Music: Brian Melo - All I Ever Wanted
"Gue bisa sendiri."
"Bukan masalah lo bisa sendiri atau enggak, ini soal gue yang mau bantu meringankan kerjaan lo." Kallias sibuk mengeringkan rambut Juni yang basah setelah mandi dengan air hangat.
Jakarta masih diguyur hujan deras, Kallias tak punya pilihan lain selain menetap sebentar di rumah Juni. Keduanya tepat di depan cermin yang terletak di sebelah dispenser. Juni duduk di kursi makan sambil menatap dirinya dalam pantulan cermin, sedangkan Kallias sibuk mengeringkan rambut gadis itu.
"Jadi mulut lo masih mau terkunci, nih? Lo masih gak mau cerita kenapa lo tiba-tiba nangis tadi?"
Juni menggeleng.
"Ok."
"Cuman tetap, ya, Jun. Kapan pun lo butuh seseorang, gue di sini buat lo. Lo mau nyuruh gue nerjang hujan, mau lo nyuruh gue manjat tebing—gue datang kalau lo emang butuh."
"King of drama."
"Analogi itu. Maksud gue lo gak perlu sungkan gitu, loh. Gue tau Ela terlalu sibuk sama dunia kepenulisannya, makanya lo jangan sungkan sama gue yang luntang-lantung gak ada kerjaan, selain bantu-bantu lo."
"Gue jadi merasa bersalah, nih, lo ngomong gitu."
"Ngapa merasa bersalah?"
"Kayak dunia lo berputar di gue aja gitu rasanya."
Memang, Jun. Kallias hanya tersenyum dan meletakan pengering rambut itu ke tempatnya. Memang dunia gue berputar buat lo.
"E-eh udah?"
"Udah, lah. Keenakan ya lo."
Juni tergelak.
"Kenapa, sih, lo tiba-tiba ada di kafenya?"
Kallias berhenti dari aktivitasnya sejenak, menghela napas kemudian menghadap Juni sambil tersenyum. "Lo kehujanan di luar sana, dengan kondisi lo yang lagi gak oke kayak gini, lo pikir gue mau biarin lo di luar sana sendirian?"
"Oh, jadi ceritanya lo lagi melakukan amal baik sama bos lo?"
Raut muka Kallias berbuah drastis. Hubungan bos-karyawan ini membuatnya muak lama-lama, tetapi hanya ini satu-satunya cara bersama Juni setiap hari. Meski penantiannya dua tahun tak kunjung berbuah manis.
"Nih, minum."
Susu jahe merah. Juni tersenyum karena ini menu yang sering ibunya buat acapkali Juni kehujanan.
"Gimana lo tau kalau gue suka minum beginian?"
Kallias tak berkutik, ia berjalan ke ruang tengah, menggendong Forsythe—anjing beagle pemberiannya untuk Juni yang sedang tertidur nyenyak sambil menggerak-gerakkan telinga tiap kali nyamuk datang. Juni menyusul, duduk di kursi yang berbeda.
"Jun, menurut lo ... sesuatu yang jauhnya seperti bintang bisa kita gapai, kah?" tanya Kallias sambil mengelus bulu-bulu Forsythe.
Pertanyaan Kallias membuat wajah Hael Ivalo datang lagi dalam pikiran Juni tiba-tiba. "Maksudnya?"
"Kalau gue bukan seorang pangeran, apa bisa gue mendapatkan seorang putri?"
Tangan Juni meremas sofa. Matanya kosong menatap ubin yang dingin.
"Kenapa lo nanya gitu?"
Karena pertanyaan Kallias terdengar seperti sindiran.
Hari ini semesta sengaja memberinya banyak memori terulang tentang Ha, bahkan pertanyaan ini terasa menyudutkannya.
"Ah, nggak. Kaki lo—" Lelaki itu menyentuh telapak kaki Juni dan mengangkatnya ke atas sofa. "Dingin," kata Kallias bersamaan dengan mata mereka saling bertemu dalam jarak yang terlalu tipis.
Karena bintang yang nggak tergapai itu lo, Jun.
Kallias masih diam menatap sepasang mata hitam pekat yang setiap hari menghantui tidurnya. Bangsat, kah, Kallias kalau tiba-tiba mencium bibir ranum itu dan menghancurkan pertemanan mereka.
Banyak harga yang harus dibayar kalau gue egois, Jun. Cuman perasaan gue nggak bisa terus tertahan.
Karena melihat Juni menangis, melamun, kosong selama sebulan lebih menyiksanya berulang kali, membuatnya frustrasi karena ia tak bisa melakukan apa-apa selain berdiri di sampingnya di saat Kallias bisa menjadi sosok yang paling diandalkan untuk Juni repotkan, bahkan kalau harus menemaninya 24 jam. Kallias bersumpah ia sanggup.
"Hujannya udah reda, lo nggak mau pulang?"
***
Diketik 559 kata, meski dikit, bagiku ini momen bahagia buat Kallias dan harus dituliskan:)
Kalian tim Kallias atau Ha?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Fiksi Remaja"Bagi sebagian orang, mereka hanya perlu mendaki dua atau tiga kali untuk sampai ke puncak. Namun, untuk sebagiannya lagi-mereka perlu mendaki berkali-kali sampai patah kaki, sebelum akhirnya bertemu dengan puncak itu." - Juniper *** Ini tentang Jun...