The Agreement

8 3 0
                                    

Music: There She Goes - The La's

"Lo yakin gak perlu gue bantu obatin, Jun?" Di balik helm, Kallias menawari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo yakin gak perlu gue bantu obatin, Jun?" Di balik helm, Kallias menawari.

"Ck, gue masang gas aja sendiri, Kal. Ngobatin luka ginian, mah, kecil banget."

Kallias masih duduk di atas motor bututnya. "Justru karena lo udah biasa semuanya sendiri, kali-kali lo minta bantuan orang lain, Jun. Jangan tegar sendirian mulu."

"Udahlah, urus aja urusan lo sendiri, Kal. Thanks udah nganter gue balik. Sorry juga hari ini gak dapet profit apa-apa, yang ada malah rugi gara-gara customer pada minggat lihat gue berantem sama mak lampir."

"Lo sadar gak, lo itu terlalu mudah diprovokasi sama mak lampir itu, Jun. Belajarlah sabar."

"Andai semudah itu buat belajar sabar, Kal. Udah, ah, sekarang bukan waktunya lo mengevaluasi bos lu sendiri."

Kallias terkekeh. "Maksud gue, tuh, kalau lo terlalu emosian, dikit-dikit tantrum, bisa-bisa tiap hari ada perang antara lo sama si Pevita sinting itu, Jun. Bisa-bisa nanti ada yang jualan tiket 'Pertarungan Gulat Bos Kedai Ruang Rasa vs Nenek Lampir Kafe La Rasa,' kan gak lucu, Jun."

Juni tertawa. "Ada-ada aja emang banyolan lo."

Kallias terkekeh. "Yaudah gue balik, ya?"

"Siap. Hati-hati."

"Besok kedai buka?"

Juni menimbang-nimbang, pikirannya bercabang. "Huft ... gue kabarin di Whatsapp, ya."

"Oke."

Sampai motor dan bayangan punggung Kallias menghilang dari pandangan, Juni masuk ke dalam rumah dengan langkah lesu.

Membuka usaha sendiri selalu menjadi mimpi Juni sejak ia memutuskan untuk memisahkan diri dari keluarganya. Namun, nampaknya karma Juni sebagai anak yang durhaka adalah Tuhan tak mengizinkan bisnisnya berjalan sukses. Ia membuka pintu dengan keadaan hati kosong sampai—

"Kamu udah pulang?"

"KENAPA KAMU MASIH DI SINI?!" Juni mendapati Ha duduk menonton berita entertainment di televisi.

Ha hanya mematung menatap Juni.

"Kenapa kamu masih di sini?! Aku viralkan kamu, ya! Biar semua orang datang ke rumah terus kejar-kejar kamu lagi."

"Saya kamu kunci di sini, Jun. Kamu pikir saya bisa keluar dari mana? Silly!" tutur Ha sambil geleng-geleng kepala.

Oh benar juga.

"Yaudah, silakan ... silakan sekarang kamu keluar." Juni membuka lebar pintunya. "Ayo Yang Mulia Hael Ivalo, aku udah berbaik hati bukakan pintu."

"Muka kamu kenapa? Tadi ada sesuatu terjadi?"

Juni membeku.

Juni lupa kapan terakhir kali ada yang menyambutnya saat pulang dan lekas menanyakan kondisinya.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang