hancur

72 9 1
                                    

"Papa udah pulang!!"

Brukk

Kantong kresek yang sedari tadi Ren pegang terjatuh ke tanah,dia mematung menatap sosok yang Cio panggil 'papa' itu.

"R-Ren?" Gumam pria paruh baya yang baru masuk ke halaman rumah itu.

"Loh? P-papa udah kenal sama Ren? Ren?" Cio menatap sang papa dan juga Ren bergantian,dia mengerutkan keningnya bingung.

"Ren...kamu Ren,kan? Rei dimana? Kenapa kamu sendiri?" Pria itu mendekati Ren, menggenggam bahu Ren erat dan mengabaikan Cio yang berdiri di sana dengan penasaran.

Sementara Ren sendiri masih mematung, netranya terus menatap tajam pria itu.

Tak

Ren menepis tangan pria itu,lalu mundur beberapa langkah,"Jangan sentuh saya!!" Ucapnya penuh penekanan.

"Ren...ini ayah...kamu nggak lupa kan sama ayah?" Pria itu terus berusaha mendekati Ren.

"Jangan mendekat!!" Ren menunjuk wajah pria itu dengan telunjuknya.

Samuel yang agak bingung dengan keadaan ini hanya menatap Cio dengan tatapan bertanya. Entah kenapa, Cio dengan cepat membawa Samuel masuk ke dalam rumah,meninggalkan papa nya bersama Ren di sana.

"Papa? Dia bilang anda adalah papa nya? Cio...Elzio...anak yang dulu pernah anda bawa ke rumah ini,saat saya dan adik saya kecil,saat bunda kami masih hidup!? ANAK ITU BAHKAN LEBIH TUA SATU TAHUN DARI SAYA!???" Tanya Ren bertubi-tubi.

"Ren tenang,ayah akan jelasin"

"Enggak,saya nggak butuh penjelasan anda soal anak itu! Saya cuma mau anda menjelaskan kenapa anda dan anak itu bisa tinggal di rumah saya!??"

Pria itu menunduk,"Maafin ayah, Ren. Ayah mencoba mencari kamu, mencari Rei,mulai dari rumah ini. Ayah mencari kalian ke seluruh kota,bahkan ke pusat kota. Dan ayah nggak tau harus tinggal di mana karena ayah kehilangan pekerjaan ayah,dan sekarang ayah tidak punya apa-apa..." Dia menghentikan ucapannya lalu menarik nafasnya panjang.

"Terpaksa ayah bawa Cio tinggal di rumah ini,karena ibunya meninggal beberapa bulan yang lalu dan dia tidak punya siapa-siapa" lanjutnya.

Ren tertawa remeh,"Kenapa? Kenapa anda mencari saya dan adik saya? Peduli!? Terus kenapa saya harus peduli sama anak selingkuhan anda itu!?"

"Ayah tau ayah salah,ayah berusaha mencari kalian,sampai akhirnya ayah beberapa kali melihat Rei di taman dekat sekolah kalian. Tapi ayah selalu gagal mengikuti Rei, sampai tadi seharian ayah mengikuti kamu..." Pria itu menghentikan ucapannya,lalu menatap Ren yang juga menatap dirinya penuh amarah.

"Ayah lihat tas kamu di ambil orang,dan...maaf ayah cuma bisa bantu itu" lanjutnya.

Ternyata pria itu yang membantu Ren tadi?

Tubuh Ren kembali bergetar,matanya mulai berair,"B-berhenti sebut anda sebagai ayah saya. Bunda dan ayah saya udah mati!!" Tegasnya.

"Ayah minta maaf,Ren"

"Maaf!? Kemana anda selama ini? Kenapa anda membawa anak itu kesini setelah ibunya meninggal? Kenapa nggak tinggalin dia seperti anda ninggalin saya dan adik saya? BAHKAN SETELAH BUNDA KAMI MENINGGAL,ANDA TIDAK ADA DI SISI KAMI!! KENAPA!???" kalimat penuh tekanan itu lolos dari bibir Ren, dibarengi dengan cairan bening yang turun dari mata sipit itu.
 
 

~
 

 

Langit sudah gelap,matahari sudah tidak terlihat lagi di ufuk barat. Ren duduk beralaskan pasir putih dengan pemandangan laut yang begitu damai.

Berbeda dengan isi kepala Ren yang berisik dan terasa penuh. Air mata juga terus turun membasahi pipi remaja manis itu,membuat matanya semakin sipit dan merah.

"Maaf? Lo kira maaf bisa bikin bunda gue hidup!? Bisa bikin gue sama Rei hidup bahagia!? CIH GILA!!!" Monolognya seraya menggenggam pasir lalu melemparkannya ke depan.

Setelah bertemu ayahnya tadi,Ren berlari tanpa tujuan hingga sampai di pantai ini. Pantai yang berjarak hampir lima kilometer dari rumahnya,tempat yang sering dia dan Rei kunjungi dulu bersama sang bunda,juga bersama Lian kecil dulu.

Beberapa saat perut remaja pendek itu berbunyi, dia lapar. Tangannya meraih kantong pemberian Lio tadi.

Ada banyak sekali makanan ringan,beberapa minuman kaleng,dan dua botol air mineral.

Ren mengambil sebungkus makanan ringan lalu melahapnya sambil terus memandangi ombak yang bergerak mendekati kakinya.

Ting

Satu pesan masuk,membuat remaja manis itu segera meraih ponselnya. Sejak dari stasiun tadi sepertinya Ren lupa kalau dirinya membawa ponsel.
 


 

Reinan Gabriel (⁠◠⁠ᴥ⁠◕⁠ʋ⁠)

Udah sampe?
Gimana rumah?
Foto in kak
17.35

Kak?
Kakak?
Kak Lo nggak apa-apa?
Nggak kecopetan lagi kan?
18.05

Jangan pulang terlalu malem
Kereta jam berapa?
18.53

Kakak?
19.00

KAK!!!
20.03

Nggak apa-apa
Kereta jam 11,Rei
Gue baru bisa buka HP
Nanti sampe asrama gue cerita
Sekarang gue gak bisa
20.05

Akhirnya Lo bales juga
Sekarang di mana?
20.07

Masih di sekitar rumah
20.07

Lo nggak bales chat Aga ya?
20.07

Iya
20.08

Sekarang Lo dimana?
Share location!!
20.08

//Location
20.09

Lo di pantai?
20.11

Iya
20.11

Wait!
20.11

For what?
20.11

//Read
20.12
 
 

"Wait? Apa yang harus gue tunggu?" Monolog Ren. Setelah obrolannya dengan Rei selesai,dia kembali memakan makanan tadi.

Saat mengeluarkan isi kantong kresek itu,mata Ren membulat. Didalam kantong itu ada tiga kaleng minuman beralkohol,Ren yakin itu milik Lio yang tidak sengaja ikut diberikan kepada Ren.

Terbersit pikiran untuk meminum minuman itu.

 

°°

 
 
Terimakasih sudah membaca,jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote,kritik,dan saran(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

LOVEMATE || HenxiaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang