Penantian Abu-abu

2 1 0
                                    

Music: Ceilings - Lizzy Mcalphine

Ruang tamu itu lengang kurang lebih 1 jam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruang tamu itu lengang kurang lebih 1 jam. Ela masih memaku tatapannya, lekat-lekat pada foto polaroid keramat yang ia temui di diari Juni.

Ela percaya takdir bisa diubah, Ela juga percaya tidak ada yang mustahil, tetapi ia juga percaya segala sesuatu berjalan dengan cara yang masuk akal juga realistis. Sekarang pertanyaannya, apakah gadis macam Juniper Anastasia bisa tinggal satu atap dengan member boyband terkenal dan setampan Hael Ivalo? Apa itu hal yang masuk akal dan realistis?

Bahkan angan-angan terliar Ela tak berani membayangkannya.

Membayangkan keduanya makan bersama di ruang makan sederhana itu. Membayangkan Ha tidur di lantai, sedangkan Juni di kamarnya. Semuanya terlalu tidak realistis dan tidak masuk akal.

"La? Lo udah melamun dan diam kurang lebih satu jam setengah." Juni menoleh pada jam dinding yang menunjukan pukul 10 malam.

Mata Ela masih menatap foto polaroid tanpa berkedip. Juni duduk dalam kecemasan memprediksi murka sebesar apa yang akan datang dari Elaila Tesabela.

"La? Setidaknya lo ngedip ... gue takut, nih." Juni mengipas-ngipas tangannya tepat di depan Ela.

"Aishh, gue nggak nyangka lo bakal speechless se-speechless ini. Ini terlalu speechless untuk lo yang jarang speechless, La ...."

Suara jangkrik terdengar.

"La!" Juni mulai mengguncang tubuh kawannya. "Please, jawab!"

Ela macam patung yang tengah menatap polaroid, Juni bahkan bisa memperkirakan ini akan berlangsung sampai besok.

"Arghhh! Sadar, dong, La!"

"La!"

"Elaila Tesabela!"

"Lo katanya ma—"

"DIEM!"

Mulut Juni disumbat pakai tisu. Ia melotot terkejut melihat Ela bergerak lagi.

"Mmm, o-oke."

Ela menatap Juni penuh interogasi. "Licik juga lo, ya. Selama ini tinggal sama top lima cowok terganteng se-Indonesia, tapi lo nggak ada cerita sama gue!"

"Lo sadar nggak kalau gue fans berat Alpha Echo! Lo takut gue makan dia makanya lo nggak mau kasih tau? Oh, oh! Atau lo takut gue culik Ha sebagai sandera terus gue minta tebusan ke keluarganya? Oh, atau lo takut gue lakuin hal aneh-aneh kalau dia ada di sini?!"

Juni tersenyum canggung seraya menggaruk tengkuk. "He he he, bu-bukannya emang itu yang bakal lo lakuin, ya?"

"HA? BERANI LO JAWAB GITU?"

"GUE CUMAN BICARA FAKTA! GUE TAU LO BAKAL RIWEUH KALAU TAU HAL INI!"

"LO–LO TINGGAL DUA BULAN SAMA DIA, JUN! LO MEMPREDIKSIKAN APA, SIH, SAMPE NGGAK MAU GUE TAU?!"

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang