Sejak pagi, ada perasaan yang mengganjal dalam hatinya. Seolah ada segores luka menganga yang membuat hatinya sakit.
Happy birthday, Juniper Anastasia! Today is a good time to take a risk!
HBD, Jun! Moga kedai makin lancar, ya!
Selamat ultah, Juni! Ditunggu undangannya, ya!
Selamat HBD juragan Ruang Rasa!
Dua puluh tujuh. Sudah dua puluh tujuh tahun dan aku masih idiot, katanya pada diri sendiri.
Jun, sadar diri.
Juni berjalan menyusuri jalan raya ibukota yang kurang ramai dari biasanya. Entahlah, ia berasumsi itu karena konser Alpha Echo, yang bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Matanya lurus memandang jalan raya, restoran yang masih sibuk melayani pelanggan, pejalan kaki yang kelelahan dari kantornya, semuanya sama—meski ini hari ulang tahunnya, dunia tetap berjalan seperti biasa.
Juni hanya berharap ada orang-orang kesayangannya di hari ini. Setidaknya Ela, tetapi ia sibuk dengan konsernya. Juni pun tak berharap pada kehadiran Ha, atau keluarganya malah—melihat kehadiran mereka di ulang tahunnya hanya akan jadi angan-angan tanpa terealisasi.
Ponselnya bergetar di tas tangan butut pemberian Vian di ulang tahunnya 3 tahun lalu.
Bapak.
"Halo, Pak?"
"Nak? Aduh maaf bapak seharian antar bos ke sana kemari sampai nggak telepon kamu."
"Tumben? Nggak papa, Pak. Juni paham Bapak sibuk."
Juni mencari-cari tempat duduk dan mendaratkan bokongnya di kursi taman.
"Selamat ulang tahun ya, Nak."
Senyuman lebar terbit di wajah Juni.
"Bapak nggak bisa kasih banyak. Uangnya kamu pakai beli apa aja yang kamu mau, ya ...."
Juni tertegun bersamaan dengan notifikasi transfer uang atas nama Tora muncul di layar ponselnya.
"Yaampun, Pak—"
"Jangan menolak ...."
"Hmmm ... iya, makasih ya, Pak."
"Sama-sama. Mau dengar cerita nggak?"
Juni tergelak. "Cerita apa? Cerita aja kali, Pak. Nggak usah bertanya dulu."
"Tadi pagi ... Mamamu bangun pagii banget. Tau nggak dia ngapain?"
"Ngapain?"
"Dia buat kue ulang tahun kamu, Nak ... dia bawa ke arisan, bagi-bagi sama kawan-kawannya sambil bilang Juni sekarang dua puluh tujuh tahun, di Jakarta lagi buka kedai. Waktu pulang Bapak tanya kuenya masih sisa nggak? Karena masa Bapak melewatkan kue yang dibuat sampai tangannya kena luka bakar oven. Terus Mama cuman cemberut di ruang tengah, katanya nggak ada yang makan kuenya, Nak. Mamamu bilang bahkan kuenya nggak kesentuh sama sekali, dia sedih sekali. Dia pulang bawa kotak kuenya yang masih utuh padahal dia mau bagi-bagi karena hari ini ulang tahun kamu. Bapak sedih lihatnya ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Teen Fiction"Bagi sebagian orang, mereka hanya perlu mendaki dua atau tiga kali untuk sampai ke puncak. Namun, untuk sebagiannya lagi-mereka perlu mendaki berkali-kali sampai patah kaki, sebelum akhirnya bertemu dengan puncak itu." - Juniper *** Ini tentang Jun...