mari berteman di ig author = @evrytanadha dm aja nanti di follback kok cmiww
~~~~~
Selamat Membaca
Monggo Enjoy~~~~
Snooze - SZA
~~~~~
“Gunakan cermin terlebih dahulu untuk melihat siapa dirimu, sebelum menghujat seseorang di sebelahmu.”
~~~~~
Bukan suatu hal yang mudah bagi perempuan berotak pandai untuk mengembalikan emosi sang suami yang tengah meredup beberapa waktu yang lalu. Berbagai cara dia lakukan untuk menenangkan pria bersaldo bengkak ini, lebih sulit dari yang pernah dia bayangkan. Jika beberapa jam lalu dia merasa senang karena dibela, maka saat ini ia merasa bersalah karena kuasa yang dia punya.
Tama benar-benar menepati janjinya, pria bertampang manis itu begitu kejam memecat karyawan centil di siang hari tadi. Urusan pemecatan dengan karyawan jelas bukan urusannya, namun setelah melihat wajah lesu ibu-ibu baik yang memberinya soto tadi siang membuatnya tidak tega.
Pemecatan itu bersangkutan dengannya, salah dia sendiri karena tidak mengenalkan diri sebagai nyonya Waluya. Status yang disembunyikan inilah yang membuat banyak orang tidak hormat kepadanya. Tidak adanya hormat terkadang membuat seseorang lupa harus tetap menjaga sikap di semua orang.
“Dia gak salah salah Mas, perempuan itu justru berpikir positif karena aku tidak memakai pakain sopan saat melamar kerja.”
Rani kembali membuka obrolan di tengah sang suami sibuk memandangi layar laptopnya. Butuh keberanian yang cukup besar untuk memulai karena ia tahu emosi pria ini bisa berubah kapan saja.
“Mas juga tidak salah memecat dia karena tidak sopan terhadap istri mas.”
Tama berucap tenang dengan senyuman tipis di akhir kalimat, dia sempat melirik sang istri namun kembali fokus kepada layar laptop.
“Aku sebenarnya tidak masalah jika perempuan itu dipecat Mas, tapi aku hanya kasihan terhadap ibunya. Ibu perempuan itu saat bangga melihat anaknya bekerja di gedung besar dan tinggi di ibukota, bagaimana jika beliau tahu anaknya telah kehilangan kerja? Betapa hancurnya hati ibu itu Mas, kasihan Mas,” ucap Rani panjang lebar berusaha membujuk Tama.
Perempuan itu sudah kehabisan ide untuk meluluhkan hati sang suami, bahkan ia research di internet tips meluluhkan hati beku suami. Hal yang membuatnya pusing karena pendaftaraan S3 ditambah lagi dengan urusan ini semakin membuat rambutnya rontok. Dia sudah gila, ia akui sangat gila karena mengambil S3 tanpa alasan yang kuat.
Banyaknya uang yang dijatah Tama kepada dirinya membuat ide gila muncul untuk melanjutkan S3. Ia sudah tidak diperbolehkan sebulan sekali mengunjungi usahanya di Australia, hanya dua bulan sekali itupun sang suami yang menentukan jadwalnya. Kelonggaran inilah yang membuatnya merasa bosan di rumah hingga memutuskan mendaftar S3.
“Lihat besok keadaan suasana hati mas, sayang. Jangan memaksa, mas tidak suka.”
Rani menghembuskan napas lelah mendengarnya, pria ini berpegang teguh pada pendirian. “Yaudah Mas aku ke kamar mau istirahat, tiba-tiba ngantuk banget.”
“Sayang gak mau nungguin mas?” tanya Tama sopan memasuki gendang telinganya.
“Aku dapat apa nunggu Mas?” tanya Rani balik, perempuan itu menghentikan langkah kakinya dan berbalik menatap sang suami. Rani memegang erat laptop di depan dadanya seperti anak sekolah yang menunggu jemputan orang tua, namun bedanya kali ini dia menunggu jawaban Tama.
“Anything you want, honey. Everything is possible for me.”
Rani tidak menjawab namun lebih memilih mendudukkan dirinya kembali di samping sang suami. Menatap layar berisikan diagram merah, biru dan juga putih yang begitu banyak. Jika dia menelisik lebih dalam dia paham apa yang tengah dilihat Tama, namun entah kenapa jiwa ingin tahu tiba-tiba hilang digantikan kantuk yang menyerang.
Sepanjang waktu berjalan alis Rani menyatu saat mencium aroma tidak asing yang membuat mual tanpa sebab. Mata hitamnya mencari di seluruh penjuru rumah memastikan anabul yang dia miliki tidak membuang kotoran sembarangan. “Anjing poop di dalam rumah ya Mas?” tanya Rani.“Engga sayang, mas gak cium bau busuk.”
Rani semakin kebingungan, ia mendekat ke arah sang suami mencoba memastikan hal yang duga kuat dari sana asalnya. “Hmmpp…”
“Ekhem…”
Rani menjaga jarak dengan Tama cukup jauh, pergerakannya itu tak luput dari pandangan suaminya yang menatap aneh. “Ada apa sayang?” tanyanya bingung.
“A-aku mau tanya tapi Mas jangan marah ya.”
Tama mengangguk. “Ada apa?”
“Mas belum mandi ya?”
Tama melipat kening tidak suka mendengarnya. “Kamu ini gimana sih sayang masa lupa, baju yang mas pakai ini aja kamu yang siapin di atas kasur.”
Benar juga, kenapa dia begitu pelupa?
“Udah sayang kamu jangan terlalu banyak pikiran, ayo tidur,” ajak Tama dengan merangkul pinggang Rani. Belum ada tiga langkah mereka lalui, sang istri justru melepaskan rangkulan dan kembali menjaga jarak.
“Hmpp…. A-aku minta ma-maaf Mas, gatau kenapa aku mual cium aroma Mas.”
“Sayang sakit? Kita ke hospital sekarang.”
“Tidak usah Mas, mungkin hanya masuk angin hmmp….”
Ucapan Rani tidak selesai karena perempuan itu berlari ke wastafel memuntahkan sesuatu, Tama yang melihat itu tidak tinggal diam. Ia berlari ke lantai dua mengambil dompet sang istri, cardigan dan juga jilbab instan untuk dikenakan Rani, tidak lupa dia menyambar kunci mobil dan segera menarik tangan Rani untuk pergi.
“Ya Allah Mas ini too much.”
“Diem sayang.”
Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam dengan pikiran masing-masing, Tama yang mengkhawatirkan Rani sedangkan Rani sibuk memegang kresek bersiap muntah. Tama tergesa-gesa mencari perawat, dia mengumpat dengan kesal saat diberi antrian yang tersisa empat orang lagi.
“Rumah sakit mahal masih banyak juga yang antri,” gerutu Tama.
Rani yang mendengar itu hanya diam sembari mengusap punggung tangan sang suami menenangkan, ia senantiasa diam hingga akhirnya masuk ke ruangan dokter umum. Menjawab pertanyaan yang diajukan dengan jujur tanpa direkayasa dan kembali duduk dengan lemas.
Bukan kali pertama dia diperiksa dokter, tapi entah kenapa wajah bingung dokter pria di hadapannya ini membuatnya sedikit parno. Apakah dia mengidap penyakit serius yang belum ditemukan obatnya? Atau bahkan dia terjangkit virus baru yang belum pernah ada sebelumnya?“Saya bukan dokter speasialis Bapak, tapi saya mendengar ada dua detak jantung di dalam tubuh istri anda yang menandakan bahwa istri anda tengah hamil. ”
“Dokter tidak bercanda?”tanya Tama berdiri dari duduknya.
“Tidak Pak, besok pagi bisa di cek di dokter kandungan untuk informasi yang valid. Selamat atas berita bahagia ini, saya turut senang.”
Tama kepalang senang hingga memeluk sang dokter begitu erat, pria itu beralih mengecup kening sang istri dan mengucapkan terimakasih berulang kali. Dua orang yang tengah bersuka cita itu hanya bisa dilihat Rani dengan pandangan sulit dijelaskan, dia bahkan masih diam saat sang suami berjongkok dan mengecup perutnya berkali.
“Selamat ya dek, kamu bakal punya ucle and aunty paling banyak diantara teman-teman dedek.”
.
.
.STAY SAFE
selamat maljum rek 😙
15 August 2024
![](https://img.wattpad.com/cover/364348963-288-k588838.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Lakon
ChickLitBerbagai cara Rani lakukan untuk menjauhkan pria yang selama ini selalu di agung-agungkan oleh sang papa seperti dewa. Ia akan bertekad kuat menggagalkan segala cara agar kata sah tidak akan pernah terdengar di telinganya, ia tahu benar bagaimana ti...