19. Kesaksian

169 12 0
                                    

mari berteman di ig author = @echanwifeys dm aja nanti di follback kok 😘

~~~~~

Selamat Membaca
Monggo Enjoy

~~~~

Shessh - Babymonster

~~~~~

“Bodohnya aku yang selalu mengira kita memiliki perasaan yang sama.”

~~~~~

Tidak ada yang bisa mengalahkan hubungan darah melebihi dari apapun, seseorang yang sudah terikat hubungan darah akan selalu merasa khawatir jika hal buruk terjadi kepada saudaranya. Jika suadaramu satu-satunya tengah sakit dan membutuhkan perawatan ekstra seharusnya kamu juga datang bahkan untuk sekedar menjenguknya.

“Rani sudah sudah kesini Pak?” Sesosok pria tampan mempertayakan kehadiran sang calon istri yang tidak dia lihat di seluruh penjuru ruangan inap. “Rani belum mengetahui hal ini?” tanyanya sekali lagi.

Helaan napas terdengar di telinga Tama, terdengar dari helaan napas tadi begitu berat. “Rani sebenarnya sudah tahu bagaimana kondisi adiknya sebelum berangkat ke Bandung nak Tama. Bahkan Rani sendiri yang memberitahu saya jika Reno tengah kesusahan bernapas.”

Tama benar-benar tidak suka jika dirinya disegani oleh sang calon mertua, hei ayolah dia tidak setua itu. Mengesampingkan penyebutan nama dan rasa hromat yang diberikan sang calon mertua, Tama lebih tertarik kepada Rani yang meninggalkan Reno saat asmanya kambuh.

“Rani ke Bandung saat Reno opname?” tanya Tama tidak percaya.

Anggukan pelan dari pria paruh baya di depannya sudah cukup membuat dirinya memberi nilai buruk terhadap sifat egois Rani. Ia tidak menyangka perempuan lemah lembut itu bersikap buruk terhadap adiknya sendiri.

“Bapak tidak ada niatan untuk menyuruh Rani pulang?”

“Tidak perlu dipaksa karena jika Rani sayang terhadap adiknya dia juga akan pulang. Biarkan dia menjernihkan pikiran setelah keluar dari pekerjaan, saya ingin anak saya bisa mengistirahatkan otaknya.”

Tunggu Rani keluar dari pekerjaan?

Tama melangkahkan kaki menghampiri Reno yang tengah bermain dengan ponsel canggih miliknya, remaja yang beranjak dewasa ini terlihat gusar sembari mengetik di layar ponsel dengan terburu-buru.

“Aman Ren?”

“Aman Mas,” ucap Reno sembari tersenyum ke arah Tama.

“Masa gantian gini sih Ren habis gue terus lo yang opname?”

“Gue juga gak ada niatan masuk rumah sakit kali Mas Tama, paling besok gue juga udah boleh pulang.”

“Lo sekarang semester berapa, kurang berapa semester lagi buat lulus?” tanya Tama dengan mengambil kursi untuk duduk di sebelah ranjang Reno.

“Baru juga semester empat, Mas. Mau cepet-cepet lulus biar bisa megang duit kayak Mas Tama.”

Tama tersenyum tipis mendengarnya, membawa uang memang lebih menggiurkan daripada membawa laptop. “Ngapain cepet-cepet lulus kan belum ambil magister.”

“Udah gak kuat otak gue Mas, pening. Mau langsung kerja aja kalau emang nanti ada niatan ambil magister ya ambil aja.”

Tama menganggukkan kepala karena memang di semester pertengahan memang begitu melelahkan. Lagipula Reno tidak perlu pusing mau kerja dimana bukan? Ayahnya saja manager di perusahaan ternama, tidak sulit bagi Imam memasukan anaknya sendiri.

Garis LakonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang