Yunho tak karuan.
Setelah mengecek berulang kali pun, hasilnya masih sama.
Wooyoung sudah menghapus akun Instagram keduanya, yang dia penuhi dengan bagaimana personanya sebagai seseorang yang menggoda--seorang penggoda lebih tepatnya. Persona yang sama seperti bagaimana Yunho melihatnya dahulu, yang membuatnya yakin untuk berselingkuh dengannya karena merasa itu adalah kesempatan satu kali dalam hidupnya yang tak boleh terlewatkan.
Tak ada jejak.
Bahkan mungkin, Wooyoung cukup pintar untuk tidak membiarkan e-mail terhubung pada akun tersebut berada di dalam ponselnya. Jadi, ya, Yunho tak mendapatkan apapun selain apa yang sudah ditunjukan, diberikan padanya.
Sedangkan Wooyoung berdiri di hadapannya--yang duduk di sofa ruang tengah apartemennya--dengan melipat kedua lengannya depan dada sambil menatap malas. Wooyoung merasa lelah dan malas--atau hanya tak ingin berada di situasi ini. Jadi setelah memastikan lagi bahwa Yunho masih tak puas, dirinya berbalik untuk beranjak menuju kamarnya.
"Aku mau mandi. Cari apapun yang kamu mau di ha-pe-ku. Aku gak pernah selingkuh."
Yunho sudah tak punya tenaga untuk berdebat tentang perselingkuhan yang Wooyoung lakukan. Selama ini memang tak pernah terjadi persetubuhan secara langsung, jadi mungkin Yunho akan melewatinya.
Mungkin karma untuknya.
Langkah Wooyoung terlihat pelan, seraya melepaskan satu per satu kancing kemejanya--seolah ingin disusul.
Memang Yunho hendak menyusulnya, tapi kemudian ponselnya sendiri bergetar. Yunho menaruh ponsel Wooyoung di sampingnya, untuk mengganti dengan miliknya. Membaca apa yang tertera masuk ke dalam grup chat yang dirinya buat sebagai adminnya.
Kurang lebih memberikan info lanjutan tentang bahan untuk stok baku dan basah yang akan datang malam ini, jadi mereka bertanya haruskah menutup cafe lebih cepat. Juga bertanya;
apakah Yunho akan datang?
Oh, Yunho ingin sekali datang.
Namun Wooyoung...
Yunho melirik ke arah kamar dengan pintu yang ditinggalkan terbuka, tapi sang kekasih sudah tak terlihat di sana. Yang ada hanya suara air terdengar, mengalir, seolah memang dengan sengaja pintu kamar mandi pun tak ditutup dengan rapat.
Wooyoung sudah memberikannya janji.
Bukan berarti Yunho menerimanya, tapi... bagaimana lagi?
Semua ini Wooyoung putuskan secara sepihak.
Yunho masih merasa tak adil.
Hanya saja...
Yunho meninggalkan ponsel dalam keadaan layar terbuka, mengubah status terkirim menjadi terbaca. Di mana Yunho berdiri sambil mengusap wajahnya sendiri dan beranjak menuju kamar, untuknya mendapati bahwa benar seperti yang diperkirakannya.
Di lantai pakaian Wooyoung berserakan.
Bahkan jam tangan, pun lanyard-nya.
Di dalam kamar mandi, suara air terdengar jelas dari sela pintu.
Yunho mendekat dan berakhir dengan membuka pintu lebih lebar, untuk bersandar menatap. Pada Wooyoung yang berada di dalam shower room, yang juga terbuka, membuat sebagian air hangat itu bercipratan keluar.
Saling menatap yang mereka lakukan.
Perbedaannya hanya satu bertelanjang, satu tidak.
Yunho menekan kepalanya pada permukaan pintu dalam diam.