Matt menarik tangan Jaemin, tersenyum pada Mingyu yang berdiri di samping mobil, "Dia akan kembali ke apart ku, aku akan menghubungi tuan Lee."
Jaemin mengerjap, membalas tatapan lekat Mingyu dengan takut sebelum memilih menunduk, pria itu kenapa menyeramkan sekali sih?! Jaemin jadi terus terbayang dengan adegan berdarah..
"Baiklah, jangan lupa menghubungi tuan Lee."
Lantas dengan begitu, Mingyu kembali masuk ke mobil dan melaju pergi dari sana, meninggalkan Matt yang kini tersenyum dan menoleh pada Jaemin.
"Ayo pulang," ajak nya dengan suara lembut seperti biasa.
"Apart mu?" tanya Jaemin tak yakin, atau maksud nya apart Jay?
"Apart ku, atau mau ke rumah sakit dulu?"
Jaemin menggeleng, "Tak perlu, aku baik baik saja."
_________________________
Xiumin sontak tersenyum lebar, "Wah benar! Cepat hubungi Mingyu, aku punya cara!"
"Astaga Rean, ternyata aku akan memberi mu kematian yang mudah," bisik Xiumin pelan.
"Tapi tak apa, neraka menunggu mu."
"Neraka juga menunggu om, bersama dengan sampah sampah yang om bunuh itu," celetuk Eric malas.
"Benarkah? Kalau begitu aku akan pergi bersama mu, kau yang melakukan semuanya selama ini," balas pria itu tanpa beban.
"Yayayaya, terserah saja, kalau begitu aku pergi, tangkap!"
Xiumin dengan kelabakan menerima botol kecil yang Eric lempar, "Dasar! Kenapa anak anak muda ceroboh begini, sih?"
"Om yang sudah tua memang tak akan paham!"
Eric kembali muncul di pintu yang tadi sudah ia tutup, "Terlebih karena om juga tak punya anak sih, jadi makin tak paham."
"Woah, kurang ajar sekali anak itu!"
____________________________
Matt yang sedang membalas pesan Allen menoleh, mendapati Jaemin tidur dengan nafas terengah dan lirihan pelan yang terdengar ketakutan.
"Jaemin?" Matt menepuk pelan pipi lelaki itu.
"Jaem, bangunlah," ucap Matt khawatir.
"Jaem--"
"Aakh!"
Matt dengan cepat menahan kedua tangan Jaemin dan menekannya ke kasur, mendapati anak itu kini melotot dengan raut ling lung.
"M-matt?"
Jaemin mengerjap, menatap sekeliling dengan takut sebelum kemudian kembali menatap wajah Matt.
"Iya, ini aku. Tenanglah, ada apa?" bisik Matt pelan, kembali menarik diri dan melepas tangan Jaemin setelah yakin anak itu tenang.
"T-tidak, hanya--mimpi b-buruk," jawab Jaemin terbata, berusaha mengatur deru nafasnya sendiri.
Matt menarik senyum, "Tak apa, biar ku ambilkan air hangat--ah maksud ku air dingin, berbaring saja."
Jaemin menurut, membiarkan Matt berlalu keluar dari kamar, netra hazelnya menatap langit langit kamar dengan pandangan kosong.
"Tujuh hari, jika tujuh hari masih seperti ini, biar aku saja yang mati," bisik Jaemin gemetar.
Ia ketakutan, kedua tangannya mencengkram sprei dengan kuat, matanya berkaca kaca, degup jantung nya terdengar amat keras di liputi perasaan cemas dan takut yang tak berujung.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGER
Teen Fiction"Aku Jay, Jay Park" "Lee Jaemin" _______________ Bisnis, musuh, pewaris, pertemanan, semuanya menjadi satu. Pergi dari penderitaan lain menuju penderitaan lainnya, lantas Jaemin tak pernah menyangka akan menemukan seseorang yang benar benar mengulur...