Jay terdiam, tatapannya jatuh pada sang kakek yang duduk di sofa ruang keluarga, pria paruh baya itu menatap nya tajam.
Decihan terdengar, "Lihat penampilan nya, dia brandalan atau seorang siswa? Apa apaan ini?"
Tangan Jay menggenggam erat tali tas nya, melirik Rose yang kini tersenyum menenangkan.
"Jay, kemari sayang. Kakek baru datang tadi," ucap Rose lembut.
Jay dengan ragu mendekat, berusaha tetap tenang di bawah tatapan tajam dan tak suka sang kakek.
"Kau berkelahi dengan siapa? Kau harus bersikap baik dan punya etika, jangan bersikap seperti orang rendahan yang tak pernah belajar," ucap sang kakek melihat luka di sudut bibir dan memar di pelipis Jay.
"Kau pewaris tunggal, Jay Park!"
"Ayah sudahlah, Jay masih remaja, dia masih punya banyak waktu untuk masalah perusahaan nanti. Biarkan dia bermain layak nya remaja, ayah," ucap Chanyeol.
Jay menoleh pada Rose, berusaha menarik senyum, "Aku--akan ke apart Matt saja--"
"Berhentilah membuang waktu dengan mereka Jay--"
"Pergilah, hati hati di jalan ya," Rose menyela ucapan mertuanya itu, mengecup kening putra nya sekilas.
Jay segera melangkah pergi dari sana dengan wajah murung, selalu saja begini..
Tatapan tajam menyorot Chanyeol dan Rose, "Kalian terlalu membebaskan nya, lihat semua masalah yang dia buat selama ini? Dia hanya mengandalkan kekuasaan kalian sekarang."
"Dia harus bisa berdiri di atas kedua kakinya sendiri, Chanyeol!"
Chanyeol mengangguk malas, "Jay bisa, dia tak lumpuh ayah."
"Chanyeol ayah tak bercanda!"
"Aku juga. Berhenti mengatakan hal buruk dan menatap putra ku dengan tajam, aku tau apa yang terbaik untuk putra ku ayah."
Chanyeol mengernyit kesal, "Aku tak suka saat ayah membuat nya sedih."
________________________
"Jay? Ada apa?" Jaemin meletakkan segelas jus yang baru saja ia buat, menatap Jay yang masuk, masih dengan seragam sekolah.
Jay menggeleng, merebahkan tubuhnya ke sofa, "Tak ada, aku baik baik saja."
Jaemin mendekat, melepas almamater Jay membuat anak itu terpaksa bangun sesaat, "Wajah murung mu terlihat jelas, ada masalah?"
Jay menunduk, mengurungkan niat nya untuk kembali tidur, "Aku--tak tau.."
"Aku memang satu satunya putra daddy dan mommy, tapi mereka tak pernah memaksa ku. Tapi kakek--"
"Dia selalu mengatakan aku tak berguna dan seperti anak jalanan yang suka mencari masalah."
Jaemin mendudukkan dirinya di lengan sofa, mengusap rambut Jay lembut. Jay jarang terlihat murung seperti ini.
"Tak apa, orang tua mu tak mempermasalah kan itu, jadi itu pasti bukan masalah besar."
Jay menghela nafas kasar, menunduk masih dengan wajah murung nya.
Jaemin menarik senyum tipis, dengan hati hati memeluk Jay, "Baiklah, menangis saja jika itu membuat mu lega."
"Aku boleh membalas pelukan mu, kan?" bisik Jay, takut nya tubuh Jaemin memiliki luka.
"Iya, boleh."
"Jaem, apa aku benar benar seperti berandalan?"
Kekehan Jaemin terdengar, "Bukan kah aku lebih parah? Lihat saja warna rambut ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGER
Teen Fiction"Aku Jay, Jay Park" "Lee Jaemin" _______________ Bisnis, musuh, pewaris, pertemanan, semuanya menjadi satu. Pergi dari penderitaan lain menuju penderitaan lainnya, lantas Jaemin tak pernah menyangka akan menemukan seseorang yang benar benar mengulur...