Di bawah meja itu, Hongjoong diam untuk beberapa detik lamanya, fokus menatap layar yang menunjukkan bagaimana keadaan secara realtime dari CCTV di toko bunga kekasihnya berada. Walau memang, Hongjoong jarang mengecek dari ponselnya kurang lebih sejak Yeosang sudah mulai baik-baik saja. Sehingga Hongjoong hanya akan mengecek langsung seraya menjemputnya.
Kasus berbeda jika seperti ini; dirinya berada jauh, dan Yeosang di sana.
Sendirian.
Setidaknya sudah menutup toko kembali setelah menyiram beberapa tanaman. Dan tepat juga mengirimnya pesan bahwa dirinya akan pulang.
Jadi sudah selesai.
Hongjoong mematikan layar dan mengangkat wajahnya kembali, untuk melihat ke arah depan, pada pergantian pembicara di dalam ballroom yang disewa untuk acara yang dihadirinya. Di mana dia duduk lurus, di salah satu meja bundar bersama yang lainnya, untuk memperhatikan--ketika dirinya di hari ini hanya sebagai tamu saja.
Di depan sana, Seonghwa, mulai menyapa para tamu undangan.
Kini fokus Hongjoong teralih sudah, fokus pada sosoknya. Mendengarkan secara seksama semua yang dirinya bahas mengenai hal-hal yang akan mereka promosikan terhadap kampus-kampus yang akan didatangi. Bicara dengan ahli, bicara dengan santai, berada di dalam elemennya.
Terlihat sempurna.
Sampai tak sengaja mata mereka bertemu dan...
...Hongjoong tahu Seonghwa akan mencari nomornya.
.
.
.
Dengan marah, Wooyoung membanting mobilnya dan segera membawa dirinya menyusuri basement tersebut untuk menuju elevator terdekat. Tak ada yang lebih menyakitkan pun menakutkan untuk dirinya jika melihat Yunho sudah tak luluh padanya. Namun bukan berarti ini saatnya Wooyoung memohon dan meminta.
Heck, sampai kiamat tak akan pernah dilakukannya.
Wooyoung menunggu elevator terbuka sambil menghentak kaki secara berulang. Tubuhnya terasa panas, membakar sampai ubun-ubunnya. Wooyoung hanya ingin cepat pulang, sendirian, dan berpikir hal apa yang harus dilakukannya untuk membuat Yunho minta maaf padanya.
Bersujud jika perlu.
Ketika terbuka, dirinya segera masuk dan naik ke lantai di mana dirinya tinggal.
Tak bohong jika napas Wooyoung terengah.
Tak suka...
Benar-benar tak suka.
Apalagi tadi ada... siapa? Mingi? Bisa-bisanya Mingi berada di dalam bersama Yunho, setelah sebelumnya... bukankah Mingi berada di pihaknya?
Menyebalkan.
Sungguh.
Sangat menyebalkan, memuakkan, meresahkan, me--
Wooyoung terhenti saat elevator terbuka, namun bukan karena dirinya telah tiba di tempat tujuan, melainkan ada yang masuk. Wooyoung mengangkat wajah karena sosok itu baru saja menggerutu, terdengar seperti;
"loh, gue kira turun."
Hanya saja berasal dari...
"Wooyoung."
Di mana Wooyoung membulatkan matanya.
Selagi San, yang baru saja mendesah mengira bahwa yang terbuka adalah elevator yang bertujuan ke bawah seperti tempat yang akan ditujunya, segera memaksa masuk dan menekan tombol untuk menutup pintunya.