mari berteman di ig author = @evrytanadha dm aja nanti di follback kok cmiww
~~~~~
Selamat Membaca
Monggo Enjoy~~~~
Daur Hidup – Donne Maula
~~~~~
“Jika ada rasa yang membuat sakit hati dan membuat diri semakin jauh dari sang pencipta, percayalah itu bukan cinta.”
~
~~~~
“Mas lagi pengen yah, pantes tamunya diusir lebih cepat.”
Tama menggeleng singkat dan duduk cukup jauh di sebelah Rani, ia ingin memastikan terlebih dahulu jika aman. “Mas pengen tidur sama dedek, udah empat bulan baru tahu ada dedek di dalem situ,” tunjuk Tama ke perut Rani.
Rani mengikuti arah pandang Tama, perempuan itu reflek mengelus perutnya menyetujui perkataan sang suami. Ia kembali merasa bersalah kepada jabang bayi yang dinantikan suaminya ini, dia yang mengandung namun tidak feeling sama sekali jika mengandung. Hari ini dia merasa bersalah ke semua orang, dari anak panti, suami, hingga sang jabang bayi di perutnya.
“Dedeknya gak baperan kok, aman dia di sini.”
“Mas pengen tidur sama dedek.”
Bukan keinginannya untuk menjauh dari Tama, tapi bau pria ini sulit dijelaskan. Bukan bau tidak sedap, hanya saja terlalu menusuk hidungnya. Wangi tapi dia tidak suka, dulu suka namun sekarang tidak.
“Gak pakai deodorant?”
Tama menggeleng.
“Pakai body wash punyaku?”
Tama mengangguk.
“Kenapa gak pakai baju sama celana?”
Tama menggeleng.
“Aduh Mas gimana sih orang ditanya kenapa kok cuma ngangguk aja, pakai baju sana gih,” suruh Rani dengan mendorong lengan Tama, “nanti kalau aku udah tahan, Mas boleh shirtless,” tambahnya.
Pria itu dengan enggan beranjak mengambil kaos longgar miliknya dan kembali ke ranjang, membuka tangan bersiap memeluk sang istri.
“Mas ambilin masker yah kalau sayang masih takut muntah.”
“Cuma pakai dalaman aja?” tanya Rani melihat penampilan Tama.
“Mau ke mana sih sayang, tidur aja kok masa ga boleh.” Tama berucap sedikit kesal, mendudukkan dirinya kasar di samping Rani.
Rani tidak ingin mendebat, ia menepuk bahunya sebagai isyarat agar Tama menyandarkan kepalanya di sana. Dugannya salah, nyatanya pria itu justru mengumpulkan rambutnya di satu sisi dan mencuri kecupan mesra di leher.
“Mas gak tahan banget sama kamu sayang, makin berisi makin gemes,” ucapnya bersamaan dengan membubuhkan tanda merah di leher sang istri.
“Tapi kata dokter suruh tahan dulu, takutnya ada apa-apa.”
“Iya mas inget, mas mau cium.”
Tama menyambar bibir Rani setelah mengatakan itu, mencecap bibir seseorang yang dia sayangi entah sejak kapan. Perempuan ini menuruti semua perkataannya, tidak neko-neko dan selalu berpikir panjang lebar saat mengambil suatu putusan. Dia menyukainya, dia menyukai sifat istrinya. Dengan ciuman saja rasanya tidak cukup untuk mengutarakan isi hatinya, perempuan pilihan Papa hanya Ranilah yang membuatnya senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Lakon
Chick-LitBerbagai cara Rani lakukan untuk menjauhkan pria yang selama ini selalu di agung-agungkan oleh sang papa seperti dewa. Ia akan bertekad kuat menggagalkan segala cara agar kata sah tidak akan pernah terdengar di telinganya, ia tahu benar bagaimana ti...