mari berteman di ig author = @echanwifeys dm aja nanti di follback kok
~~~~~
Selamat Membaca
Monggo Enjoy~~~~
Pengangguran - Masdhoo
~~~~~
"Jangan mudah menyimpulkan situasi karena apa yang kamu bayangkan dan pikirkan tidak semuanya benar."
~~~~~
"Kakak udah cocok sama rumah toko yang ditawarin temen minggu kemarin Pa, rencananya Selasa depan kakak mau berangkat ke sana."
Siapa yang tidak bahagia jika anaknya berhasil membuka peluang bisnis hingga jaringannya begitu luas dengan peluang cuan yang besar? Mungkin hal itu yang dirasakan sebagian besar orang tua, namun tidak sang papa.
"Gak lama aku di sana Pa, gak ada semingguan juga orang cuma survei sama cari karyawan aja di sana. Rencana kakak ngambil anak kuliahan aja buat service untuk koki kakak bawa langsung dari Indonesia."
"Kakak ke sana sama siapa?"
"Sendirian."
Imam mengalihkan pandangan ke arah anak laki-lakinya yang sedari tadi diam di pagi hari yang cerah ini. "Adek bisa ikut, Kak."
"Adek lagi ulangan akhir semester Pa, kakak tahu kok jadwalnya adek kayak apa," potong Rani.
"Gak usah sok tahu deh, adek udah selesai ulangan sejak minggu kemarin."
Rani mengerutkan kening mendengar jawaban sarkas dari Reno, bisa berbicara juga manusia ini ternyata?
"Oh udah selesai? Yaudah si biasa aja orang kakak gak tahu."
"Udah-udah jangan bertengkar, jadi adek bisa kan nemenin Kakak ke Australia?" tanya Imam.
"Gak usah sih Pa, orang kakak udah biasa kemana-mana sendiri kok. Adek gak usah dipaksa ikut barangkali dia punya agenda lain di sini, kakak bisa kok jaga diri kakak sendiri." Rani berucap dengan tekad yang kuat, dia lebih memilih sendiri daripada harus terpancing emosi melihat wajah tampang dosa milik Reno.
Mengenai adiknya itu dia masih kesal, dia yakin Reno masih bersekongkol dengan Tama. Dan untuk mobil yang diberikan Tama beberapa hari yang lalu dia tinggalkan saja di villa, memberikan kunci mobil itu kepada Bi Ijah yang membuat perempuan paruh baya itu semakin bingung. Pada akhirnya mobil itu terpakir di halaman rumahnya karena diambil oleh orang suruhan sang papa.
"Kakak udah ijin Mas Tama?"
Rani menyandarkan punggungnya dengan kasar di dinding belakang mendengar nama pria sombong itu disebut.
"Tama siapanya kakak sih Pa sampai harus ijin segala? Abang bukan, sepupu bukan, saudara jauh juga bukan, ngapain harus minta ijin?" tanya Rani penasaran.
Imam menghela napas bingung memberikan pengertian kepada sang anak sulung. "Mas Tama calon suamimu, Kak."
"Papa lupa kalau kakak udah mutusin hubungan ini sejak awal? Papa lupa tentang apa yang kakak omongin di depan suami istri milyader beberapa minggu yang lalu itu? Come on Papa move on, kalau emang jodohnya bukan sama Mas Tama yaudah jangan dipaksa."
"Pemutusan hubungan bisa dikatakan selesai jika kedua belah pihak sama-sama setuju Kak, kemarin kan Mas Tama gak setuju."
"Papa dari awal minta persetujuan kakak gak kalau mau dijadiin bahan bisnis keluarga? Enggak kan?" tanya Rani bertubi-tubi.
"Jaga ucapanmu Kak, bicara yang sopan dengan Papa!"
Rani tersenyum kecut mendengar bocah kecil yang ingin berlagak menjadi pahlawan kepagian. "Mintalah sesuatu yang sewajarnya Reno, karena permintaan konyolmu itu kakak yang menjadi korban."
"Kakak!"
Suasan pagi yang tadinya ceria berubah menjadi mencekam saat Imam sang kepala keluarga menaikkan nada bicaranya. Pembahasan ini sudah melenceng terlalu jauh dari apa yang dibicarakan di awal. "Papa gak maksa kakak buat sama Mas Tama, tapi Kakak coba lihat respon Mas Tama dong kayak gimana ke keluarga kita terutama ke Kakak."
"Tama itu cuma penasaran aja sama kakak, Pa. Kalau bosen juga bakal pergi sendiri, Papa jangan ke goda kalau dia ngasih mobil, tas branded, bahkan sertifikat tanah pun Papa jangan samapi tergoda. Uang segitu kecil buat dia Pa, makanya dia berani keluarin uang sebanyak itu," ucap Rani panjang lebar.
Imam menggeleng tidak setuju dengan perkataan Rani.
"Mas Tama tidak akan buang-buang uang untuk hal yang tidak berguna Kak, papa tahu benar bagaimana sifat Mas Tama. Mas Tama itu beneran suka sama Kakak, coba sesekali Kakak lihat ketulusan di mata Mas Tama."
"Udahlah Pa gak usah dipaksa, orang dengan hati hitam legam tidak akan bisa melihat ketulusan hati orang lain," ucap Reno tidak enak di dengar. Dia lelah dengan kesombongan sang kakak yang tidak bisa menghargai orang lain yang ada.
"Putra mahkota tidak akan bisa merasakan hal yang sama dirasakan oleh ajudan raja, putra mahkota tidak akan tahu bagaimana rasanya harus bisa diandalkan di segala situasi yang ada," timpal Rani menyahuti Reno.
Reno mengempalkan tangan di atas pahanya dengan orang, jika saja orang yang berbicara tadi adalah seorang laki-laki maka dia sudah memberikan bogeman mentah kepadanya. "Kakak," geram Reno.
"Sudahlah Pa, kakak tidak ingin buang waktu disini. Kakak masuk ke dalam dulu ya Papa mau prepare semuanya, takutnya Kakak bisa lebih lama di sana."
***"Aku mau bulan depan rumah itu sudah siap huni dengan segala perabotan rumah di dalamnya."
"Tapi Tuan selera saya dengan selera Nyonya Rani bisa saja berbeda, bagaimana jika Nyonya tidak menyukai desain saya?"
Tama menahan senyumannya mendengar Rani disebut dengan embel-embel nyonya, membuktikan jika Rani akan benar-benar menjadi miliknya. "Ya sudah cat warna putih saja, biarkan istriku yang merubahnya nanti jika dia tidak suka."
"Memang lebih baik seperti itu Tuan, mengenai hal ini Tuan Wijaya sudah mengetahuinya?"
"Untuk apa Papa mengetahuinya jika aku membeli ini semua dengan uangku sendiri?"
Seorang pria kepercayaan keluarga Wijaya gelagapan mendengarnya. "Bu-bukan seperti itu, saya hanya ingin memastikan. Jika Tuan Tama memberitahu Bapak mungkin saja beliau memberika hadiah yang sama kepada menantunya, dua rumah baru sepertinya sangat luas bukan?"
"Pilihan Papa tidak akan jauh lebih baik dariku," ucap Tama berbangga diri, pria ini menahan senyumannya ketika melihat walpaper ponsel miliknya yang terpampang foto seseorang yang telah membuatnya setengah gila, "sudahlah mari pulang dan mempersiapkan semuanya, aku sudah tidak sabar."
Pria tampan itu berjalan menuju mobilnya dengan langkah percaya diri, sebelum telfon dari seseorang merubah mood dalam dirinya dengan cepat. Memang selalu ada yang ingin mengganggu dirinya.
"Iya Reno ada apa?" sapanya tanpa basa basi."Kak Rani ingin survei tempat yang akan dia jadikan restoran Mas, kemungkinan Kakak tidak akan bilang kepada Mas Tama maka dari itu aku aja yang bilang."
"Jadi juga ternyata restoran itu?"
"Jadi Mas, yaudah aku cuma mau ngabarin itu aja."
"Ah iya makasih Ren, kapan istriku akan berangkat? Minta kirimin alamat aja ya."
"Kakak berangkatnya lusa sih Mas, untuk alamatnya aku kurang tahu tapi kira-kira masih di daerah Sydney."
Sydney? Tunggu Reno tidak salah bicara?
Dugaannya benar-benar tidaklah nyata, Rani ingin menjauh darinya hingga beda benua?
"Kamu mau lari kemana sih sayang? Jangankan Australia, ke Tibet aja juga aku samperin," ucap Tama dengan senyuman manis yang membuat tangan kanan keluarga Wijaya yang melihat bergidik ngeri, menakutkan sekali tuannya ini.
.
.
.STAY SAFE
9 June 2024
![](https://img.wattpad.com/cover/364348963-288-k588838.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Lakon
ChickLitBerbagai cara Rani lakukan untuk menjauhkan pria yang selama ini selalu di agung-agungkan oleh sang papa seperti dewa. Ia akan bertekad kuat menggagalkan segala cara agar kata sah tidak akan pernah terdengar di telinganya, ia tahu benar bagaimana ti...