Jay menghela nafas gusar, melirik tangannya yang terinfus lantas melirik Rose dan Chanyeol yang kini tertidur di sofa. Ia berusaha mengingat hal apa yang membuatnya lagi lagi terbangun di rumah sakit.
"..Jaemin?" Jay berusaha beranjak bangun. Netra kelamnya mengedar mencari hp nya, ia melirik piyama pasien yang ia kenakan.
"Jay?" Chanyeol segera bangun dan mendekat pada sang putra yang kini terduduk.
"Dad, hp ku dimana? Jaemin bagaimana? Dia sudah di temukan?" tanya Jay beruntun, menatap Chanyeol penuh harap.
"..semua masih berusaha--"
"Jaemin belum di temukan?" sela Jay lagi lagi bertanya menyuarakan isi pikirannya.
Jay melirik jam di dinding, pukul 5 pagi. Jaemin belum di temukan dari kemarin?
"Dad, kenapa Jaemin belum di temukan?"
Chanyeol mengusap punggung sang putra, "Jay tenang dulu, jangan panik. Jaemin akan segera di temukan."
"Tapi sampai sekarang dia belum di temukan!"
Rose terbangun mendengar seruan Jay, ia menyugar rambutnya, menatap bingung pada Chanyeol yang kini menghela nafas kasar.
"Jay--"
"Aku mau Jaemin di temukan secepatnya!"
"Jay tenangkan diri mu!" Chanyeol menatap putranya lekat, memegang kedua bahu Jay yang kini terdiam.
"Kamu baik baik saja? Ada apa? Katakan pada daddy, apa emosi mu tak stabil? Atau kamu mendengar sesuatu?"
Jay menarik nafas dalam, padahal ia yakin teriakannya tadi bisa mengusir keributan di kepalanya, ternyata tidak..
"Aku mau bertemu kak Chen," bisik Jay pelan. Jay--lebih nyaman berbicara langsung dengan psikiater tersebut..
"Baiklah, biar mommy hubungi."
"..tapi aku serius soal Jaemin, temukan dia secepatnya."
__________________________
"Bagaimana?"
Mingyu menggeleng, "Saya yakin pelakunya dari Group Baek. Tapi--lokasi tentu nya belum di temukan, kita juga tak bisa langsung asal menuduh dan mendatangi pimpinan Baek."
Rean meraup wajahnya kasar, "Haah sialan, kemana mereka membawa putra ku?!"
"Kami akan berusaha menemukan tuan muda secepatnya, ada 4 lokasi yang kami curigai, kami akan menyelidiki ini lebih lanjut."
___________________________
Chen tersenyum, membiarkan Jay berusaha menenangkan dirinya.
"Tak apa, santai saja, kenapa bersikap seperti takut begitu? Padahal wajah om kan tampan," canda Chen.
Jay menghela nafas gusar, "Aku baik baik saja om, hanya--yaah sedikit kacau."
"Seharusnya aku tak takut, seharusnya aku percaya pada daddy, tapi--bagaimana ini?! Setiap melihat kakek aku selalu takut, aku tetap tak bisa lupa walau sudah bertahun tahun, aku harus bagaimana?!"
Jay mengacak rambutnya kasar, berusaha meredakan ribut yang kian memenuhi kepala. Juga takut yang rasanya kian besar walau sudah bertahun tahun lewat.
"Kamu masih takut sendirian?"
Gelengan Jay berikan pada Chen, "Aku sudah bisa tidur sendiri sejak masuk SMA."
"Kamu mematikan lampu kamar?"
Jay meringis, "..tidak, itu mengerikan."
"Ingatan dulu masih jelas?"
"Tentu, bagaimana caranya supaya lupa? Apa aku harus membenturkan kepala ku sampai aku lupa ingatan?" Jay bercanda, setengah bercanda maksudnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGER
Teen Fiction"Aku Jay, Jay Park" "Lee Jaemin" _______________ Bisnis, musuh, pewaris, pertemanan, semuanya menjadi satu. Pergi dari penderitaan lain menuju penderitaan lainnya, lantas Jaemin tak pernah menyangka akan menemukan seseorang yang benar benar mengulur...