Jisoo tersenyum, "Jaemin ya? Ayo masuk, mau menjenguk Allen, kan?"
Jaemin mengangguk, menatap Jisoo yang tersenyum teduh padanya, ia lantas menoleh dan mendongak pada Rose yang mendorong kursi rodanya.
"Mommy tak perlu repot, aku bisa ke dalam sendiri," ucap Jaemin pelan, membiarkan Rose dan Jisoo tetap di depan ruang rawat, keduanya tampak akrab, setau Jaemin, kalau tak salah keduanya memang sahabat dekat.
Netra hazel Jaemin menatap Allen yang masih terpejam, masker oksigen menutupi sebagian wajah lelaki itu, sudah lama Jaemin tak mendengar suara lelaki itu..
"Maaf baru datang, aku agak kacau akhir akhir ini," gumam Jaemin di sambung helaan nafas lelah.
"Kapan kau akan bangun? Aku--mau berkeliling rumah sakit saat malam, aku tidak bisa tidur karena mimpi buruk, ayo temani aku."
Tampaknya--Jaemin mulai semakin gila, ia bahkan tak bisa lagi tidur dengan tenang nyaris berbulan bulan dan kini malah semakin parah..
"Haah, aku sepertinya akan mati sebentar lagi," gumam Jaemin miris.
Jaemin selalu kagum bahwa ia masih bisa bertahan sejauh ini..
_____________________________
"Apa?"
"Benar Jaemin lumpuh, kan? Kamu mau dengan orang yang bahkan tak bisa berjalan?"
Jay mengernyit kesal, menatap tak suka pada Zin, "Jaemin dan Allen ada di Swiss, apa yang kau bicarakan? Jaemin ku bisa berjalan."
Zin terkekeh sinis, "Tak mungkin, aku melihat nya sendiri di rumah sakit."
Sontak Jay terdiam, sebelum kemudian tatapannya kian tajam, "Kau--yang menyebarkan foto itu?"
"Apa? M-mana mungkin--"
"Kenapa? Kau mau Jaemin jadi bahan ejekan? Sayang sekali, itu tak akan terjadi."
Jay menarik senyum, senyum paling angkuh yang ia miliki, "Jaemin milik ku, jadi dia pasti sempurna."
"Aku menolak yang tidak sempurna, dan--kau tau itu siapa, kan?"
Jay takut, entahlah, aura Zin selalu membuatnya takut dan tak nyaman, namun kali ini tampaknya Jay terlalu berani hanya karena hinaan untuk Jaemin.
Jay tak terima, tak pernah bisa terima jika ada yang menghina salah satu di antara 4 orang tersebut.
___________________________
Rean diam, menatap lekat Jaemin yang kini sedang berjalan seraya berpegangan pada kedua pagar besi khusus di sisinya.
"Tuan Lee, bagaimana kalau anda yang memapah tuan muda? Tampaknya perkembangan tuan muda lebih baik akhir akhir ini, mungkin tuan muda bisa mencoba berjalan keluar dari kedua besi ini."
Rean spontan terdiam, dapat merasa tatapan Jaemin terarah padanya, ia berdehem pelan, tampak ragu, namun tetap berjalan mendekat, "Baiklah, biar ayah bantu."
Jaemin lebih ragu dari pria itu, masih belum bangun dari kursi roda dan menyambut uluran tangan Rean, Jaemin takut..
Tangan pria itu--jelas bukan membawa ingatan baik.
"Jaemin?"
"A-ah iya," Jaemin menyambut uluran tangan Rean, bangun dengan hati hati dari kursi roda.
"Hati hati!" Rean dengan cepat menahan tubuh Jaemin yang terhuyung ke depan, anak itu tiba tiba saja lebih lemah dari sebelumnya.
"M-maaf," bisik Jaemin lirih, dalam hati berdoa agar tangannya yang gemetaran tak dapat di rasa Rean.
"Berjalan lah dengan hati hati," ucap Rean seraya melirik Jaemin sekilas, lantas netra kelamnya kembali fokus menatap kaki Jaemin yang kini melangkah dengan amat pelan dan hati hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGER
Teen Fiction"Aku Jay, Jay Park" "Lee Jaemin" _______________ Bisnis, musuh, pewaris, pertemanan, semuanya menjadi satu. Pergi dari penderitaan lain menuju penderitaan lainnya, lantas Jaemin tak pernah menyangka akan menemukan seseorang yang benar benar mengulur...