REGRET

231 35 29
                                    

Hye Na membuka matanya, terlihat dari celah tirai di luar sudah cukup terang, ia lalu mengalihkan pandangannya ke jam dinding di sudut ruangan yang menunjukan pukul sebelas siang, dan sudah tak ada sosok Namjoon berada disitu. Berat sekali bagi gadis itu untuk beranjak bangun dari tempat tidurnya, tubuhnya begitu lelah, dan hampir seluruh bagian tubuhnya merasa sakit, terlebih di daerah selangkangannya.

Ia menutup wajahnya dan menangis bagaimana ia merasa sudah di lecehkan oleh Namjoon, namun ia marah dan benci pada dirinya sendiri sempat menikmati sentuhan kasar pria itu. Namjoon menggunakan tubuhnya untuk melampiaskan hasratnya sebagai wanita bayaran, sedangkan ia menggunakan hatinya saat bercumbu dengan pria itu.

Hye Na beringsut dari tempat tidur walaupun sangat sulit baginya untuk bangun namun ia mencoba memaksanya, dengan tertatih ia mencoba berjalan ke kamar mandi sampai dia melihat kartu hitam yang masih tergeletak di kabinet dapur, kembali teringat olehnya bagaimana pria itu mencumbu tubuhnya di lorong dapur itu. Gadis itu lalu bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari cairan-cairan pria itu yang sudah mengering di tubuhnya. di pandangnya di cermin wastafel berbagai jejak keunguan di leher dan dadanya, bahkan sampai ke bagian dalam pahanya. Hye Na menghelah nafanya berusaha untuk kuat menghadapi cobaan hidupnya, sekarang baginya adalah segera pulang ke Gwangju dan melunasi seluruh biaya pengobatan adiknya.

Setelah membersihkan tubuhnya, Hye Na bersiap untuk ke Gwangju dengan kereta siang itu juga.

***

Namjoon hanya termenung sambil mengaduk-aduk sup rumput laut yang tersaji di hadapannya, siang ini ia ada di rumah orang tuanya untuk makan siang bersama mereka. Pikirannya tak menentu perasaan bersalahc muncul di hatinya, ia menyesal sudah menuruti amarahnya, namun ia juga sangat kecewa dengan apa yang sudah Hye Na lakukan. Hye Na ternyata tak berubah usahanya selama ini untuk membawanya keluar dari dunia malam ternyata sia-sia saja.

"Nak... Kenapa tak makan " ujar Appa Namjoon, yang sedari tadi memperhatikan putranya yang hanya memutar-mutar sendok di dalam sup.

"Kau ada masalah nak?" Sambung Eomma.

Namjoon berusaha tersenyum. "Aniya Eomma, Appa, seperti biasa hanya masalah kampus saja. Ada beberapa praktikum yang jadwalnya saling bentrok" Kilah Namjoon, yang kemudian kembali melanjutkan makan, agar kedua orang tuanya tak khawatir padanya.

"Oww.. syukurlah, Appa kira ada masalah yang serius sampai mengganggu pikiran mu." Ujar Appa.

"Aniya..." Jawab Namjoon sambil mengulas senyum nya.

"Nak... Bagaimana pendapatmu tentang Areum, putri Senator Kim?"

"Areum..." Namjoon terdiam sesaat " Dia gadis yang cerdas dia juga cukup aktif di kampus, nilainya bagus juga." Jawab Namjoon.

Eomma dan Appa Namjoon tersenyum.

"Bukan sebagai seorang dosen, tapi sebagai seorang lelaki Namjoon aa" ujar Eomma.

"Oww... Cantik" jawab Namjoon singkat.

"Lalu...?" Terlihat Appa cukup antusias dengan jawaban putranya itu.

"Wae?" Namjoon balik bertanya.

Kemudian Eomma Namjoon yang berada di samping menepuk pundak putranya itu. "Nak... Cobalah untuk menjalin hubungan serius dengannya, Eomma dan Appa ingin segera menimang seorang cucu." Ujar Eomma.

Namjoon mengalihkan pandangan pada Eomma nya, tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Eomma, Appa memperhatikan kalian saat makan malam kemarin, dan sepertinya kalian terlihat cocok dan ada ketertarikan satu sama lain." Ujar Eomma kembali.

MY LECTURER || KIM NAMJOON || [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang