Terburuk dan Terindah

155 28 18
                                    

Hye Na meletakan kopernya begitu saja sesampainya di apartemen, hanya sekitar satu jam setengah saja perjalanan dari Gwangju ke Seoul tapi sudah sangat menguras energinya, sepanjang perjalanan otaknya berputar siapa kira-kira orang yang bisa dan mau meminjaminya uang dalam jumlah yang cukup besar, sudah bukan lagi jutaan won tapi ratusan juta. Hye Na meremas sendiri rambutnya penuh frutrasi, sekarang ia hanya bisa duduk bersandar di tepi ranjang.

Gadis itu mengeluarkan ponselnya melihat daftar kontaknya, sambil menilai apakah orang yang ada di kontak itu mau meminjaminya uang. "Seokjin Oppa." Gumamnya, namun dengan segera Hye Na menggelengkan kepalanya. "Tidak bukan dia."

Akan sangat sulit bagi Hye Na untuk kembali merangkai kata menjelaskan masalahnya kenapa meminjam uang padanya, sudah banyak cerita bohong yang ia ceritakan tentang keluarganya pada pria itu.

"Namjoon ... Benar Namjoon." Gumam Hye Na ia sudah tau tentang Hye Jung yang sakit, walau tak terlalu detail paling tidak Namjoon tau itu, tak ada satupun hal yang Hye Na sembunyikan pada Namjoon bahkan pria itu juga tau kalau dirinya pernah bekerja di club malam.

Hye Na melihat jam di ponselnya, 18:45 KST. "Ini belum terlalu malam, semoga dia di rumah."

Masih dengan tubuh yang lelah Hye Na beranjak dari duduknya mengenakan tas slempang dan segera keluar dari apartemen, berbagai pikiran berkecamuk di benaknya selama dalam perjalanan ke apartemen Namjoon, tentang bagaimana ia harus menceritakan kondisi adiknya yang sudah semakin tak memiliki banyak waktu jika ia tak segera di operasi. Gadis itu tak bisa menyembunyikan ketegangannya saat bus yang ia tumpangi sudah semakin dekat dengan apartemen Namjoon, sejujurnya ada rasa malu yang terbersit di benaknya, tapi ia benar-benar sudah tak tau harus ke siapa lagi ia harus meminta bantuan.

Sampai di depan apartemen Namjoon dengan tangan yang bergetar Hye Na mencoba untuk menekan bel pintu, sempat merasa ragu selama beberapa detik akhirnya sambil memejamkan matanya erat Hye Na menekan bel pintu itu, namun bertepatan pula dengan Namjoon yang membuka pintu. Untuk sesaat keduanya sama-sama terkejut, dan hanya saling berpandangan.

"Hye Na" Ujar Namjoon yang berdiri di ambang pintu. " Ada apa?" Tanya nya kemudian.

"Akh.. aku.." Ucap Hye Na tergagap, namun di lihatnya Namjoon yang mengenakan setelan jas rapih, bahkan tangannya mengenggam kunci mobil. " Kau mau pergi?" Gadis itu balik bertanya.

"Nee ... " Jawab Namjoon yang masih bingung melihat Hye Na di depan pintu apartemennya.

" Ka ... kalau begitu aku pergi saja, kau sedang sibuk ternyata." Jawab Hye Na.

Namjoon menarik lengan jasnya dan melihat arlojinya. "aku masih ada waktu sebentar. ada yang kau butuhkan dari ku?"

"Anie..." Jawab Hye na cepat. " A ... pena yang dulu pernah kau katakan padaku, yang tertinggal. aku ingin mengambilnya." Ujar Hye Na beralasan. tiba-tiba saja kata-kata yang sudah ia susun untuk menceritakan kondisi adiknya dan maksudnya kedatangannya ke situ hilang begitu saja, setelah melihat Namjoon.

"Owww" Namjoon kemudian membuka lebar pintu apatemen dan mempersilahkan Hye Na untuk masuk. "Coba periksa di kamar mu?" Ujar Namjoon.

Hye Na kemudian masuk kedalam dan berjalan ke kamar yang dulu pernah ia tempati, tanpa di temani Namjoon, tak ada yang dapat ia lakukan di kamar itu, ia hanya diam berdiri terpaku selama beberapa menit, dan akhirnya memutuskan untuk kembali keluar dari kamar.

"Kau menemukannya?" Tanya Namjoon sambil menutup buku dan meletakannya di meja ruang tengah.

"Tidak ada" Jawab Hye Na kikuk. " Baiklah aku pulang saja, aku tidak mau mengganggumu terlalu lama, terimakasih." Ujarnya lagi sambil berjalan ke pintu depan.

MY LECTURER || KIM NAMJOON || [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang