16. Semua Bisa Dibeli

180 14 0
                                    

mari berteman di ig author = @echanwifeys dm aja nanti di follback kok

~~~~~

Selamat Membaca
Monggo Enjoy

~~~~

Kok Iso Yo – Guyon Waton

~~~~~

“Jika ingin menyerah maka lihatlah ke belakang seberapa jauh kamu melangkah.”

~~~~~

Kasih sayang ayah akan ada sepanjang masa tidak mengingat bahwa anaknya sudah dewasa sekalipun, kasih sayang ayah akan selalu ada. Mungkin hal itulah yang terjadi pada Imam saat ini, pria itu bersikeras ingin mengantar sang anak untuk berjualan di jalanan car free day namun Rani menolak.

“Papa weekend biasanya main tenis sama teman-teman kan, yaudah sok sana.”

“Kakak hari ini gak usah jualan dulu gapapa kali Kak, beberapa hari ini Kakak sibuk apply pekerjaan.”

“Ngelamar cuma dari laptop apa susahnya si Pa, lagian kakak juga bosen di rumah. Oh iya besok kakak ke Bandung ya Pa, mau nginep di villa beberapa hari boleh?”

Imam mengangguk mengiyakan sang anak. “Papa ikut, kakak nanti di sana bingung kalau ada apa-apa.”

“Loh emang Bi Ijah udah gak ngurus villa kita Pa?” tanya Rani dengan mengangkat galon berisikan air ke atas mobil bak terbuka miliknya.

“Bi Ijah masih jaga villa cuma minggu yang lalu cucunya lahir jadi kemungkinan Bi Ijah belum sempet buat bersih-bersih lagi.”

“Bagus dong kakak sekalian lihat cucunya Bi Ijah, kakak beliin baju bayi sekalian buat cucunya. Papa di rumah aja orang kemarin habis dari Bandung, lagian kasian anak kesayangan Papa kalau ditinggal sendirian di rumah,” sindir Rani.

Perempuan itu sebenarnya tidak masalah jika berpegian kemana-mana sendiri asalkan membawa ponsel, uang dan sebilah pisau yang menyamar menjadi sisirnya. Ia hanya berjaga-jaga jika ada penjahat yang menginginkan dirinya terutama uangnya. Ia tidak ingin mengambil resiko dengan berpakaian glamor selayaknya sepupunya yang lain, ia tidak seberani itu.

“Adik belum minta maaf ke Kakak?”

Rani menggeleng dengan cepat mendengar pertanyaan itu, tidak ada yang salah di sini. “Enggak-enggak ih, Papa apa-apaan sih. Adik gak salah, ngapain juga adik minta maaf ke kakak. Yaudahlah Pa keburu siang juga nanti, kakak berangkat dulu yah assalamualaikum.”

Waalaikumsalam.” Imam menatap kepergian sang anak sulung dengan perasaan bersalah, perempuan semandiri itu dia paksa untuk tunduk terhadap kekuasaan tentu saja tidak bisa. Semenjak kepergian sang istri dua belas tahun yang lalu membuat anak sulungnya menjadi anak mandiri dan begitu tangguh tanpa dia minta.

Perasaan bersalah masih menghantui dirinya hingga saat ini, ia begitu serakah terhadap dunia yang sementara ini. “Papa bangga punya kamu Kak, apa Papa cari yang lebih pantas bersanding dengan keluarga kita?"

Meningggalkan Imam yang masih bertanya-tanya mari beralih kepada Rani yang telah memarkirkan moilnya di area car free day. Cerahnya pagi hari ini membuat dia bersemangat menyambut pundi-pundi uang yang akan dia terima, berada di area yang selalu dia tempati ia menyapa beberapa pedagang lain yang sudah sampai.

Menurungkan meja dari mobil, mengangkat galon, menyiapkan gelas plastik hingga mengisi ulang es teh yang dia bawa semua dilakukan sendiri. Dimana sosok laki-laki tampan yang selalu membantunya berdagang itu? Ah dia tidak ingin membahasnya.

Garis LakonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang