Music: To the Bone - Pamungkas
Ha menatap blouse vintage di hadapannya. Tidak sia-sia ia berdesak-desakan di pasar cimol siang tadi. Meski jaketnya ketumpahan kuah pentol, ia tetap tersenyum bahagia karena berhasil membeli baju yang sudah Juniper Anastasia incar sejak kali pertama mereka sama-sama datang ke sana.
Senyum di bibir itu masih merekah waktu pukul 8 malam.
Masih jua merekah pukul 9 malam, meski tangan Ha kena luka sayat waktu memotong cabai untuk memasak makan malamnya dengan Juni.
"Kapan-kapan bikin laksa lagi! Enak!"
Motivasi Ha untuk memasak hanya sebatas kalimat singkat itu. Ha merasa benar-benar menjadi seperti manusia alih-alih jadi idola yang setiap keperluannya sudah dipersiapkan.
Namun, senyumnya perlahan pudar di pertengahan pukul 10. Bibirnya berubah cemberut, bertanya-tanya di mana keberadaan Juni.
Ia melirik jam dinding. Lantas melangkah ke dapur, memanaskan laksa, ayam goreng dan teh jahe—berharap Juni bisa menikmatinya dengan kondisi hangat karena ia tau gadis itu sudah lelah bekerja seharian.
Langkahnya mengayun ke ruang tamu, membuka kotak hadiah berisi blouse untuk Juni, memastikan kalau hadiahnya baik-baik saja.
Waktu berlalu, pukul 11 malam menyapa dan Ha baru mendengar suara motor di pekarangan rumah. Buru-buru ia berlari, mengintip di balik jendela.
Tubuhnya kaku begitu melihat Juni turun dari motor dengan seorang pria. Senyum di bibirnya sirna.
"Thanks, ya, Kal."
"Gue yang makasih. Ini makan malam pertama kita, sadar gak lo?" Kallias terkekeh seraya membuka kaca helmnya.
"Kita sering makan mie instan di kedai, Kal ...."
Kallias tersenyum. "Kayaknya lebih berkesan makan-makan kita di kedai, daripada makan malam kita hari ini, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Teen Fiction"Bagi sebagian orang, mereka hanya perlu mendaki dua atau tiga kali untuk sampai ke puncak. Namun, untuk sebagiannya lagi-mereka perlu mendaki berkali-kali sampai patah kaki, sebelum akhirnya bertemu dengan puncak itu." - Juniper *** Ini tentang Jun...