26. Amarah

213 12 4
                                    

mari berteman di ig author = @evrytanadha dm aja nanti di follback kok

~~~~~

Selamat Membaca
Monggo Enjoy

~~~~

It Will Rain – Bruno Mars

~~~~~

“Jalurnya bisa berubah ketika kita tak lagi satu arah”

~~~~~

Hidup di dunia sebenarnya mudah jika semuanya tertata dan seimbang, apa yang kamu lakukan di dunia maka itulah yang akan kamu pertanggung jawabkan di akhirat. Jika ditanya apakah dia berani bertaruh bahwa akan hidup bahagia selamanya maka jawabannya adalah iya. Tentu iya berani mulai saat ini karena hidupnya sudah terjamin hingga dia memiliki cicit.

“Lagian siapa sih yang gak mau hidup kayak gue di dunia ini?” tanyanya pelan dengan memandangi banyaknya pelayan yang berlalu lalang melakukan tugasnya.

Mata tajamnya mengamati setiap orang yang sibuknya mengalahkan anggota dewan, selalu saja ada hal yang bisa dikerjakan. “Orang sebanyak ini yang gaji Papa?”

“Terus pembagian gajinya kayak gimana?”

“Ipar gue ini mana aja sih, sampai sekarang kok gak paham-paham mana ipar mana pembantu,” Rani bertanya-tanya kepada dirinya sendiri bagaimana caranya agar mudah dan mengenali iparnya, “udah kayak gen petir aja punya saudara banyak.”

Rani berjalan pelan menuruni tangga dengan membawa tablet kerjanya, ada hal kecil yang harus dia bahas setelah makan malam. Sudah seminggu ia berada di keadiaman Waluya dan sudah seminggu juga dia memasang senyum yang dipaksakan. Keluarga Waluya masih baru untuknya, suatu fakta besar yang dia ketahui adalah ibu mertuanya ternyata ada tiga.

Ya benar ada tiga, Tuan Waluya yang tidak lain tidak bukan adalah ayah mertuanya itu ternyata memiliki empat istri!

Satu istrinya meninggal entah karena apa, dia tidak memiliki minat untuk menelusuri seluk beluk keluarga ini. Namun yang pasti dia tahu, istri yang meninggal itu adalah ibu kandung Tama, suaminya.

“Hari ini ada kerjaan lagi Ran?”

Rani menggeleng menanggapi pertanyaan ibu mertuanya yang pertama. “Iya Mama, cuma sebentar aja gak bakalan lama juga.”

Rani tidak yakin itu ibu mertuanya yang ke berapa, yang jelas jika semua orang tua bergaya biasa namun terlihat glamour itu pasti salah satu dari mertuanya. Ia juga melihat sosok perempuan yang dia yakini sebagai gadis yang dia temui di rumah sakit itu ternyata ada mertuanya!

Jangankan orang di luar sana, dia sendiri juga shock menerima fakta perempuan yang umurnya tak jauh berbeda dengannya itu ternyata ibu mertuanya. Memang saat ini uang benar-benar menunjukkan kuasanya melebihi kuasa presiden.

“Gue pikir adek ipar gue, eh ternyata malah mertua gue.”

Rani menyantap makan malamnya dengan diam, tablet yang dia bawa dia letakkan di atas paha menghormati keluarga ini di mana tidak ada yang memainkan gadget saat makan. Seharusnya Tama merasa kesepian dengan keluarga sebesar ini, namun kenapa sinar matanya seolah kesepian?
Ah tidak mungkin itu hanya perasaannya saja.

“Suamimu udah pulang Kak, disambut dulu sana.”

Rani mengalihkan pandangan ke arah pintu masuk di mana seseorang memasuki rumah dengan wajah yang sulit dijelaskan, sepertinya masalah kantor.

“Ditanya baik-baik dulu Nak, anak sulungku tempramental.”

Rani menggigit bibir bawahnya sejenak, dia seperti masuk ke kandang singa jika dihadapkan dengan situasi seperti ini. Baiklah dia teguh dalam menghadapi semua ini.

“Kalau lagi ada masalah jangan di bawa ke rumah, Mas,” tegurnya saat tiba ke dalam kamar.

Mata cantiknya melihat jelas bagaimana kacaunya pria itu, pria tampan di pagi hari seolah hilang hanya karena raut wajah yang bisa dibaca itu. “Lagian masalah apa sih kok sampai mar-”

“BISA DIEM GA!”

Rani terdiam di tempatnya, ia menggenggam erat tablet yang berada di genggamannya. Ia tidak salah dengar bukan?

Ia mundur menutup pintu dengan rapat agar teriakan yang baru saja dia dengar tidak didengar orang lain. Apa yang sebenarnya terjadi di sini?

“Kenapa Mas marah-marah sama aku? Aku tadi cuma nanya apa salahnya?”

“Kamu tuh di sini gak ada ngelakuin kerja berat sekalipun Ran, bisa gak sih bantu yang lain? Jangan berlaga seperti seorang putri raja,” ucap Tama ketus.

“A-apa yang Mas bicarain? Aku gak paham.”

Rani tidak tahu kemana arah tujuan pembicaraan ini, setiap kata yang keluar dari bibir Tama tidak mampu dia pahami. Tidak mungkin jika dia berbuat kesalahan sebesar ini ditengah dia sendiri tengah pusing dengan pekerjaanya. “Oh jadi gini sifat asli Mas? Arogan kayak gini?” cecarnya terhadap pria yang tengah menundukkan kepala.

Rani menyembunyikan tablet di belakang tubuhnya mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Kenapa dia melakukan itu? Ayolah jangan munafik jika saat ini dia tidak merasa was-was, apa saja boleh terjadi dalam beberapa detik ke depan.

“Kenapa lo takut Ran? Lo takut gue buat tindakan aniaya di sini hah?” tanya Tama sembari mengangkat kepalanya.

Rani menggeleng. “Enggak lagian siapa juga yang takut sama lo.”

“Haha belum apa-apa udah mulai kasar lo sama gue? Jangan gaya lo sok keras Ran, lo emang sengaja kan ngelakuin ini gue?”

“Ngomong apa sih lo Tam? Gue ngimbangin cara lo ngomong ke gue, selama ini gue juga sopan ke lo. Sebenarnya apa yang lo omongin gue gak paham, kalau emang lo ada masalah sama gue ya tinggal ngomong,” ucap Rani mengimbangi ucapan Tama.

Dirinya sudah lama tidak menggunakan kosa kata lo gue selama di sini, namun sepertinya ini sudah saatnya. Sudah saat jati dirinya yang asli keluar setelah terkurung beberapa hari, dirinya yang bar-bar dan juga anarkis untuk ukuran perempuan.

“Gue pikir lo beda sama yang lain Ran, gue pikir lo something special. Goblok, gue goblok banget mikir kayak gitu ke lo Ran. Tampang lo aja yang anggun lemah lembut aslinya munafik.”

Rani semakin dibuat bingung dengan apa yang diucapkan Tama. “Gue gak tahu apa yang lo omongin saat Tam, gue tanya sekali lagi ada apa? Gue masih tahu posisi sebagai istri lo maka dari itu gue ngehormatin lo sebagai suami. Jangan sampai gue ngomong cuma gara-gara perkara yang gue gak tahu benar atau enggaknya.”

Tama bergerak mengotak-atik sesuatu di dalam ponsel pintarnya seolah mencari sesuatu, pria itu menunjukkan sebuah gambar kepada sang istri yang membuat sang empu merasa terhenyak.

“Bisa lo jelasin apa maksud gambar ini?”
.
.
.

STAY SAFE

ya allah yorobun maaf ngaret bgttttt

28 June 2024

Garis LakonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang