"Sebentar lagi bulan Juni; ulang tahunmu." Hongjoong baru saja menyeka sedikit noda es krim yang terdapat di sudut bibir Yeosang, di mana sang kekasih berhenti untuk memotong waffle dengan toping es krim yang tengah dimakannya. Hongjoong melakukannya dengan sangat lembut, di depan umum tersebut--tepatnya di salah satu cafe untuk es krim Italia, di posisi mereka duduk di kursi dan meja yang terletak di luar. "Apa yang kamu ingin untuk ulang tahunmu nanti?"
Sejujurnya Yeosang agak terkejut. Bukan karena ulang tahunnya, tapi karena Hongjoong tak mempermasalahkan cela yang dilakukannya di depan umum. Walau begitu, Yeosang tahu caranya meminta maaf. "Maaf, aku akan makan lebih rapi lagi--"
"Seolah kamu bisa makan secara rapi." Hongjoong memotong dengan kekehan, melipat napkin yang baru digunakannya pada Yeosang, dengan sedikit noda menempel. Hongjoong mengangkat tangannya dahulu, meminta pelayan mendekat, sebelum memberikan napkin tersebut. "Tolong diganti, ya. Ini kotor."
Padahal nodanya tak kentara, dan hanya sedikit.
Es krimnya pun berwarna putih--rasa vanila.
Hongjoong tetap melakukannya dengan senyuman, dan sang pelayan pamit pergi setelah menerimanya. Hongjoong pun kembali pada Yeosang yang terlihat tengah mengulum bibir bawahnya dalam kebingungan. "Ada apa?"
"Aku tak tahu ingin apa--aku hanya ingin kamu."
"Oh, tentu saja sudah kukosongkan waktu, Doll." jawab Hongjoong kembali. Sentuhan dilakukan di pipinya, yang membuat Yeosang, seperti kebiasaannya, menjatuhkan beban pada telapak tangannya. Hongjoong sangat senang ketika Yeosang melakukannya. "Coba katakan, apa yang sekiranya kamu inginkan?"
Yeosang tahu dirinya harus menjawab, sehingga ia hanya mencari yang sekiranya bisa diucapkannya. "Mungkin... ke luar kota jika tak keberatan?"
"Pantai?" Hongjoong memberikan sugesti.
Sayangnya, tak bisa.
Yeosang tak bisa.
Seluruh air itu mengingatkannya kepada--
"Ah, tentu. Kita takkan pergi ke laut, nanti musim panas nyaris di puncak. Akan sangat ramai."
Hongjoong menarik Yeosang pada kenyataan kembali. Di mana memang secara tak sadar, Yeosang meremas celananya sendiri, di bawah meja. Tepat, ketika bayangan beberapa tahun lalu kembali berputar di kepalanya.
Berusaha sekuat tenaga, Yeosang menepis trauma di dalam dirinya.
"Gunung, bagaimana?" Hongjoong menyarankan lagi. "Karena kemungkinan takkan hujan, bukankah akan bagus? Kita bisa bermain di alam."
"Ya... tapi bukankah nanti... aku bisa kotor?"
Lagi, Hongjoong menyentuh Yeosang, tapi kali ini dengan tangan ditempatkan di atas meja, meminta tangannya. Hongjoong tersenyum senang begitu Yeosang mengangkat tangan yang dia sembunyikan di bawah, agak gemetar, untuk menaruhnya di atas telapak tangannya.
"Aku takut kotor..."
"Ingat yang kubilang? Kamu boleh untuk kotor jika itu perbuatanku--kita bisa membuatmu bersih kembali, ya?"
Rapuh, Yeosang mengangguk tipis.
"Atau jika tak mau, kita bisa pilih pantai saja walau ramai--"
"Tak perlu." Dan itu adalah bagaimana Yeosang meninggalkan sentuhan pada garpunya, untuk menggenggam tangan Hongjoong--menjadikannya dengan dua tangan. Ada kepanikan di sana, walau Yeosang berusaha tak memperlihatkannya. "Tak perlu... kita bisa... ke gunung saja. Aku mau ke gunung..."
Hongjoong membalasnya dengan anggukan persetujuan. "Tentu. Akan kusiapkan segalanya, kamu hanya perlu duduk manis setiap harinya, dan mengurus bunga-bungamu, ya?"