"Gue dibawa ke sasana tinju,masih didekat asrama. Gue mohon tolong- AKH-"
Si laki-laki berbaju hitam menjambak rambut abu milik Ren,membuat si empunya mengaduh kesakitan.
"Lo telfon siapa hah?" Tanyanya seraya mengambil ponsel yang berada di saku seragam Ren lalu mematikan panggilannya dan menaruh ponsel itu di lantai.
Tangan Ren diikat di belakang kursi,dia menggunakan perintah suara untuk menelfon Aga dari ponsel yang dia letakkan di saku seragamnya.
"S-sakit,bangsat!!" Umpat Ren,kepalanya masih terasa pusing karena obat bius yang dia hirup tadi.
"Hey jangan ngomong kasar dong,kan tadi udah gue bilang kalau Lo ngomong kasar lagi,Lo bakalan gue cium. Mau?" Si laki-laki bermasker tadi mendekat dan langsung berjongkok di depan Ren.
"Lo juga ngapain jambak dia? Lo mau gue pecat!?"
"Hehe maaf bos" si baju hitam tadi langsung keluar dari ruangan yang terlihat seperti sasana tinju itu.
"Hufftt....Ren! Gimana kabar Rei?"
Ren sedikit terkejut,orang itu bahkan mengenal Rei.
"Gue kangen sama dia,rasanya pengen banget gue culik dia dan jadiin dia milik gue untuk semalam penuh bahkan selamanya hahah" lanjutnya seraya tertawa.
"Lo sebenernya siapa!?"
"Gue?" Laki-laki itu kembali mendekati Ren,lalu membuka topinya.
Saat mata orang itu terlihat jelas,Ren sudah bisa menebak dia siapa,tapi apa mungkin dia orang yang ada dipikiran Ren?
Orang itu membuka maskernya,pelan tapi pasti. Setelah wajahnya terlihat seluruhnya,dia mendekat ke wajah Ren.
Remaja pendek itu terbelalak.
"Kenapa? Kaget?"
"L-Lian?"
Laki-laki berbadan tinggi besar itu adalah Lian,anak dari teman orang tua Ren dan Rei. Usianya sama dengan Ren,tapi tubuhnya yang tinggi besar dan bentuk wajah yang tegas membuat Lian terlihat lebih dewasa.
Dia menatap Ren remeh,lalu kembali menjauhkan tubuhnya.
"Awalnya target gue masih Rei,tapi waktu gue liat Lo keluar area sekolah sendirian,gue rasa gak rugi juga culik elo" celetuk Lian.
"Lo udah gila!?"
"IYA!!"
Ren meringsut,siapa orang ini sampai berani membentak dirinya seperti itu?
"Gue suka sama Rei,gue cinta,gue sayang!! Tapi,dengan gampangnya dia bilang kalau dia 'normal' hahah" ucap Lian lagi,lalu kembali berjongkok di depan Ren dan mengangkat dagu orang itu dengan satu tangannya.
"Kalau Lo...gimana? 'Normal' juga?" Tanyanya.
"...."
"Hm?"
"...."
"Gue gak nyangka,Lo akan tumbuh jadi se-manis ini. Pasti Rei juga manis,kan?" dia membuat wajah Ren menengok ke kanan dan kiri,menelisik wajah itu dengan teliti.
"Lepasin gue!!"
"Gak!! Jangan harap! Anggap aja sekarang Lo lagi nyelamatin Rei,Lo gak mau kan Rei gue apa-apain? Hm?"
"Apa mau Lo!?"
"Gue mau Rei"
"Lian,itu waktu kita masih SMP. Dan gue sama Rei udah lupa sama Lo,kenapa lo balik dan bikin masalah kayak gini?" Ucap Ren panjang.
"Karena gue gak bisa lupain Rei! Dan...."
Lian malah mendudukkan dirinya di pangkuan Ren,lalu menangkup wajah manusia pendek itu dengan kedua tangan besarnya.
"Ah...selama ini gue terus bayangin wajah dia"
"Tapi...Rei adalah Ren dan Ren adalah Rei. Jadi,Lo mau kan temenin gue malam ini,hm?" Tangannya beralih membuka kancing paling atas dari seragam Ren,lalu meletakkan tangannya di tengkuk si surai abu itu.
Ren rasanya ingin menangis,tapi dia tidak mau terlihat lemah di depan manusia sialan ini. Dia sedikit memundurkan wajahnya,menatap tajam Lian tanpa berbuat apapun.
Lian menatapnya tajam,lalu beralih menatap bibir tipis itu dan terkekeh kecil,kemudian kembali menatap mata Ren lagi.
Sesaat kemudian dia mendekat,lalu memejamkan matanya
Ren yang sadar Lian akan menciumnya itu langsung memalingkan wajahnya menjauh. Namun beberapa saat kemudian dia terperanjat kaget.
"Bangsat!!" Umpatnya lalu menggigit bibir bawahnya sendiri.
Lian menghisap lalu menggigit ceruk lehernya.
"Jangan ngomong kasar!" Ucap Lian dengan baritonnya tepat didepan telinga Ren,lalu mengecup daun telinga itu sebentar.
Ren seketika diam,dia takut Lian akan melakukan lebih dari ini.
Lian lalu memeluk tubuh kurus itu,tangannya melepaskan tali yang mengikat tangan Ren.
"Lo jangan ngelawan! Atau Rei akan jadi korban gue berikutnya!" bisiknya.
"Sialan-"
Cup
"Kan udah gue bilang,kalau ngomong kasar,Lo bakal gue cium!"
Rasanya Ren benar-benar ingin menangis,Lian mencium bibirnya begitu saja. Walaupun manusia tinggi itu melepas ikatannya,tapi dia tetap menahan kedua tangan Ren dengan tangannya.
"Manis juga" celetuk Lian lalu kembali mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir manusia manis di depannya itu lagi.
"Brengs- emmhh..."
Lian melumat bibir Ren dengan kasar.
Kepalanya berpindah ke kanan kiri,satu tangannya menekan tengkuk Ren karena remaja pendek itu berusaha melepas tautan bibir mereka.
Suara kecipak yang kasar terdengar memenuhi ruangan sasana itu.
Ren benar-benar sudah menangis,wajahnya basah oleh air mata dan keringat. Dia tidak bisa melawan tenaga manusia sialan ini.
Pletakk
"Akh-" Lian mengaduh,lalu melepaskan ciumannya membuat Ren segera meraup udara untuk bernapas.
Seseorang melempari kepala Lian dengan beberapa batu kecil.
°°
Terimakasih sudah membaca,jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote,kritik,dan saran( ◜‿◝ )♡
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVEMATE || Henxiao
Teen Fiction"Dia cium lo?" Ren mengangguk. "Lo mau gue bersihin bekas dia?" "H-hah?" [Boys love story!!] [18+⚠️] •Theme song : She A Wolf by WayV• Xiaodery||Henxiao||Henjun