33. Bigspoon

222 20 2
                                    

mari berteman di ig author = @evrytanadha dm aja nanti di follback kok cmiww

~~~~~

Selamat Membaca
Monggo Enjoy

~~~~
Kalah - Aftershine

~~~~~

“Jika ada rasa yang membuat sakit hati dan membuat diri semakin jauh dari sang pencipta, percayalah itu bukan cinta.”

~~~~~

“Mas mau apa?”

“Kamu.”

Rani dibuat bingung dengan tingkah laku Tama yang out of the box. Pria itu seolah ingin menghabiskan semua uangnya hanya untuk sebuah lukisan aneh yang terpampang di dalam kamar mereka. Rani sampai menyipitkan kedua matanya mencoba memahami arti seni yang tersimpan di dalam pigura besar itu.

“Berapa ratus juta ini Mas?”

“Sayang gak lihat mutasi uangnya?” tanya Tama balik.

Rani menggeleng sebagai jawaban, sesaat kemudian dia mengecek m-banking milik suaminya yang mencurigakan. Benar saja teman-teman, mutasi uang ratusan juga terpampang jelas di jelas di layar ponselnya. Helaan napas pelan keluar dari bibirnya, ia tidak bisa menentang orang yang membelanjakan uangnya sendri bukan?

“Tumben Mas gak bilang dulu ke aku?” tanya Rani penuh curiga.

Tama mengangkat bahunya ke atas. “Mas udah bilang, kamu aja gak dengar.”

“Alasan mulu,” gerutu Rani meninggalkan kamar. Ia memilih memakan semangka merah untuk menjernihkan pikiran, seharusnya uang itu bisa digunakan untuk modal usaha. Memang sepertinya orang itu bingung menghabiskan uang.

“Aaa….”

Rani hanya melirik sekilas orang di sampingnya.
“Mas mau sayang,” ucap Tama sekali lagi.

“Di kulkas ada, ambil aja sendiri.”

“Sayang?”

Tama bertanya tidak percaya mendengar respon sang istri, perempuan ini marah?

“Kemarin mas udah bilang ke sayang tapi sayang gak denger, mas pikir sayang setuju.” Tama merebahkan kepalanya di paha sang istri dengan nyaman, menatap sang empu yang senantiasa memakan semangka dan menghiraukannya.

“Mas pesen udah lama banget di temen masa gak dibayar?” tanya Tama meminta keringanan.

Bukannya menjawab pertanyaan dari sang suami, Rani justru meletakkan kepala yang dengan lancang di pahanya itu menjauh. Ia tahu benar tatapan tidak suka tertuju kepadanya. Ah dia tidak peduli toh itu juga bukan uangnya.

“Tidur sore aja biar kayak anak kecil yang gak bisa dibilangin.”

“Jangan kayak orang gak punya uang, uang segitu juga gak ada apa-apanya di mata kamu,” cibir Tama.

“Orang kalau sok tau ya kayak gitu, kayak peramal aja bisa baca mata batin. Uang segitu bisa kali buat beli tanah atau buka tenant di mall. Untung engga, rugi yang ada.”

Rani berucap dengan penuh emosi terkumpul di dada, ini juga termasuk kesalahannya karena bisa kecolongan. Setelah di ingat-ingat memang benar jika dia mengijinkan suaminya untuk mempergunakan uang begitu banyak namun pria itu curang. Tama meminta ijin kepadanya saat dirinya tengah dilambungkan tinggi dari langit di tengah sisa kesadaran yang ada, pria itu pandai mencari momen.

“Jangan bilang kalau sayang marah?”

Rani menggeleng mendengar pertanyaan Tama.
“Terus kenapa cuek banget ke mas?”

“Lagi sariawan, males ngomong aku.”

Tama tidak suka mendengarnya, dia tidak suka diacuhkan oleh sang istri.

“Sayang kalau tutup pintu, mas marah.”

Tama menatap tajam perempuan yang hendak menutup pintu utama rumah, bukannya takut dengan peringatannya namun sang istri justru membuka lebar pintu dan keluar meninggalkan rumah. “Sayang!”

“Sayang kalau maju ke depan mas pastikan akan membuang hewan berbulu kesayanganmu itu ke hutan.”

Setelah mengatakan hal itu dia melihat Rani menghentikan langkahnya, pria itu tersenyum senang. Kesenangan itu hanya sesaat karena sejurus kemudian Rani justru berjalan miring seperti kepiting pantai. Perempuan itu benar-benar menguji kesabaran Tama Waluya karena sejurus setelah itu dia sudah berhasil ditangkap Tama.

“Eh-eh astagfirullah Mas…..”

Rani berteriak kaget saat dirinya dipanggul secara tiba-tiba oleh sang suami, ia memukul pinggang Tama secara brutal berusaha menghentikan tindakan gila ini. “Mas ya Allah turunin aku Mas….”

Seseorang yang disebut dengan panggilan “mas” itu hanya diam saja, menutup pintu dengan kakinya dan berucap kepada orang ketiga. “Siri matikan televisi.”

Tama melanjutkan langkahnya menuju lantai dua dimana kamarnya berada, ia dengan gemas menampar pantat Rani yang berada di samping wajahnya itu. “Jangan banyak gerak sayang nanti kamu jatuh.”

Tama memegangi Rani dengan tangan sebelah kanan, sedangkan tangan sebelah kiri ia gunakan untuk mengambil buah semangka yang hanya tersisa lima potong. Ah sudah lama rasanya dia tidak menerima suapan dari sang istri. Ia meletakan buah tadi di atas nakas secara hati-hati namun tidak dengan meletakkan sang istri, ia membanting tubuh ringkih perempuannya di atas ranjang dan langsung mengurungnya di bawah.

Astagfirullah kepalaku,” erang Rani kesakitan. Ia menatap seseorang di atasnya dengan pandangan menyebalkan, bisa hancur lebur tubuhnya jika hampir setiap saat dilempar. Walaupun dilempar di benda empuk namun kan tetap dilempar.

“Sayang keluar udah berani gak pakai hijab ya sekarang.”

“Cuma di depan gak kemana-mana juga.”

“Alasan.”

Rani memutar bola matanya mendengar itu, ia berusaha menyingkarkan pria ini namun susah sekali saudara-saudara. Walaupun tubuh suaminya ini ideal namun berat juga, tidak kekar namun keras. “Mas mau apa hm?” tanya Rani menurunkan egonya, ia harus mengalah agar bisa bernapas.

“Berdiri dulu Mas, dadaku sesak gak bisa napas.”

Perempuan cantik itu bernapas lega melihat sang suami menuruti permintaannya, ia dengan segera menyusun bantal sedikit lebih tinggi. Merentangkan tangan kirinya dan mempersilahkan Tama untuk berbaring di atasnya. Mungkin efek ditinggal sejak kecil oleh sang ibu membuat pria dewasa ini bisa manja, ia pikir orang kaku seperti Tama tidak akan bisa menye-menye seperti ini.

“Sayang jangan marah, itu harganya murah.”

“Iya.”

“Ikhlas jawabnya sayang.”

“Iya aku gak marah Mas Tama Waluya.”

Setelah mendengar ucapanya, Rani bisa melihat dengan jelas senyum yang disembunyikan oleh sang suami. Beruntung dia selalu menjaga kebersihan ketiaknya karena kapan saja akan diserbu oleh sang suami.

“Sayang ketiaknya kok gak ada bulunya sih, kok wangi sih, kok lembut banget sih,” ucap Tama bertubi-tubi sembari mengendus objek yang dia bicarakan.

“Jangan di uyel-uyel geli ih Mas, geli kena jambang….”

Rani menahan pergerakan sang suami yang akan kembali mengekploitasi bagian sensitif miliknya, pria ini tidak bisa dihentikan. “Ih jangan gini atau aku lepasin pelukannya?”

Tama memanyunkan bibirnya ke depan mendengar itu, dia tidak rela dia menghentikan aktifitas favoritnya dan diam menyandarkan dagunya di dada sang istri. “Cuma gitu aja gak boleh, padahal minta tanah lima hektar dikasih, minta mobil dibeliin, minta saham dua puluh persen dikasih, minta suntikan dana buat cabang resto Aussie juga dikasih, minta haji plus juga udah di pesenin. Giliran gini aja gak boleh, dasar pelit.”

Ah seharus kamu ingat Rani jika pria yang memelukmu erat ini memiliki memori yang kuat terutama berkaitan dengan uang, luar biasa.
.
.
.

STAY SAFE

welcome august

1 Agustus 2024

Garis LakonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang