38. Gema Suara Hati

180 12 1
                                    

mari berteman di ig author = @evrytanadha dm aja nanti di follback kok cmiww

~~~~~

Selamat Membaca
Monggo Enjoy

~~~~

Lantas – Juicy Luicy

~~~~~

“Perbaiki dulu akhlakmu, buat sukses dirimu, bahagiakan orangtuamu. Jika sudah seperti itu, siapa yang akan menolak dirimu?”

~~~~~

Pekerjaan kantor  yang harus dibawa pulang bukanlah hal yang asing bagi dirinya, jabatan bos yang selalu diidam-idamkan banyak orang ternyata tidak seindah bayangan. Jika dibilang hanya menyuruh para bawahan itu benar, namun tidak semua bisa dilimpahkan kepada bawahannya. Ada dokumen-dokumen rahasia penjaga kekayaan keluarga, dokumen itu tidak bisa dilihat ataupun dipegang oleh orang sembarangan.

Tama mengakui uang yang dia dapat dari kerja keras para karyawannya harus dibayar sebanding dengan keringat mereka. Tidak jarang bonus dia berikan ataupun hanya sekedar makanan gratis untuk semua karyawan. Kebaikannya ini djadikan pintu masuk karyawan miliknya yang lain untuk menggelapkan dananya, anggaran makan lima juta tiba-tiba dipangkas menjadi dua juta. Pantas saja selama ini di melihat dari ruangannya melihat makanan yang ada sangat sedikit.

“Saya tidak menyangka bapak mengambil uang receh itu sebagai jajan pulang. Gaji beserta tunjangan selama ini apakah masih kurang?”
Seseorang tidak berkutik mendengar pertanyaan dingin dari sang atasan, menundukkan kepala mengakui hal cukup memalukan di ruangan sang bos muda.

“Saya tidak suka koruptor entah sekecil apa uang yang dia ambil, sekali koruptor akan tetap koruptor. Bapak sudah tahu bukan SOP perusahaan tempat Bapak bekerja selama dua belas tahun ini? Perlu saya bacakan lagi SOP yang ada?”

Peraturan yang sudah dibuat selama bertahun-tahun lamanya harus dia jaga dan dia rawat, seseorang yang melanggar maka akan keluar. Tama tidak akan ambil pusing jika karyawan yang menyalahi aturan sudah memiliki nama senioritas di sini, lagipula jika dia melakukan maka sudah berani menanggung akibat setelahnya.

“Uang makan seperti ini saja harus melibatkanku?” tanya Tama tidak percaya terhadap sekretarisnya.
“Saya hanya ingin menghormati Bapak Dika yang sudah lama mengabdi kepada Tuan Waluya, sangat lancang jika saya memecat beliau.”

“Koruptor tidak pantas dihormati.”

Setelah mengucapkan itu, sosok pria tersebut melenggang meninggalkan area perkatoran. Dirinya sangat tidak mood menjelaskan situasi di kantor, ia hanya bisa berharap saat sampai di rumah sang istri tidak kembali menyulut amarahnya seperti beberapa minggu yang lalu. Perempuan itu nekad mengendari motor trail yang baru dibelinya dengan perut sebesar buah semangka.

Jelas Tama marah bukan main, hampir satu jam lebih dia memarahi Rani hingga bibirnya seperti mengeluarkan busa. Perempuan iu berdalih sayang jika motor baru tidak dipakai akan segera rusak, darimana dia mendapat pikiran seperti itu?

“Sayang?” sapa Tama memasuki rumah.

Mata pria itu mengedar mencari keberadaan istri cantiknya, dimana Rani?

Tama melangkahkan kaki mengikuti suara seseorang yang tengah berbincang, melegakan napas melihat sang istri duduk di depan taman. Terlihat jelas Rani tengah melakukan panggilan zoom meeting dengan para buyer. Jiwa bisnis istrinya ini memang tidak bisa diragukan lagi, luar biasa.

Garis LakonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang