34. Problem

204 19 2
                                    

mari berteman di ig author = @evrytanadha dm aja nanti di follback kok cmiww

~~~~~

Selamat Membaca
Monggo Enjoy

~~~~

Buckbarner- NIKI

~~~~~

“Tidak sepenuhnya lupa hanya terbiasa dengan luka.”

~~~~~

Menjadi orang baik terkadang terlalu mudah di manfaatkan oleh orang lain, sering kali dia mendengar bahwa dirinya ini terlalu baik. Tentu tidak, orang-orang hanya berlebihan menilai dirinya. Ada banyak orang yang jauh lebih baik darinya namun selalu low profile jika bertemu banyak orang. Kebaikan inilah yang menghantarkan seseorang menjadi lebih dominan melakukan tindakan kemanusiaan lainnya, ada kepuasan hati tersendiri di saat melihat senyuman seseorang.

“Mbak udah makan?”

Eh?

Seorang perempuan yang sedari tadi merenung meratapi nasib yang flat-flat saja dikejutkan dengan seruan seseorang di depannya. Matanya melihat dari bawah hingga ke atas siapa orang ini, eh sebentar dia dikira pengemis?

“Be-belum Bu, saya belum makan.” Rani berucap sembari memasukan ponsel mahalnya ke dalam totebag putih gading yang terlihat lusuh. Duduk di trotar selama dua puluh menit saja sudah dikira homeless, ah mungkin karena dia memakai baju model bolong-bolong ini? Tapi dia memakai manset guys, tidak mungkin jika tembus pandang.

“Ayo Mbak kesini dulu makan soto, saya bayarin.”

“Ga-nggak usah repot-repot Bu, saya tidak lapar,” tolaknya sopan.

“Tidak apa-apa Mbak, nanti saya kasih uang juga ke Mbak.”

“Eh?”

Rani hanya bisa menurut saat tangannya diseret menuju tenda soto Lamongan yang berada tak jauh dari tempatnya berada.  Rani kembali meneliti pakaiannya yang bisa dibilang tidak terlalu lusuh, bahkan dia memakai sendal bermerk ternama. Ah positif thinking saja mungkin ibu ini tidak tahu merk, niatnya sudah baik namun salah orang.

Tenda soto ini seperti memang ramai dikunjungi pekerja daerah sini, ia bisa melihat id card para pekerja yang kebetulan dia tahu benar perusahaan itu. Haruskah dia mengubungi orang penting itu? Sepertinya tidak perlu karena jika mengeluarkan ponselnya soto gratis tidak akan dia dapatkan. Jarang sekali ada orang asing yang mentraktirnya makan.

“Umur berapa kamu Mbak?” tanya ibu itu.

“Jalan dua enam, Ibu.”

“Ah seumuran sama anak saya Mbak, kebetulan dia kerja di gedung bagus ini loh Mbak. Alhamdulillah juga anak saya diangkat jadi pegawai tetap Mbak, saya sebagai orang tua cuma bisa doain yang terbaik aja Mbak,” ucap ibu itu panjang lebar yang terkesan sangat bangga dengan anaknya.

“Emh bagus atuh Bu, eh saya makasih banyak loh udah dibeliin soto enak ini.”

“Gak papa Mbak, kebetulan hari ini anak saya gajian ada lumayan rezeki lah buat dibagi sama yang lain.”
Mertuaku yang menggaji anakmu.

Ingin sekali dia pamer namun harus segera ditahan karena akan terkesan sombong, astagfirullah tidak boleh seperti itu Rani yang cantik. 

“Itu anak saya Mbak, barangkali ada lowongan buat Mbak jadi tukang foto copy juga gak ada masalah kan ya? Syukurin apa yang ada Mbak, semua emang dimulai dari bawah.”

Garis LakonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang