Jay menghela nafas kasar, menarik narik dasi di tangannya dengan asal. Ia memilih ke sekolah setelah tadi pagi menyempatkan diri melihat keadaan Jaemin yang--benar benar buruk..
Luka dan lebam memenuhi wajah Jaemin, membuat wajah lelaki itu membengkak dan di balut perban, sebagian, begitu juga tangannya.
Jay--tak mau melihat keadaan Jaemin yang seperti itu..
"Hai Jay."
Sial..
Jay melirik Zin yang kini mendudukkan diri di sampingnya, ia memilih beranjak bangun, membuat Zin dengan cepat menahan tangannya.
"Mau kemana--"
"Lepas Zin! Jangan mengganggu ku, mood ku buruk," sela Jay kesal, menyentak tangannya hingga terlepas dari cengkraman Zin.
Zin menahan senyum, sudah mendengar berita yang menimpa lelaki bermarga Lee itu, "Karena Jaemin?"
Rahang Jay mengeras, berbalik seraya menghela nafas kasar untuk kesekian kalinya, "Ya, karena Jaemin ku. Aku tak bisa tidur jika dia tak memeluk ku, aku tak bisa belajar jika dia tak mengajari ku. Aku tak bisa memasang dasi jika dia tak melakukannya, aku tak akan terbangun jika Jaemin tak membangun kan ku seperti biasanya."
"Paham? Aku sedang kesusahan karena kehilangan sebagian diri ku, jadi jangan mengganggu ku!"
Rahang Zin mengeras, ikut beranjak bangun dan menatap Jay lekat, "Kalau begitu lupakan dia. Aku bisa menggantikannya yang mungkin saja mati--"
DUGHH
Jay dengan cepat menyingkir kala tubuh Zin terhuyung ke depan karena tendangan Allen yang baru datang.
"Eyyy, kau sebaiknya menjaga mulut mu jika membicarakan salah satu di antara kami~"
Allen menarik senyum saat Zin berbalik, "Aku tak suka ucapan seperti itu."
"Lagipula, sayang sekali, jika Jaemin tak ada, mungkin Sam yang akan menggantikannya, lalu masih ada Matt dan aku, kau tak masuk dalam antrian, dude."
"Cari yang lain, atau kau mau pindah ke alam lain?" Allen menarik Jay untuk segera pergi dari sana, meninggalkan Zin yang kini mengumpat kesal.
"Kau yang akan pindah ke alam lain sialan!"
__________________________
"Kalian berdua--kenapa pucat sekali? Darimana?" tanya Matt menghadang langkah Jay dan Allen di koridor.
Allen terkekeh, "Jay sepertinya kehilangan setengah nyawa nya karena Jaemin."
Jay berdecak dengan malas melepas rangkulan Allen, "Aku baik baik saja, aku akan ke kelas dulu."
Matt dan Allen menatap Jay yang kini pergi dengan lesu, lantas tatapan Matt kembali menyorot Allen, "Kenapa? Kau benar benar pucat, Allen."
Allen hanya memberi senyum, nyaris berlalu jika saja Matt tak menahannya, menekan bahu kirinya hingga ia mengerang kesakitan.
"Matt!"
"Kau--melukai bahu mu lagi?"
Hening, Allen hanya pasrah saat Matt menariknya menuju UKS.
"Haah sialan, aku selalu ingin membunuh pria itu, aku bisa gila," gumam Allen pelan.
"Matt, semalam rasanya aku mau terbang dari lantai 100 saja."
Matt menoleh, masih terus melangkah, "Lantai 100? Aku belum membuatnya, tunggu seratus tahun lagi ya."
"Cih, lama. Apa karena kau miskin? Aku alergi kemiskinan, jauh jauh dari ku, aku tak mau dekat dengan mu" Allen berusaha menarik tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGER
Teen Fiction"Aku Jay, Jay Park" "Lee Jaemin" _______________ Bisnis, musuh, pewaris, pertemanan, semuanya menjadi satu. Pergi dari penderitaan lain menuju penderitaan lainnya, lantas Jaemin tak pernah menyangka akan menemukan seseorang yang benar benar mengulur...