Toxic - 021 : Buah Terlarang Pt. 2

140 20 0
                                    

Pada hari Selasa itu, atau tepatnya di pagi hari menjelang siang, Mingi yang telah melarikan diri ke agensi, justru memilih untuk kembali lagi ke tempat yang dekat dengan di mana kekasihnya bekerja. Soulful Grounds, tepatnya, menjadi tempat singgahnya di waktu mendekati makan siang tersebut. 

Setelah semalaman bertengkar, lagi, Mingi hanya terus memikirkannya.

Atau tepatnya, Mingi memikirkan, sampai kapan Jongho akan seperti ini padanya?

Harus berapa banyak kesempatan yang Mingi berikan, karena sejujurnya, dia sangat ingin diperjuangkan. Sedangkan Jongho, benar-benar tak memperlihatkannya.

Ya, memang, Jongho pernah mengatakannya sejak awal mereka berpacaran--tepat saat Mingi telah menembaknya--tapi bukan berarti harus terus seperti ini, bukan? Ya, dan juga, Mingi tahu Jongho menyayanginya, tapi tak bisakah dia lebih berusaha menunjukannya, bukan hanya karena dia membiarkannya selingkuh.

Siapa yang ingin selingkuh lagipula?

Hanya orang-orang rendahan yang memilih jalan itu.

Dan... Mingi salah satunya, walau tak menggunakan hati.

Mingi kini duduk di spot yang menjadi favoritnya, dan tak sibuk memilih, segera memesan pada salah seorang pelayan di sana. Mingi menatap layar ponselnya, yang ditaruh di atas meja, dalam diam. 

Entah apa yang Mingi inginkan sekarang.

Mungkin... Jongho belum tahu.

Tak apa.

Mingi hanya seseorang yang diam dan berharap saja...

Tak lama menunggu, Mingi akhirnya mendapatkan pesanannya. Namun yang mengirimkannya bukan pelayan sebelumnya, melainkan seseorang yang diajak bicara olehnya kemarin. Mingi mencoba tersenyum, masih atas rasa bersalah karena membuat mood-nya cukup rusak kemarin.

Sayangnya, justru Yunho--sosok itu--yang menyadarinya.

"You good?"

Ditanya seperti itu membuat Mingi emosional, tapi dirinya hanya tersenyum, dan meraih garpu untuk saladnya. Seolah sebuah aba bahwa dirinya memilih untuk makan, bukan bicara.

Maka Yunho melempar lap ke bahunya sendiri dan mengangguk, hendak pergi.

Tapi lagi, Mingi sadar cepat, mungkin itu menyinggungnya. "Cuma... kepikiran kerjaan."

"Oh." Yunho mengangguk dan berhenti. Melihatnya beberapa detik sebelum memutuskan untuk kembali berdiri menghadapnya--dan itu dilakukannya saat Mingi mengambil suapan dan memperlihatkan padanya, pertanda bahwa dia akan makan. "Lo kerja di mana? Sebelah?"

"Bukan, pacar gue yang kerja di sana." ucap Mingi, tahu tempat yang dimaksud walau tak benar-benar bersebelahan dengan cafe tersebut.

Hal itu membuat Yunho mengangguk. "So, lo gak kerja?"

"Gue komposer." Mingi kembali menjawab, mulai menikmati percakapan yang menarik jauh keributan di dalam kepalanya. Mingi tahu bahwa mereka agak canggung, jadi dia pun mencoba. "Awalnya gue asal, tapi tempat lo di sini... enak."

Yunho tersenyum, merasa bahwa dia pun ingin melanjutkan pembicaraannya. "Ya, sebagian resep dari pacar gue--Wooyoung. Dia suka masak, terus gue minta hal-hal yang sederhana dibuatnya, tapi memang seenak ini."

"Kalau yang ini?" Mingi menunjuk pada sandwich-nya--hendak mulai memakannya.

Sedikit meringis, Yunho menjawab. "Gue jagonya bikin kopi, tapi percaya gak, yang lo makan itu, resep original gue?"

"Serius?" tanya Mingi--sedikit tak percaya dari informasi terbatasnya.

Yunho mengangguk cepat, bangga di sana. "Serius. Ya, gue ikut kursus dulu sebelum buka tempat ini, tapi gue gak terlalu ahli untuk bikin hal lain, jadi gue merasa memang bukan bakat gue di sini. Dan ketika gue berhasil bikin menu ini, pun disetujui banget rasanya sama pacar gue, dari sana semangat gue yang sempat padam kembali membara buat bangun cafe ini."

TOXIC (ATEEX BXB)Where stories live. Discover now