15. Keterpaksaan

172 13 0
                                    

mari berteman di ig author = @echanwifeys dm aja nanti di follback kok

~~~~~

Selamat Membaca
Monggo Enjoy

~~~~

Dalan GronjalNdarboy Genk

~~~~~

“Jika mengharapkan bahagia dari manusia maka sisihkanlah ruang untuk menyimpan rasa kecewa.”

~~~~~

“Saya tidak tahu mengapa kenapa Pak Tama meminta permintaan aneh ini Rani, tapi saya mohon kamu berkenan untuk makan malam dengan Pak Tama pada hari Jumat di minggu ini.”

Keningnya berkerut bingung mendengar kalimat aneh yang diucapkan sang direktur, dia pikir akan di sidang mengenai sikap kasarnya kepada sang pemegang saham namun diluar dugaan karena ucapan direktur tidak sama dengan pikirannya. “Apa maksud Bapak? Saya tidak paham dengan maksud Bapak,” jawabnya kebingungan.

“Udah kamu ngikut aja makan malam bersama Pak Tama, ingat bahwa seluruh nyawa karyawan yang ada di perusahaan ini ada di tanganmu.”

Rani menggeleng tidak setuju.

“Saya tidak mau Pak, masih banyak pekerjaan yang menunggu saya hingga minggu terakhir di bulan ini.”

“Apa maksud kamu ini? Kamu berani membantah perintah atasanmu sendiri?”

“Pekerjaan saya tidak ada hubungannya dengan makan malam bersama pemegang saham Pak Direktur yang terhormat, saya mohon hormati keputusan saya. Saya bersedia melakukan pekerjaan yang sesuai dengan fashion saya dan kewajiban saya, saya pamit melanjutkan pekerjaan saya.”

Salah satu orang yang berada di ruangan itu panas dingin mendengar obrolan dari dua manusia yang tidak memiliki satu misi ini. Ia sebenarnya juga tidak menyangka jika salah satu investor terbesar di perusahaan ini memilih karyawan biasa sebagai teman kencannya.

“Jika kamu meninggalkan ruangan ini berarti kamu sudah siap dengan surat pemutusan hubungan kerja.”

Langkah kaki Rani sempat terhenti dengan tangan memegang gagang pintu, dia sebenarnya lelah dengan semua drama yang akan terjadi kedepannya jika ia dipecat. Namun Rani juga tidak ingin menurunkan gengsi hanya demi kepuasan sang pimpinan demi uang semata karena nyatanya gaji karyawan di sini masih sebesar UMR lebih sedikit.

“Rani kamu saya pecat!”

Beberapa karyawan yang meja kerjanya dekat dengan ruangan direktur langsung berdiri mendengar amarah yang meluap-luap dari sang atasan itu. Mata mereka menatap sosok perempuan yang berjalan tenang setelah baru saja dipecat. Melihat direkturnya yang kacau balau seperti itu membuat sang sekretaris langsung pergi menyusul Rani sang karyawan yang tidak tahu diri.

“Kenapa kalian semua berdiri? Lanjutkan pekerjaan kalian!” suruh sang sekretaris dan berlari menyusul Rani.

Rani senantiasa berjalan menghiraukan panggilan dari perempuan di belakangnya, ia sudah tidak perduli dengan tatapan orang-orang yang menatapnya bingung. Jelas mereka bingung kenapa sekretaris direktur berlarian seperti itu.

“Gue udah pernah bilang sama lo Mas kalau semua di dunia ini gak bisa dibeli pakai uang. Terus dengan ancaman lo yang norak kayak gini bakalan bikin gue tunduk sama lo? Enggak kali,” ujar Rani  kesal.

“Beb lo dipanggil ibu sekre tuh beb.”

“Udah biarin aja,” ujar Rani sekenanya menjawab Sinta, ia lebih memilih membereskan barangnya yang ada di meja.

“Loh lu mau kemana beb, belum waktunya pulang ege.” Sinta berucap bingung saat sang rekan kerja memasukkan semua baranngnya ke dalam tas dan juga kresek besar yang entah dari mana asalnya.

“Rani berhenti dulu dengarkan saya Rani, pikirkan baik-baik mengenai keputusanmu yang gegabah ini. Jangan sampai kamu menyesal di kemudia hari karena hal sepele ini, kamu tahu sendiri bukan jika masuk ke sini sangat susah.”

“Saya lebih menyesal jika tidak cepat keluar dari sini Ibu, keputusan saya sudah tepat.”

Sinta mendengarkan percakapan diantara keduanya dengan bingung, apa yang sebenarnya terjadi di sini?

“Saya kecewa dengan keputusan kamu Rani, kamu tidak bisa bekerja dengan profesional.”

“Saya menunggu uang pesangon dari Ibu, terimakasih telah menerima saya selama dua tahun lebih disini.”

Memastikan sosok sekretaris galak tadi telah pergi, Sinta dengan cepat menghampiri Rani dan menghentikan rekan kerjanya itu untuk berhenti terlebih dahulu mengemasi barangnya. “Beb kenapa semua barang lo masukin beb? What’s going on?” tanyanya mendesak.

“Gue dipecat.”

“Hah kok bisa? Kenapa bisa dipecat?”

“Emang udah waktunya beb lagian lu kalau udah waktunya dipecat ya bakal dipecat, yaelah ngapain nangis si Sin. Lo tuh kenapa si astagfirullah.”

Rani menatap Sinta tidak percaya melihat perempuan itu menangis tersedu-sedu dan menahan dirinya untuk pergi. Seharusnya dia yang lebih pantas untuk menangis karena kehilangan kerja, ah Sinta ini membuat matanya berkaca-kaca.

“Udah Sinta udah, ah cengen banget sih lu jadi manusia. Kehidupan tuh emang gak berjalan sesuai dengan apa yang lo mau Sin, lo gak bisa maksain keadaan buat selalu support lo,” ujar Rani tenang dengan memeluk Sinta.

Kejadian beberapa menit yang lalu membuat seisi kantor heboh karena teriakan pimpinan mereka yang sangat jelas terdengar di lantai yang di isi semua orang penting itu. Tidak ingin membuat suasana hatinya sedih berlarut-larut sosok direktur itu menghubungi seseorang yang dia kenal.

“Selamat sore Pak Tama maaf mengganggu waktunya sebentar, mengenai Rani yang Bapak minta untuk teman makan malam berhalangan datang. Bagaimana jika karyawan lain yang leb-” sosok direktu itu berhenti berbicara secara mendengar potongan kejam dari seberang sana.

“Jika Rani tidak mau maka dana tidak akan cair Pak.”

“Rani berhalangan hadir Bapak karena ibunya sedang sakit.”

Sedangkan sosok di seberang sana tertawa renyah mendengar alasan klasik darinya, tunggu apakah dia membuat kesalahan?

“Saya bisa saja membayar denda atas ketidakpatuhan saya terhadap kontrak Pak, tapi apakah anda yakin ingin kehilangan saya sebagai penyumbang dana setiap tahun?”

Pertanyaan dari orang di seberang membuatnya mengangguk setuju, perusahaan yang dijalankan Tama memang besar dan memiliki resiko tinggi. Sangat bagus untuk perusahaannya ke depan. Tama bisa saja membayar denda yang banyak itu namun untuk tahun-tahun kedepannya dia akan kesusahan lagi mencari investor yang berani menaruh investasinya sebesar Tama.

“Baik Pak Tama saya akan mencoba mengatur ulang jadwal Bapak.”

Setelah telepon dimatikan direktur itu berjalan mencari sekretarisnya dan meminta Rani kembali dibawa ke ruangannya. Menit demi menit berjalan hingga lebih dari sepuluh menit, kemana sekretarisnya itu hingga membawa karyawan biasa saja begitu lama.

“Ma-maaf Pak, Rani te-telah pergi setengah jam lalu meninggalkan kantor ini.”

Kalimat singkat dari sang sekretaris membuat pria itu naik pitam dan mengacak-ngacak rambutnya secara brutal. Baru kali ini dia dibuat pusing hanya karena karyawan kampungan yang tidak bisa melihat masa depan di depan mata. Seharusnya Rani berpikir panjang dan senang karena sudah ditaksir oleh pria kaya, kenapa perempuan itu begitu kuno?
.
.
.

STAY SAFE

janlup nonton timnas vs guinea 😘

9 May 2024

Garis LakonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang