Toxic - 015 : Ketika Jiwa Bersatu

112 18 2
                                    

Seketika itu juga Mingi menjauhkan tatapannya. Semua terjadi secara cepat dan berulang, tapi tak bisa ditahannya. Mingi benar-benar sulit untuk menyembunyikan perasaannya, selagi seharusnya, sosoknya yang dikenal orang-orang terlihat dingin dan sulit disentuh. Dan ini adalah alasan yang tak Mingi mengerti, mengapa setiap kali tatapannya jatuh pada sang adik tingkat, dirinya berdebar sekencang itu.

Padahal Jongho sibuk.

Dengan kertas-kertas coretan di hadapannya, di atas meja di mana mereka bersebrangan, Jongho begitu fokus dan tak terganggu.

Selagi Mingi seperti anak SMP baru bertama kali jatuh cinta yang terus memainkan pulpen diantara jemarinya secara lihai.

Di sekitar mereka, tentu ada anggota klub yang lainnya. Sibuk dengan hal yang tengah mereka kerjakan, dalam rangka memutar otak untuk membuat tulisan-tulisan kreatif, yang akan mereka pamerkan di acara penggalangan dana amal tahunan kampus.

Mingi tahu, dirinya berada di klub ini hanya dengan motivasi ingin lebih cerdas dalam membuat lirik lagunya. Mingi hanya tak menyangka, bahwa ada satu adik tingkat yang menarik perhatiannya, setelah mengenal selama berbulan-bulan.

Dan itu mematikan 'kekerenannya'.

"Kak."

Satu panggilan itu membuat Mingi terkesiap.

Tak ada yang mengangkat wajah mereka, hanya Mingi.

Lantaran memang Jongho memanggil tepat untuknya.

"Ya?" balas Mingi, sok dingin.

Jongho tersenyum padanya sambil mendorong lembaran kertasnya pada sosok tersebut.

Cukup membuat Mingi salah tingkah, untuk tak menatap matanya lagi dan mencoba fokus menerima kertasnya. Mingi berdeham sambil menaruh pulpennya di celah daun telinga, melihat sekilas, dan mengangguk pada beberapa anggota seangkatannya. "Oke, keren. Buatan Jongho keren. Udah, yang lain gak perlu berusaha lagi. Kita udah dapet."

"Mingi..." satu temannya mengernyit padanya. "Kayaknya lo pegang itu kertas baru dua detik deh?"

Jongho menahan kekehannya di sana.

Sedangkan Mingi, berusaha menutupi tingkah bodoh tak tertahannya, dia berdiri. Mingi berdecak pelan, pura-pura membaca lagi, sebelum menunjuk Jongho. "Tapi kurang sentuhan--ini kurang rapi. Gue rasa Jongho harus ikut gue keluar, cari udara segar."

"Mings, ngapain, sih?"

"Bro, haha, lo kenapa?"

"Anjir, udah di sini. Mepet nih nanti ditagih anak pelaksana."

Mingi memasang ekspresi palsunya--seolah sangat dingin, sulit untuk digapai. "Serius, tulisan Jongho udah bagus tapi kurang dikit. Sekalian, kami mau beli kopi."

"Loh, Kak?" Jongho tertawa gemas, tak tahan, dan menunjuk samping pulpennya

Ketika Mingi melihat, tersadar, ada segelas Iced Americano--minuman favoritnya--yang masih tersisa setengahnya lagi. "Y-ya... itu udah gak dingin?"

TOXIC (ATEEX BXB)Where stories live. Discover now