Prakata Penulis

8 3 0
                                    

Sejak dulu, aku merasa gak punya masalah khusus dengan yang namanya kegagalan, Sampai seiring berjalannya waktu, aku semakin dewasa dan tersadar kalau kegagalan terus mengekor kemana pun kita pergi sampai sungguh, itu buat aku muak. Semenjak gagal masuk univ dan jurusan impianku, aku membuat keputusan besar untuk menjeda satu tahun studiku.

Dalam keputusan untuk menjeda itu, banyak perjalanan panjang yang isinya didominasi oleh kegagalan. Sampai pengalaman itu menuntut aku untuk menerima ... menerima kenyataan kalau kadang arah hidup kita gak perlu sama dengan yang lain karena sungguh---hidup bukan perlombaan. Aku juga belajar menerima kenyataan kalau kadang kita memang 'gak cukup' untuk sesuatu yang kita mau, menerima kenyataan kalau kegagalan akan selalu ada di samping kita---ikut berjalan kemana pun garis waktu membawa. Sampai akhirnya aku paham bahwa kegagalan itulah teman kita, bagian dari diri kita.

Dalam tahun penjedaan itu juga aku mulai berani untuk kembali melakukan hobiku, yaitu menulis sesuatu tanpa memikirkan 'ketakutan untuk dihakimi,' seperti yang aku rasakan sebelumnya. Namun, kadang aku terlalu dibutakan dan dibelenggu oleh keinginan untuk menulis sesuatu yang 'wah' di saat aku hanya manusia kecil yang imajinasinya tak seluas semesta, tapi mimpinya setinggi langit.

Akan selalu ada kerinduan tersendiri untuk bisa menulis cerita yang hangat dan menyenangkan---berharap juga bisa menggerakan dan menolong seseorang. Cerita soal Ha dan Juni mungkin hanya cerita remaja biasa dengan imajinasi liar yang aku punya, tapi aku berharap cerita ini bisa menjadi rumah yang menenangkan untuk siapa pun kamu yang membacanya. Semoga suratan kecil yang aku sisipkan di dalam ceritanya bisa membantu dan membekas untuk siapa pun yang membacanya.

Salam hangat,

Eva.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang