Toxic - 025 : Persimpangan

128 19 0
                                    

Mingi tak pernah tahu, bahwa ketika dirinya tiba di cafe pada sore hari itu, telah pergi Jongho sekitar dua jam lalu. Yang Mingi tahu hanyalah, dirinya baru pulang bekerja, dan masih penasaran apakah Jongho telah mengetahui bahwa dia sempat menyelamatkan file-nya--tentu--dengan cara mengirim emailnya pada email history terhadap editornya. 

Walau sebenarnya Mingi sudah tak ingin tahu apapun lagi.

Semalam, perkataan Jongho, lagi-lagi sangat menyakitinya.

Dan itu membuatnya bingung.

Apa Mingi sehina itu... sampai tak bisa diperhatikan lagi? Sampai harus memohon dengan sangat, dari perlakuannya yang rasanya dahulu tak sesibuk itu sekalipun demikian. Hal-hal yang masih bisa Mingi coba toleransi, sehingga membawa hubungan mereka cukup panjang sampai sekarang.

Ah, mungkin memang Mingi yang banyak maunya?

Atau Jongho tak benar-benar peduli terhadapnya?

Pikiran Mingi sangat kacau sehingga dirinya melarikan diri kemari. Mingi duduk di tempat favoritnya, berharap bahwa yang melayaninya adalah sosok yang entah, mungkin ingin ditemuinya? Dan beruntung, karena Mingi melihatnya keluar dari dapur, dan langsung tersenyum juga begitu menyadarinya.

"Pesanan biasa?"

"Punya rekomendasi lain?" kata Mingi, menantang.

Yunho memiringkan wajahnya, berpikir sejenak, sebelum mengedikkan bahu. "Gue mau jadi orang yang bikinin makanan lo, dan gue cuma pe-de banget di menu favorit lo, so..."

"Alright, I'll take one." Mingi terkekeh.

Hal itu mampu membuat Yunho membalasnya dengan tawa yang sama, dan pamit pergi ke dalam, selagi Mingi mengeluarkan ponselnya.

Mingi pun menyibukkan dirinya menunggu, dengan bicara pada orang-orang di kantornya, seputar pekerjaannya, pun kerjasama mereka dengan agensi lain. Mingi menghabiskan waktu sendirian, bahkan sampai mengeluarkan tablet di tasnya, untuk menggunakannya seraya bekerja sedikit.

Sehingga ketika Yunho tiba dengan pesanannya, dia bertanya hal kecil. "Mau ditemani ngobrol kayak biasa, atau mau sambil kerja?"

"Kalau lo gak sibuk...?" jawab Mingi berupa pertanyaan, seolah mengundang.

Yunho yang mengangguk, melipat kedua lengannya di atas meja, sebelum menatapnya lekat di sana. "Okay, kita ngobrol, tapi sambil lo kerja dan makan aja."

"Well," Mingi memutar arah tablet dengan cover penyangganya, memperlihatkannya pada Yunho. Di sana, tepat segera dia memperlihatkan salah satu projectnya, masih dalam mentahannya. "Kalau lo penasaran kerjaan gue kayak gimana."

Agak menyipitkan matanya, Yunho mencoba untuk melihatnya. Yunho mencoba memahami, walau tak bisa, tapi tatapan dari takjubnya memberikan sebuah respon positif darinya. "Rumit, ya, ternyata bikin lagu tuh? Gak ada yang gue pahami sih..."

"Ya, agak rumit." Mingi terkikik. "Tapi gue senang sama rasa pusingnya."

Yunho melirik sinis, "serius? Gue gak salah dengar? Suka sama rumit?"

Santai, Mingi mengedikkan bahunya. "Mau dengar musik gue?" tanyanya, sambil merogoh saku, mencari wadah earpod-nya. "Kalau mau, gue tunjukin, sambil gue makan."

"Sure, kalau gak keberatan?"

"Gak, lah." kekeh Mingi, sebelum mendapatkan yang dicarinya, membuka wadah dan memberikannya pada Yunho dalam keadaan menyala. Tersambung otomatis segera dengan tabletnya, dan di sana Mingi hendak membuka file jadinya.

TOXIC (ATEEX BXB)Where stories live. Discover now