10. Cemas

163 13 0
                                    

mari berteman di ig author = @echanwifeys dm aja nanti di follback kok 😘

~~~~~

Selamat Membaca
Monggo Enjoy

~~~~

That Should Be Me – Justin Bieber

~~~~~

“Aku suka begadang, kalau suka kamu nanti banyak saingannya.”

~~~~~

Banyak hal yang ingin dicapai dalam hidup termasuk pujian dari orang-orang sekitar yang mengenalmu dengan baik, ada rasa senang di dalam hati melihat banyak orang yang memandangmu dengan bangga. Rani akui menjadi orang baik di kantor yang di dominasi oleh penjilat memang tidak mudah. Bahkan saat ada anak baru yang diterima jalur interview langsung diberikan tatapan tajam oleh karyawan jalur orang dalam.

“Hidup emang gak ada yang tahu Ren, lo seharusnya bersyukur udah punya kakak sebagai orang dalem buat lo kedepannya.”

“Lah siapa yang mau kerja sama lo juga Kak?” tanya Reno heran.

Rani memandang Reno tidak suka, ia bahkan menunjuk adik tampannya itu dengan sebuah sendok es. “Jadi lo gak mau kerja hah? Mau jadi apa lo kalau gak kerja hah? Siapa yang mau nampung beban keluarga kayak lo gini?”

Kalimat panjang dan pedas yang keluar dari bibir saudari kandungnya itu membuat Reno memegang dadanya cemas, memasang ekspresi tersakiti begitu dalam.

Astagfirullah Kak ngena banget si ucapannya? Gue mau buka usaha Kak, gue mau bikin resto sepuluh cabang kalau lo pengen tahu.”

Rani berdecak mengejek sang adik yang berkata seolah dunia berjalan sesaui dengan keinginannya saja. “Duit dari mana lo mau buka resto sepuluh cabang? Es teh ini aja mau buka cabang kedua aja dananya dibuat Papa beli tanah, pakai uang siapa lo?” tanya Rani dengan heran.

Pemuda yang tengah mengeluarkan cup botol plastik dan menata di atas meja itu mengendikkan bahu ke atas menjawab pertanyaan mudah dari sang kakak. “Dari Mas Tama lah orang ud- eh enggak Kak enggak ada apa-apa,” ujar Reno terbata-bata menyadari dirinya hampir membuka kartu.

“Jadi orang makanya jangan kepedean bang, kayak jadi aja,” sindir Rani.

Reno menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan cepat, dia harus membujuk sang kakak agar usaha yang ada di angan-angannya dapat tercapai dengan segera. “Yaelah Kak jangan egois lah masa mentingin diri sendiri daripada keluarga?”

Perempuan itu tidak habis pikir dengan ucapan sang adik, adiknya itu memang tidak bisa berkaca teman-teman.

“Lo bisa mikir jangka panjang ga sih Ren eh nanti kedepannya kakak gue bahagia gak yah sama suaminya? Kakak gue nanti nyaman gak yah sama keluarga barunya? Seharusnya gue yang bilang kayak gitu ke lo tau gak? Lo sendiri sama Papa yang egois jadiin gue korban di sini.”

Rani berucap panjang lebar dengan urat nadi yang bisa terlihat di balik hijab yang dia kenakan, ia menghampiri sang adik dan merebut paksa cup es teh di tangan Reno saat melihat pembeli yang berjalan menghampiri stand mereka. “Kakak lo ini gak bodoh Ren, gue tahu lo sama Papa udah ada kesepakatan sama keluarganya Mas Tama. Jadi cowo jangan manja bisa gak? Semua kok maunya disetir terus sama Papa,” ucap Rani sarkas.

Rani terlampau kecewa dengan sang adik yang bahkan juga tergiur dengan uang dari Tama, ia memang tahu kesepakatan antara Tama dan Papanya namun dia tidak tahu berapa jumlah yang ditawarkan. Rani jelas tidak ingin jika harga dirinya disamakan dengan tas berisi uang berjumlah lusinan, memangnya dia barang yang bisa dibeli?

Percakapan cukup dingin yang baru saja dia lakukan dengan Reno membuat pemuda itu menjauh darinya, seperti tidak ingin berkontak mata langsung. Rani tidak peduli, Reno saja tidak peduli dengan kebahagiaanya lalu kenapa dia harus peduli kepada Reno juga?

Biarkan Reno saja yang menikah dengan Tama jika pemuda itu benar-benar menginginkan uang.

Di sisi lain di mana nama seseorang yang tengah dibicarakan itu terjadi, mata kirinya berkedut dengan kencang seoalah memang dia tengah dibicarakan. Pria itu bahkan berdecak dengan kesal karena mata kirinya yang berkedut kencang itu.

“Siapa yang membicarakanku seburuk ini hingga mataku berkedut kencang?” tanyanya dengan penasaran.

Pria itu menyakini bahwa perempuan yang akan menjadi istrinya itu yang melakukannya, ia melihat sorot tidak suka yang teramat dalam di mata Rani saat berbicara dengannya. Perempuan itu benar-benar tidak menyukai dirinya entah bagaimana bisa. Bertemu saja tidak pernah namun dendamnya begitu amat terasa.

“Kamu beneran gak dateng ke sini Ran?”

Tama bertanya kepada dirinya sendiri saat tidak mendapati Rani yang sudah tidak berkunjung semenjak salah paham yang dia katakan. Tama sebenarnya tidak begitu peduli dengan perjodohan ini karena kuncinya ada di dia, jika dia berucap tidak maka pernikahan juga tidak akan ada.

Sudah beberapa percobaan dilakukan papanya untuk membuatnya menikah namun selalu gagal karena calonnya begitu gila uang, ia tidak menyukainya.

“Kamu itu agak beda Ran, aku punya masalah apa sih sama kamu di zaman dahulu kok sampai segitunya kamu gak suka sama aku?”

“Orang lain bakal jaga citranya waktu di depan aku Ran tapi kenapa kamu malah jelek-jelekin diri sendiri ke aku?” tanyanya penasaran.

“Papamu saja bersikap hormat kepadaku Ran, tapi kenapa kamu enggak? Ya emang sih kamu masih manggil dengan embel-embel Mas, tapi Mas yang keluar dari bibir kamu tuh masih gak ikhlas di dengarnya,” ucap Tama menilai Rani.

Tama jadi galau sendiri memikirkan Rani, tunggu dia galau?

Tama menggelengkan kepala tidak menerima pikirannya sendiri bahwa dia galau, tidak mungkin dia galau memikirkan perempuan bermuka dua itu. Rani pasti berharap bahwa dia akan mengejarnya dan membalikkan keadaan dimana dia yang harus mengemis kepada keluarganya. Tidak semudah itu saudar-saudara, dia ini Tama Waluya mana mungkin mengemis perhatian.

“Cantik,” ucap Tama tanpa sadar saat melihat foto Rani di postingan instagram miliknya.

“Dikejar gak nih?”

“Dikejar atuh Pak Tama, apa yang seharusnya jadi milik kita seharusnya dikejar sampai dapet.”

“Eh?”

Tama mengangkat kepalanya dan menatap sopir yang sudah lama bekerja di keluarganya dengan senyuman kecil. “Pak Edi ini ikut nimbrung aja waktu aku ngomong sendiri, udah mending nyetir yang bener,” sarannya.

“Hahaha saya kan cuma ngasih saran Pak, saya dengar Pak Tama mau dijodohin sama ibu Rani?” tanya sang sopir.

Tama hanya berdehem kecil dan berlanjut melihat-lihat postingan di instagram Rani.

“Ibu Rani orangnya baik ya Pak, waktu saya ambil mobil bapak yang kecelakan kemarin dibantu Bu Rani buat ongkos pulangnya sama dikasih makanan Pak. Gak sombong juga Pak, mau nyapa duluan loh Bu Rani itu.”

Tama mendengar dengan seksama ucapan sang sopir, hanya Pak Edi yang berani curhat seperti ini karena dia sudah bekerja cukup lama. Bahkan yang menjemput kepulangannya dari rumah hanya Pak Edi ini saja, keluarga yang lain menunggu di rumah megahnya.

“Sekarang sangat jarang perempuan sopan seperti Bu Rani, saya turut senang jika Pak Tama menikah dalam waktu dekat.”.
.
.
.

STAY SAFE

wellcome may 😗

1 May 2024

Garis LakonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang