"Juni, what if I go?"
Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Ha.
"It's okay," jawab Juni. "Seharusnya kamu gak perlu pakai 'what if' cause it's gonna happen anyway ... he he he." Pundak Juni bergetar waktu terkekeh, Ha yang masih bersandar di pundaknya bisa merasakan itu.
"Iya, that's going to happen."
"Mungkin ... akan ada perasaan sepi kalau kamu benar-benar pergi."
Ha mengangkat kepalanya dari pundak Juni. Senyuman hangat terbit di wajahnya. "Say it again."
"Karena biasanya aku makan ditemenin buku, tapi sekarang aku makan ditemenin sama cerita dan omongan gak jelas kamu. Karena biasanya, aku begadang sambil baca buku, tapi sekarang aku begadang untuk berbagi sama kamu. Bisa dibilang kamu ngasih impact buruk, sih, karena kamu aku jadi gak produktif baca buku lagi." Juni mencebik kesal.
Sementara Ha tertawa lucu. Dalam hatinya ada perasaan hangat, menjalar ke sekujur tubuhnya.
"Cuman dari situ aku merasa gak sepi lagi, aku punya sosok teman. All because of you."
Bajingan kah, Ha? Karena ia menginginkan lebih dari bersandar di pundak Juni. Kalau bisa, ia mau Juni memeluknya malam ini.
"Begitu pun dengan kamu, Juni. Awalnya, aku pikir aku perlu nyasar ke rumah fans, biar gampang tinggal sama-sama ... karena aku perlu orang yang mengenal aku untuk menerima aku. Cuman kayaknya semesta senang sekali jahil. Aku jadi ketemu sama perempuan independen galak yang ... yang kayaknya bakal sedih sekali untuk aku tinggalkan."
Ada desiran tak karuan yang Juni rasakan. Hanya saja ia perlu sadar diri bahwa Hael Ivalo adalah seorang idola. Bukan satu atau dua perempuan yang mengantre untuk menjadi kekasihnya, mungkin ada ribuan wanita yang membayangkan Hael Ivalo memasangkan cincin di jari manis mereka.
Dan Juni? Ia tak mungkin membuat halusinasi semacam itu.
"Juni ... gimana dengan kamu? Kedai baik-baik aja, kan?"
"Baik."
***
Abdar Ivalo akan selalu berjalan tegap dengan wibawa yang ia giring sepanjang hidup. Bukan sekedar menikmati kekayaan materi dengan kedudukannya sebagai CEO Majestic Metropolis Hotel, Abdar Ivalo juga menikmati kemewahan dalam kehidupan sosialnya. Diundang ke acara-acara eksklusif, pertemuan bisnis kelas atas, dan gala amal yang dihadiri oleh tokoh-tokoh penting sudah bukan hal baru baginya. Jaringan sosialnya mencakup pengusaha sukses, selebriti, dan pejabat tinggi yang semuanya menghargai dan menghormati Abdar karena kecerdasan, integritas, dan kepemimpinannya.
Di sela-sela waktu bersantainya sore ini, ada suara derap langkah mendekat.
"Pak Abdar .... Ada informasi penting yang perlu Bapak ketahui segera."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Teen Fiction"Bagi sebagian orang, mereka hanya perlu mendaki dua atau tiga kali untuk sampai ke puncak. Namun, untuk sebagiannya lagi-mereka perlu mendaki berkali-kali sampai patah kaki, sebelum akhirnya bertemu dengan puncak itu." - Juniper *** Ini tentang Jun...