Music: Unloving You - Anson Seabra
Udara di sekitar rasanya menindih dada sampai Juni tersendat-sendat mencari udara. Lucukah akhir cerita cintanya? Inikah ending kisah cinta seperti novel-novel yang diidam-idamkan selama ini?
Pemeran wanita yang melepaskan semua amarahnya dengan egois dan berakhir membunuh perasaan cinta pemeran pria?
Tragis sekali.
Juni berdiri terpaku di tempatnya, menatap kosong ke arah Ha menghilang. Air mata yang tadi hanya mengalir pelan, kini menjadi banjir tak terbendung. Pandangannya kabur oleh air mata, dan dadanya terasa semakin berat dengan setiap tarikan napas yang berusaha ia ambil.
I never want to cry over a jerk, Ha. But right now I'm crying when I realized I ruined everything. I cry cause you're not a bad guy, nor a jerk—I am.
Kali ini saja Juni membiarkan air mata yang ia tampung bertumpah ruah.
Ia tahu bahwa Ha benar, selama ini, mungkin hanya Ha yang berusaha mengerti, sementara dirinya terlalu terperangkap dalam perasaannya sendiri.
Selalu Ha yang ada jika Juni butuh pundak. Selalu Ha yang menemaninya di saat Juni terlalu egois dan terperangkap dalam drama hidupnya sendiri. Juni yang egois karena tak pernah tau Ha sebenarnya sedang merasa apa.
Merasa tak sanggup lagi menahan semuanya, Juni meringkuk di lantai, menarik lututnya ke dada. Tubuhnya berguncang dengan setiap isakan, rasa bersalah dan penyesalan menggelayut berat di hatinya. Ia merasa seperti anak kecil yang tak berdaya, terjebak dalam lingkaran kesalahan dan ketidakmampuan untuk memperbaiki keadaan.
***
"Jun! Juniper!"
Samar-samar Juni bisa merasakan seseorang mengguncang pundaknya, menepuk pelan pipinya. Namun, Juni tak sanggup bangun begitu merasakan kepalanya seperti diputar-putar, pusing sampai ia tak bisa mengenali wajah di depannya yang sedang teriak-teriak khawatir.
"Jun, bangun, Jun ...."
Juni tau itu suara Kallias. Juni selalu tau bagaimana suara Kallias.
"Jangan buat gue khawatir lagi, Jun—"
***
Mata Juni mengerjap-erjap di saat kepalanya berdengung sehingga terasa sakit sekali. Sekujur tubuhnya terasa lemah dan tak bertenaga.
"Juni ...."
Matanya menangkap sosok Ela, duduk di tepi ranjang, sedangkan Kallias baru saja meletakkan teh di atas meja.
"Kok kalian bisa di sini?"
"Lo ngilang dua hari, Jun. Lampu depan rumah lo nyala terus dua hari. Kedai nggak jalan dua hari. Dua hari juga kayaknya lo udah tidur di lantai kamar lo tanpa makan-minum. Lo gila?" Ela bertanya di saat matanya sudah berkaca-kaca. "Lo gila? Merasa hebat banget lo sampai nggak cerita sama gue soal keadaan lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Teen Fiction"Bagi sebagian orang, mereka hanya perlu mendaki dua atau tiga kali untuk sampai ke puncak. Namun, untuk sebagiannya lagi-mereka perlu mendaki berkali-kali sampai patah kaki, sebelum akhirnya bertemu dengan puncak itu." - Juniper *** Ini tentang Jun...