Sungguh, Wooyoung terbangun dalam keadaan baik, sehingga pesan-pesan yang masuk ke dalam direct message Instagram-nya, benar-benar diabaikannya. Sekalipun notifikasi berhamburan, dari mereka yang bertanya, mengapa Wooyoung meninggalkannya dalam keadaan terbaca tanpa membalas dalam dua atau tiga hari, semua tak membuat ia tertarik.
Kemarin, Yunho benar-benar memberikan segala yang diinginkan Wooyoung.
Sehingga tak ada alasan untuknya hari ini mencari hiburan di luar.
Saat itu, Wooyoung sulit untuk menyembunyikan senyumannya, karena terus teringat akan Yunho. Walau memang pekerjaannya membantu; diwajibkan untuk selalu tersenyum menghadapi nasabah, membuat Wooyoung bisa berdalih setiap detiknya.
"Baik, untuk pengajuan penambahan limit kartu kreditnya bisa dilakukan, ya, Pak Zachery. Semuanya akan berlaku mulai dari bulan Juni, setelah tanggal 10 atau setelah pemotongan pembayaran bulanan."
Sang nasabah, bernama Sanyukta itu tersenyum, terlihat ingin cepat pergi dari bahasa tubuhnya. "Oke, oke. Kalau gitu udah selesai?"
"Mohon tunggu sebentar." Wooyoung memproses dahulu seluruhnya, dalam satu menit lanjutan, hingga selesai. Setelahnya, Wooyoung memberikan kartu kredit dan kartu tanda pengenalnya kembali, pada sosok yang segera menerimanya. "Baik, sudah selesai, Pak Zachery. Ada yang bisa saya bantu lagi?"
"Tak ada."
"Baik jikalau--"
"Sudah, ya?" San berdiri, saat itu, tergesa.
Jadi Wooyoung berhenti, sambil mengangguk, ikut berdiri. "Sudah selesai, Pak. Silahkan."
Hingga pergilah nasabah tersebut meninggalkan mejanya.
Cukup aneh gerak-geriknya, seperti maling saja, pikir Wooyoung.
Wooyoung ingin memutar mata tapi harus menahannya. Sampai dirinya mendudukkan diri kembali, dan menunggu nomor antrian selanjutnya. Hanya saja, Wooyoung menoleh dahulu pada ponselnya di laci, bawah mejanya, dan melihat bagaimana notifikasi menunjukkan banyaknya pesan tak terbaca.
Ah, Wooyoung mendadak tersadar.
Tampaknya... laki-laki tadi cukup familiar.
Kapan... ya, Wooyoung pernah melihatnya?
Belum mendapatkan jawaban, Wooyoung terkejut karena ada notifikasi lain yang masuk ke dalam ponselnya. Adalah sebuah pesan biasa, yang seharusnya tak membuatnya tertarik, tapi baris nama sang pengirim membuatnya sangat excited.
Jadi Wooyoung mempertimbangkan secara cepat untuk membukanya atau tidak.
Dari pesan yang bermula dengan;
aku tadi bikin bun dan mendadak ingat kamu
Wooyoung tersenyum tak tahan atas bagaimana kekasihnya tampak sudah mulai kembali tergila-gila padanya, dan itu membuatnya berpikir akan satu hal pasti.
Tak ada alasan untuk pergi.
.
.
.
aku tadi bikin bun dan mendadak ingat kamu
kangen banget
pulangnya ayo makan di luar?Pesan yang baru saja Yunho berhasil kirimkan.
Di mana setelahnya, Yunho mendesahkan napasnya dan menaruh ponselnya di meja rendah, dari meja tinggi, yang berada memanjang bersama dengan meja kasir. Berada di baliknya adalah tempat favorit Yunho, setelah ikut memantau atau membantu pekerjaan di dapur, agar bisa langsung menyajikan apapun yang pelanggannya inginkan, atau berkomunikasi langsung dengan dapur.