Kaca mobil diketuk.
Yunho menurunkan kacanya sambil menoleh ke samping, di mana Mingi dengan motornya menatap setelah mengangkat pelindung matanya. Yunho diam memperhatikan, berusaha tetap tenang selama tidak memikirkan kekacauan di cafenya tadi, sebelum mendengar apa yang berniat dikatakannya.
"Jadi kita mau ke mana?"
"Rumah gue?" Yunho menembak asal.
Mingi yang terkejut, sembari sesekali melirik ke arah atas, di mana lampu dari rambut masih berada pada merah, membuat mereka masih tertahan untuk melanjutkan perjalanan. "Lo serius? Gak deh, Yunho. Gue gak mau bikin Wooyoung salah paham."
"Dia ngelakuin hal lebih buruk dari pada--"
"Bukan artinya lo harus bales juga, 'kan?" Mingi memotong.
Sehingga Yunho menatap lekat dalam bingung di dalam mobilnya.
Selagi Mingi mengembalikan tatapan ke depan, bersiap untuk melajukan kembali, sambil sedikit menyampaikan hal. "Gue juga gak akan mau, kali, semisal Jongho lakuin hal yang sama kayak yang gue lakuin."
Yang tak disangka adalah Yunho membalas.
Benar-benar membalasnya.
Tepat, saat menjadi hijau.
"Ya, artinya lo jangan lakuin hal yang lo gak mau pacar lo lakuin, dan sebaliknya."
Setidaknya cukup untuk membuat Mingi terkejut sampai tertahan untuk menggenggam kuat stang motornya, selagi Yunho mendahuluinya dengan mobilnya tersebut.
.
.
.
Tiga ketukan dan pintu terbuka.
Seonghwa mengetuk pintu kamar hotel seseorang, yang nomornya baru berhasil didapatkannya, dan berakhir membuatnya menghubunginya. Entah mengapa. Yang Seonghwa tahu, ketika acara usai, sosok itu segera melarikan diri dari keramaian, seolah tak membiarkan ia mendapatkan nomornya secara langsung.
Dan itu sedikit membuatnya mempertanyakan diri; mengapa Seonghwa bersikap seperti itu?
Sebenarnya, San mengirimnya pesan.
Hanya saja Seonghwa tak membalasnya.
Karena di sini...
"Orang-orang berkumpul di bawah. Anda bilang ingin ditemani minum. Jadi mungkin kita bisa bergabung dengan--"
Seonghwa tak menyangka.
Atau sebenarnya sudah, jauh di dalam kecil pikirannya.
Bahwa Hongjoong akan melebarkan pintu dan mempersilahkannya masuk.
Hal itu cukup untuk membuat Seonghwa mematung dalam beberapa detik, lalu menelan ludahnya dalam kecanggungan yang terasa nyata.
Selagi Hongjoong menunjuk ke arah dalam secara sopan. "Saya punya minuman di dalam, dan saya tak terlalu suka keramaian."
"Oh, i-itu bisa dimengerti." Seonghwa terbata tipis dan tersenyum. Ragu untuk melangkah, tepat ketika ponsel di tangannya kembali bergetar pendek, tapi tetap saja dirinya melangkah maju. "Maaf, permisi."
Hongjoong menunggu sampai Seonghwa benar-benar masuk ke dalam dan setelah melakukannya, dia menutup pintu. Seolah tak memberikannya jalan keluar yang bisa dimintanya, selagi masuk ke dalam tempat orang asing, di malam seperti ini. Setelahnya, Hongjoong berjalan melewati Seonghwa yang terhenti lantaran menunggu sang penghuni lebih dulu.