ini baik-baik".
"Huh?".
Dengan cepat berpindah pada tempat lain, Ethan kebingungan di tempat mereka berada. Ini seperti galaksi yang sangat luas, meskipun ada jutaan titik cahaya tetap saja kegelapan menyelimuti semua tempat tanpa terkecuali.
Dahulu kala inilah saat awal di mana Holocaust tercipta, menyelimuti dunia dengan kegelapan. Penderitaan, ketidakadilan, peperangan, permusuhan, dan kepedihan menelan semesta. Holocaust duduk di tahta puncak kekuasaan.
Membangun pusat kegelapan di Gloom dan tempat tinggalnya, setiap saat menyaksikan penderitaan dan pertumpahan darah yang terjadi menjadi hiburan bagi Holocaust. Semua orang berharap penderitaan yang terjadi segera berakhir tapi saat Holocaust mengetahui harapan seseorang seperti ini ia akan langsung mati.
Membelah dua kaum di dunia untuk saling membunuh dan membenci menciptakan peperangan, sampailah semua itu berakhir saat turunnya Dewi yang memiliki bulu seputih salju dan bermata biru laut.
Menyirnakan penderitaan dunia dan membawa perdamaian serta kemakmuran, semua orang berpaling memuja Dewi yang Agung. Holocaust yang mengetahui makhluk yang tidak memujanya lagi sangat marah dan bertekad membunuh sosok yang rumornya seorang Dewi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Got You
مستذئبTidak pernah terpikir pun oleh ku, nasib malang yang menimpa diri ku. Keluarga ku di kenal dengan keluarga yang kuat, ayah dan ibu ku adalah pembunuh handal yang sulit untuk di temui apalagi meminta jasa membunuhnya. Kakek ku yang kepala keluarga se...