Prolog

4.1K 205 43
                                    


Langit Airlangga, adalah anak kedua dari Hendra Airlangga. Ia memiliki kakak bernama senja dan adik bernama Laut. Langit terlahir cacat sejak lahir, dia tidak bisa berbicara seperti anak pada umumnya. Hal itu yang membuatnya dibenci oleh ayah dan kedua saudaranya.

Meskipun Langit terlahir bisu namun ia tidak idiot, ia bisa sekolah di sekolah umum. Di sana Langit tidak memiliki teman ia selalu dibully. Hampir setiap hari dia dipukul, diludahin dan dicaci maki. Namun Langit tidak pernah menyerah untuk bertahan di sekolah.

Di tengah kekurangannya langit memiliki bakat, ia seorang atlit disabilitas di bidang taekwondo. Ia juga beberapa kali memenangkan perlombaan. Ia pikir ayahnya akan bangga dengan hal itu nyatannya tak peduli seberprestasi apapun dirinya ia selalu dipandang rendah keluarganya karena ia terlahir bisu.

Tak peduli jika ia dibenci oleh ayah dan saudara-saudaranya, ia tetap menyayangi mereka. Langit juga punya impian ia bisa dianggap oleh ayahnya sebagai anak.

Hari itu Hendra dipanggil oleh pihak sekolah, karena Langit-anaknya bertarung dengan temannya di sekolah. Hal itu membuat Hendra marah ia merasa Langit hanya mempermalukan namanya saja di sekolah. Kerjaannya hanya berantam setiap hari. Hendra mengirimi pesan pada anak tengahnya itu. Agar tahu apa yang dia perbuat itu salah. Andai saja bukan karena pesan terakhir istrinya, ia tidak akan sudi untuk bertemu dengan anaknya itu.

Hendra.

- Kamu ayah sekolahin bukan buat berantem!!

- gak usah bikin malu ayah

Langit.

- langit tahu ayah selalu benci sama langit

- tapi langit berantem bukan karena langit sok jagoan atau apa

- langit cuma membela diri, mereka mukul langit duluan langit cuma balas


Hendra.

- liat kakak sama adik kamu, gak pernah bikin masalah di sekolah

- sedangkan kamu selalu saja bikin ayah pusing

- kamu itu harusnya sadar, kamu itu cacat jadi nggak usah kebanyakan gaya berantem segala

Langit.

- ayah nggak bakal rasain gimana rasanya jadi lagit. disaat langit mau membela diri, tapi langit nggak bisa berkata satu kata patahpun. semua orang hanya bisa nyalahin langit

- dunia nggak adil buat langit

- langit tau langit cacat tapi apa salah langit membela diri?

Langit sedih karena ayahnya sama sekali tidak membelanya. Justru menyalahkannya. Padahal perkelahian itu juga bukan keinginan langit. Ia tidak bisa berbicara, maka dari itu ia tidak bisa membela diri, guru-guru lebih mendengar perkataan mereka yang bisa bicara. Ia sama sekali tak diberikan kesempatan untuk membela diri.

Bukan cacian yang ia harapkan keluar dari perkataan ayahnya. Justru ia ingin ayahnya menanyakan apakah ia baik-baik saja? atau apakah ia terluka? Tapi pria itu justru mengatakan kalau tak ingin memiliki anak seperti dirinya.

Air mata Langit mengalir tanpa ia minta. Membaca kata-kata yang ayahnya kirimkan di ponsel hanya membuatnya tambah sedih. Ia merasa sendirian keluarga yang ia kira bisa melindunginya justru sebaliknya malah menghancurkan dirinya. Ia iri dengan orang-orang yang dibela oleh ayahnya. Sedangkan ia tak pernah bisa mendapatkan hal itu. Karena ayahnya benci dengan ia yang terlahir cacat seperti ini.

Hendra.

-Kamu jadi anak bisa nurut dikit? nggak usah bantah, kalau ayah tahu kamu berantem lagi kamu nggak akan ayah kasih uang jajan

- bukan hanya itu ayah bakal sekolahin kamu lagi di SLB. kamu itu cacat apa gunanya juga sekolah?

- Kamu mau punya impian setinggi apapun juga percuma. Orang yang jelas normal aja kadang nggak bisa gapai impiannya apalagi kamu yang cacat.

Perkataan terakhir ayahnya begitu menyakiti hatinya. Langit benar-benar dipatahkan oleh ayahnya sendiri. Ayahnya lagi-lagi merendahkannya dan menganggap jika dirinya tak pantas untuk bermimpi. Padahal ia sekolah di sekolah umum agar ia bisa lebih berkembang, tapi ayahnya malah menganggapnya sebagai aib dan ingin mengembalikannya di SLB. Ia hanya ingin seperti anak-anak pada umumnya punya kehidupan yang normal meski ia tak bisa berbicara. Apakah itu hal salah? Walau ia kesepian di sekolah tapi melihat interaksi mereka membuat hati Langit senang.

Andai ia bisa berbicara, ia ingin sekali mengatakan ini pada ayahnya.

"Salah, ya, ayah, orang cacat seperti langit punya mimpi?"

"Langit juga nggak pernah minta terlahir cacat seperti ini, langit juga mau hidup normal seperti yang lain."

***

Ada yang mau lanjut?

spam next di sini!!!

Langit juga anak ayah | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang