14. Lancang!

184 17 0
                                    

mari berteman di ig author = @echanwifeys dm aja nanti di follback kok

~~~~~

Selamat Membaca
Monggo Enjoy

~~~~

Stuck With You – Justin Bieber ft Ariane Grande

~~~~~

“Tidak usah singgah jika hanya untuk mampir, ini hati bukan tempat parkir.”

~~~~~

Kenyataan pahir memang harus menyiapkan hati yang tegar untuk menghadapi situasi baru, mengutamakan ego dan enggan bersikap baik terhadap sesama keluarga mungkin yang terjadi pada kehidupan Rani.  Semenjak penolakan yang dia utarakan beberapa hari yang lalu membuat hubungannya dengan sang adik tidak berjalan baik. Ia sebenarnya tidak ingin memikirkan itu terlalu dalam karena anak itu sudah dewasa, seharusnya dia juga berpikir bahwa mengorbankan kakaknya bukanlah pilihan yang terbaik.

“Emang anak yang gak dapet didikan semi militer bakalan susah diatur,” ucapnya dengan kesal saat mengingat egoisnya Reno.

“Ran.”

“Rani.”

“Heh Rani!”

Panggilan keras yang menyapa telinganya terdengar tidak nyaman, apakah dia melakukan kesalahan kembali hari ini? “Eh iya Bu, ada apa?” tanyanya dengan gerak cepat menghampiri sosok sekeretaris yang telah mengabdibkan separuh hidupnya untuk perusahaan tempatnya bekerja.

“Pak Direktur minta kamu buat bantu membersihkan tempat rapat umum pemegang saham tadi siang.”

“Loh itukan bukan jobdesk saja Bu, lagipula pekerjaan saya juga masih banyak.”

“Kamu kena denda karena kemarin telat berhari-hari tanpa keterangan yang jelas, lagipula bantu office boy juga ada pahalanya.”

Astagfirullah,” ucap Rani meratapi nasibnya.

Perempuan cantik dan baik itu menyampirkan jibab ke bahu secara kasar dan mengeluh tentang berbagai hal. Memang overthinking itu tidak baik teman-teman, karena overthinking yang membutnya insomnia dan berakhir selalu datang telat ke kantor. Jika saja tidak ada tuntutan menikah mungkin saja dunianya akan baik-baik saja.

“Ini mau jadi tukang fotocopy bisa, jadi accounting bisa, sampai jadi office girl sekalipun lo tuh bisa Ran. Kurang hebat apa coba diri lo?” tanyanya kepada diri sendiri. Perjalanan menuju ruang rapat terasa sebentar karena sepanjang perjalanan mengeluh tanpa henti.

“Daripada ngeluh ga berhenti-berhenti mending buruan dikerjain Ran, kerjaan lo sendiri di meja masih banyak.”

Rani menyemangit dirinya sendiri untuk segera melakukan hukumannya, ia mendorong troli dan meletakkan minuman yang disuguhkan kepada pemegang saham untuk ditaruh di atas troli. Matanya memicing melihat suatu benda hitam seperti ponsel yang tertinggal di atas meja. Rasa keingintahuannya yang begitu tinggi membuat ia berjalan menghampiri benda itu.

“Tuhkan bener ini ponsel, emang orang kalau kaya ponsel suka diting- WHAT THE FUCK!”

Rani memundurkan tubuhnya hingga menempel di tembok saat melihat walpaper pada ponsel mahal itu, ia kaget bukan main saat melihat foto dirinya yang tengah tersenyum ke arah kamera. Dia yakin foto itu dirinya, bahkan bajunya juga sama dengan yang dia kenakan kemarin saat berkunjung ke perpustakaan nasional.

“Ponselmu mana Ran, ponselmu mana barangkali itu ponselmu,” ujar Rani tergesa-gesa dan mencari ponselnya yang berada di saku celana.

Rani terduduk lemas di kursi dengan menatap ponsel yang tergeletak di depannya, ponselnya sendiri berada di saku celananya. Lalu ini ponsel siapa? Dan kenapa wallpaper ponsel ini justru dirinya?

Jancok sopo seng stalking aku,” umpat Rani. Ia tidak habis pikir siapa sosok yang menucri fotonya dari salah satu sosial media terkenal itu, followers miliknya saja sangat sedikit dan rata-rata hanya orang terdekatnya. Rani yakin foto ini adalah foto yang dia unggah ke instagram kemarin, kenapa bisa ada di ponsel orang lain?

Di tengah segala caci maki yang dia keluarkan sosok direktur yang menggajinya selama ini berjalan menuju ruangan rapat bersama seorang pria misterius. “Seharusnya biarkan saya yang mengantar kepada Bapak.”

“Tidak apa-apa lagipula saya juga suka jalan-jalan.”

“Kantor ini aman Pak, kemungkinan ponsel bapak masih di ruangan rapat karena ruangan ini terkunci dan aman dari pihak luar. Jikaupun ponsel Bapak hilang maka saya akan cek langsung di CCTV dan menjebloskannya ke penjara jika karyawan saya terbukti sebagai pencurinya.”

Pria yang bersamanya tadi tersenyum dan mengacungkan jempol sebagai respon, mundur satu langkah saat ruang rapat dibuka.

“Silahkan masuk Pak, kemung- eh kamu yang duduk di sana lihat ponsel hitam di ruangan ini?”

Sosok perempuan berkerudung coklat susu menatap kedua orang yang baru datang dengan mata fokus seolah tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Pria itu adalah direkturnya dan di samping direkturnya terdapat pria yang sangat dia ketahui seluk beluknya.

“Kamu ini lancang sekali buka privasi orang, dari divisi mana kamu?”

Rani menatap ponsel yang dirampas dari tangannya dengan bingung, namun setelah melihat siapa pemilik ponsel tersebut membuat dirinya memutar bola matanya malas.

“Maaf atas kelancangan karyawan saya Pak, ini ponsel Bapak.”

“Bukan masalah besar Pak.”

“Hei kamu kesini cepat minta maaf!”

Rani menghela napas dan sejurus kemudian bangkit mengahampiri penguasa di lingkungan kerjanya ini. “Maaf atas kelancangan saya melihat lockscreen Bapak Tama yang terhormat, sekali lagi maafkan saya.”

Sang direktur shock melihat betapa tidak sopannya karyawan yang dia punya terhadap pemegang saham terbesar di perusahaan ini. Bahkan perempuan itu menenteng berkas tanpa berpamitan jika ingin pergi.

“Maaf atas ketidaksopanan karyawan saya pak, saya akan memberikan hukuman setimpal atas perilakunya itu.”

Tama tidak menanggapi ucapang sang rekan bisnis, ia fokus melihat punggung kecil yang baru saja memberikan goresan luka kecil di dalam hatinya. “Saya akan memberikan suntikan dana tiga kali lipat dari perjanjian jika Bapak bisa menyakinkan Rani untuk besok makan malam dengan saya.”

“Be-benar Pak? Tunggu bagaimana Pak Tama bisa mengetahui nama karyawan saya?”

Tama tersenyum kecil mendengar pertanyaan itu. “Saya tidak sengaja melihat name tag di bajunya, dan untuk tawaran saya yang tadi tidak bercanda.”

Senyum merekah tercipta begitu saja di bibirnya melihat perempuan yang memenuhi pikirannya beberapi hari ini ada di depannya. Perempuan yang begitu menjujung prinsip yang dia punya bahkan untuk membalas pesannya saja tidak ada di dalam niat baiknya.

“Kalau kamu ternyata kerja di sini aku gak bakalan pusing mikirin kamu, Ran.”

“Saya perhatikan dari tadi Pak Tama ini senyum terus ada apa sih?”

Pertanyaan singkat dari supir di depannya membuat Tama mengurucutkan bibir ke depan kesal, supirnya ini selalu saja menganggu momen bahagianya. “Pak Edi pengen tahu aja.”

“Kabar baik harus di share Pak Tama, saya turut senang jika Pak Tama senang.”

Tama melebarkan senyum ketika ketika melihat notifikasi ponsel yang otomatis membuat lockscreen ponselnya menyala. Bukan masalah notfikasi tadi melainkan hanya dengan melihat siapa perempuan cantik yang tersenyum bahagia itulah yang membuatnya turut bahagia.

“Kayaknya Pak Edi bener tahun ini aku nikah.”
.
.
.

STAY SAFE

janlup makan sayang, kesehatanmu loh

8 May 2024

Garis LakonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang