Slow Down You Crazy Child

9 2 0
                                    

Music: Please, please, please - The Smith

So for once in my life
Let me get what I want
Lord knows, it would be the first time
Lord knows, it would be the first time

So for once in my lifeLet me get what I wantLord knows, it would be the first timeLord knows, it would be the first time

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Coba buat karakter kamu berciuman, jangan cuman eye contact terus ngobrol singkat lima puluh chapter. Selain gak ada kemajuan, itu juga bosenin!"

Elaila Tesabela tak pernah menginginkan banyak hal selain bisa menjadi novelis romance terkenal dan menonton konser Alpha Echo. Nahasnya, dia tak mendapatkan keduanya bahkan setelah ia berumur 26 tahun. Terlalu menyedihkan.

"Naskah kamu itu bosenin. Kakak terus terang aja dari pada nyakitin kamu dengan banyak basa-basi." Tiara berucap singkat di telepon.

Ela merasa terhina setelah menulis 50 ribu kata tanpa pujian sama sekali.

"Kakak tau kamu penulis slow burn romance, cuman slow burn romance juga perlu tension ... perlu kemistri dari antara tokohnya dan kamu buat tokoh kamu canggung bahkan setelah lima puluh chapter. Membosankan, itu kesan pembaca buat kamu."

Ela masih bungkam.

"Ka-kalau gitu, aku harus perbaikin ap—"

"Semuanya! Revisi besar-besaran! Kalau kamu males, buang aja cerita kamu ke tempat sampah ... buat cerita baru."

Mulut lo enteng ngomong gitu! Ela mengumpat dalam hati.

Namun, sepertinya Kak Tiara adalah cenayang yang bisa membaca kata hatinya.

"Apa? Kamu mau bilang Kakak ngegampangin dengan nyuruh kamu buat cerita baru?"

Ela menangkis tuduhan cepat-cepat. "Eng-enggak, Kak! Suer!"

"Ck! Kamu, tuh, udah Kakak bimbing dari dulu, tetap aja gak bisa buat cerita yang hidup. Kamu terlalu canggung sama cerita kamu, Elaila. Tolong bebaskan apa yang kamu tahan."

Namun, sungguh, Ela tak menahan apa pun.

"Buat aja cerita baru. Ide itu murah, eksekusinya yang mahal. Paham?"

"Tap—"

"Kakak cuman ngasih saran ... cuman kalau kamu masih mau melanjutkan cerita kamu, ya udah. Cuman dari pada capek-capek nulis gak ada yang minat, would be better kalau kamu cari ide fresh yang baru ... yang imajinatif ... yang menarik, tapi jangan lupa tetap realistis."

Ela mengaku dirinya terkena wabah writer's block selama menulis naskahnya yang sekarang. Semangatnya pun patah lantaran tak dapat pembaca barang 5 orang per hari. Ini sudah buku Ela yang ke 3 dan ia masih belum mendapat banyak peminat.

Ela pernah mendengar pepatah bahwa tulisannya yang pertama tak akan sebaik tulisannya yang kedua dan ketiga—makanya ia terus menulis. Namun, seiring waktu berjalan ia malah merasa kualitas penulisannya semakin jelek, bahkan cacat.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang