official

168 12 0
                                    

/Selamat membaca (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠

°°

 
Malam hari sekitar pukul 19.30,Aga berjalan kaki di trotoar seraya memainkan ponselnya. Membuka catatan panggilan dan melihat beberapa panggilan dari teman-temannya,satu panggilan tak terjawab dari Ega,dan dua dari Ren.

Tapi entah,Aga malas untuk menelfon mereka kembali. Toh setelah ini dia akan kembali ke kamar asrama dan bertemu dengan roommate nya,dan mungkin dia akan menelfon Ega nanti.

"Pasien sudah dibawa pulang kemarin"

"Oleh siapa?"

"Keluarganya"

"Setau saya, Luna sudah nggak berhubungan dengan keluarganya lagi"

"Pasien masih memiliki seorang kakak laki-laki"

Percakapannya dengan perawat rumah sakit lima belas menit yang lalu terus terngiang-ngiang di kepalanya. Memikirkan siapa orang yang menjemput Luna dan bagaimana keadaan gadis itu membuat Aga sedikit pusing.

Langkahnya sampai di area asrama,rasanya Aga ingin cepat-cepat merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk setelah pergi ke sana kemari membuatnya begitu lelah.

Sampai di depan kamarnya,dia mendapati Rei dan Ren yang berdiri di depan kamar dengan raut wajah serius. Karena Aga lelah dan malas untuk bercanda,dia berjalan begitu saja melewati dua bersaudara itu lalu masuk ke kamarnya.

Ren menatap roommate nya itu datar,kenapa wajah orang itu terlihat suram? Padahal sebelum keluar untuk pergi ke rumah sakit tadi orang itu sempat bertanya hal aneh kepadanya.

Sesaat kemudian Ren kembali fokus dengan adiknya,"Gue bakal pikirin itu lagi,jangan ambil keputusan sendiri,Rei. Lo harus hati-hati dan selalu izin sama gue kalau mau keluar asrama,ngerti!?"

Rei mengangguk,lalu kembali masuk ke dalam kamarnya dengan lesu. Ren pun menyusul Aga masuk ke dalam kamar mereka.

Saat sudah sampai di dalam kamarnya,Ren mendapati Aga yang sudah merebahkan tubuhnya di tempat tidur dengan lengan yang dia gunakan untuk menutup matanya.

"Aga"

"...."

"Kenapa? Gimana keadaan cewek itu?"

"...."

"Aga!!"

Akhirnya Aga bangun,terduduk di tepi tempat tidurnya.

"Gimana?"

Aga menatap Ren datar,"Apanya?" Tanyanya.

"Lo kenapa?"

"Gue enggak apa-apa"

"Lo keliatan capek banget. Mau gue ambilin minum?"

"Mau,teh aja. Atau susu juga boleh"

Ren seketika menatap manusia itu dengan malas,"Ngelunjak!! Kita cuma punya air putih!"

Jawaban itu berhasil membuat Aga terkekeh geli, ekspresi marah Ren yang dibuat-buat itu terlihat sangat lucu untuk Aga.

"Yaudah nggak usah" ucap Aga lagi.

Ren lalu duduk di tepi ranjang miliknya,berhadapan dengan Aga.

"Ren"

"Hm?"

Tiba-tiba Aga menepuk pahanya,"Sini" pintanya.

"Apa?" Ren bingung.

"Duduk di sini" balas Aga seraya menepuk pahanya lagi.

Hal aneh macam apa lagi ini? Ren selalu tidak paham dengan sifat Aga yang tidak bisa ditebak ini.

"Apa sih,Ga?" Tanya Ren seraya berjalan mendekat ke arah Aga.

"Duduk di pangkuan gue!"

"T-tapi ini agak...." Ren menurut,tapi dia ragu. Pikirannya tiba-tiba melayang mengingat mimpinya waktu itu,ah mimpi sialan itu membuat Ren sering berfikir mesum. Apa lagi kalau itu tentang Aga.

Tapi entah kenapa melihat kondisi Aga yang sedikit berantakan membuat Ren kasihan dan menurut,dia dengan canggung mendudukkan tubuhnya di pangkuan Aga.

Setelah manusia manis itu duduk di atas pahanya, Aga mengangkat kedua lengan Ren untuk melingkar di lehernya lalu mendusalkan wajahnya di ceruk leher si manis.

"A-Aga?"

"Gue capek,Ren" keluhnya seraya melingkarkan lengannya di pinggang ramping milik Ren.

Ren mematung,apa yang harus dia lakukan?

"Apa lagi sekarang?" Tanyanya pelan.

"Luna udah dibawa pulang"

"Syukur dong,berarti dia udah sembuh" balas Ren lalu mengusap surai Aga.

Aga melepas pelukannya,menatap mata sipit itu lekat,"Gimana kalau dia diculik? Dia gak punya keluarga,dan gue yang bikin dia kecelakaan" ucapnya khawatir.

Lalu Ren menggeleng pelan,"Dia kecelakaan bukan karena lo" ucapnya.

Aga tidak menjawab,hanya terus menatap wajah manis didepannya itu.

Sementara Ren,tak terasa dia tersenyum kecil,di saat Luna membuatnya sakit, Aga masih bisa mengkhawatirkan gadis itu,hebat.

"Kenapa lo senyum?" Tanya Aga.

"Lo baik ya,Ga?"

Aga lalu tersenyum,tangannya terangkat untuk merapikan surai abu milik Ren,"Gue emang baik,jadi gimana? Lo udah bisa jawab pertanyaan gue tadi?"

Ren memalingkan wajahnya yang terlihat gugup.

"Ren,gue sayang sama lo"

"...." Ren hanya memandang segala arah menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Kalau emang lo nolak dan gak mau,lo bisa jujur"

Ren kembali menatap mata Aga,"B-bukan gitu..."

"Gue bingung" lanjutnya.

"Soal?" Tangan Aga terangkat untuk merapikan surai abu itu.

"...."

"Ren-"

"Iya,gue mau" ucap Ren. Wajahnya tetap menghadap Aga,namun matanya terus mencari objek lain yang dia tatap selain mata Aga.

"Lo sayang sama gue?"

"Gue....gue suka cara lo memperlakukan orang-orang di sekitar lo,Ga. Lo baik,jadi..."

"Kita jadian?"

Ren menatap Aga lekat lalu mengangguk beberapa kali membuat surai abu itu ikut bergerak.

Aga tersenyum,bukan tersenyum lagi,tapi tertawa tanpa suara sambil terus memeluk tubuh Ren erat.

Sementara Ren membalas pelukan itu,namun dalam benaknya banyak sekali pertanyaan.

"Apa nggak apa-apa? Apa hubungan kayak gini akan baik-baik aja? Gue harap ini bukan keputusan yang salah"

   
 
 
 
  °°

Terimakasih sudah membaca,jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote,kritik,dan saran(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡


^^
Wait‼️ Book ini yang biasanya update setiap hari,sekarang mungkin bakalan jarang update dan bisa jadi saya hiatus sebentar karena akhir-akhir ini agak sibuk hehe tapi dijamin sampai tamat kok~

Tetap tungguin Agaren yaaa dan tungguin Jerei ,tungguin Marega juga eh tapi mereka kayanya gak akan jadian deh soalnya kata Ega dia itu straight eh gtw deh(ノ゚⁠0゚⁠)⁠ノ⁠~

LOVEMATE || HenxiaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang