Berapa harga yang harus aku bayar? Agar aku memiliki keluarga yang sayang aku.
****
Perut Langit kelaparan. Ia turun dari tangga. Ia memiliki persediaan mie instan. Ia bersyukur akan hal itu. Ketika ia turun rumah terasa sepi. Sekarang sudah pukul sebelas malam. Sepertinya sudah pada tidur. Langit juga tidak ingin tahu, mereka habis bersenang-senang di luar. Ia tahu mereka makan malam bersama tanpa mengajaknya bahkan tidak membawakan makanan padanya. Bahkan tak ada satupun makanan yang tersisa untuknya.
Langit tersenyum getir. Padahal ini hari ulang tahunnya. Namun rasanya sama saja seperti hari biasanya. Tidak ada yang spesial di hari kelahirannya. Langit mencoba untuk tidak menghiraukan itu, ia memilih untuk fokus memasak mie instans di atas kompor. Selesai memasak, ia membawa mangkuk berisi mie rebus tersebut ke kamar. Ia lebih suka makan di kamar, dari pada makan di ruang makan seorang diri.
Kadang ia memikirkan bagaimana rasanya bisa makan bersama di meja secara utuh. Apakah ia bisa merasakan hal itu? Langit kira itu hanya mimpi. Ia duduk di kursi dan menaruh piring di meja belajar. Ia makan sambil main ponsel. Saat itulah ia mendapatkan sebuah pesan dari Senja. Langit tak berpikir dua kali untuk membalas pesan dari kakaknya itu.
Senja.
Sebenarnya ayah butuh donor jantung, dokter lagi cari tapi belum ketemu yang cocok
Langit
Separah itu penyakit ayah?
Senja.
Iya, ayah sekarang lagi berjuang unuk hidup tapi dia gak pernah kasih tau ke anaknya tentang rasa sakit dia.
Membaca pesan yang dikirim Senja membuat Langit sedih. Sejahat-jahatnya ayah dengan dirinya. Waktu tau ayah sakit bahkan mau kehilangan nyawanya aja bisa membuat Langit menangis. Air mata Langit jatuh membasahi wajahnya. Padahal ia sedang makan begini. Seharusnya ia menangis karena tidak dipedulikan ayahnya di hari ulang tahunnya. Tadi saja ayahnya tak sudi membalas pesannya dan mengucapkan ulang tahun tapi bisa-bisanya ia menangisi ayahnya karena umurnya tak akan panjang. Ia masih belum mau kehilangan ayahnya. Ia belum pernah merasakan bagaimana di sayang oleh ayah.
Lo bego Langit?! Apa yang lo tangisin dari ayah lo yang kejam itu? Emang dia pernah peduli sama lo? Lo masuk rumah sakit aja dia malah nyumpahin lo buat mati. Sadar Langit. Kamu bukan siapa-siapa. Kamu cuma sampah buat ayah kamu.
Langit.
Kak, kalau ayah pengen gue mati, tolong jantung gue donorin buat ayah.
Senja.
Langit lo jangan ngomong sembarangan, lo gak akan mati, okay?
Hidup lo masih panjang, lo masih punya masa depan dan impian lo.
Langit.
Gue udah terlalu sakit, kak. Kayaknya mati adalah pilihan.
Lo gak usah peduli sama hidup gue. Bahkan lo aja gak tau kan hari ini adalah hari ulang tahun gue?
Kata-kata terakhir yang Langit kirim pasti sangat memojokkan Senja. Langit memang sengaja mengatakan itu pada Senja. Agar kakaknya itu sadar diri. Kalau memang peduli dengan adiknya ini seharusnya dia juga ingat dengan hari ulang tahunnya. Minimal mengucapkan selamat ulang tahun. Gak perlu kado, langit gak butuh hal itu. Ia cuma mau tahu apakah keluarganya atau saudaranya ingat dengan dirinya.
Jadi selama ini ia bukan dianggap saudara, ya?
Senja.
Maaf Langit.
Langit.
Lo lupa, kan? Hari ini gue ulang tahun.
Padahal gue selalu ingat kalau lo ulang tahun.
Setelah membaca pesan itu Langit mematikan ponselnya. Ia lebih memilih untuk melanjutkan makannya yang tertunda. Langit menghembuskan napas, apa ia harus mendonorkan jantung miliknya agar sang ayah mencintainya?
Selesai makan Langit membuka buku diary-nya. Seperti biasa ia mencoba untuk menulis sesuatu. Hari ini benar-benar merasakan sakit. Hingga napasnya terasa sesak. Bahkan disaat makanpun ia tak bisa merasakan bahagia. Banyak yang bilang kalau makan akan membuat perasaaan lebih baik, justru disaat makan ia makin sedih, karena selalu makan sendirian.
Keluargaku yang orang-orang kira utuh ternyata menyimpan luka
Namun aku sudah terbiasa dengan hal itu dari kecil
Utuh bukan berarti cemara
Utuh bukan berarti saling melengkapi
Kehadiranku tak pernah dianggap
Rumah yang seharusnya jadi tempat paling nyaman untuk istirahat,
Justru sebaliknya rumah ini hanya menjadi sebuah tempat singgah
Langit sadar ia hanya punya dirinya sendiri sekarang. Bukan karena kekanak-kanakan ingin diingat hari ulang tahunnya. Hanya saja ia hanya berharap ada yang mengingat dirinya. Ia juga bagian dari keluarga bukan? atau namanya hanya pajangan saja di kartu keluarga.
***
Gimana perasaan kalian baca cerita langit?
menurut kalian bagus atau nggak?
aku lanjut atau berhenti aja?
tolong like dan komen ya bantu aku biar aku semangat nyelesain naskah ini
makasih semuanya yang udah baca
Follow instagram aku wgulla_ yaaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit juga anak ayah | Tamat
Teen Fiction"Gue gak pernah minta dilahirin, di dunia." -Langit. "Anak ayah bukan hanya Laut dan senja saja, tapi yang ayah sayang hanya mereka, langit juga nggak pernah minta untuk terlahir cacat." Langit seorang anak disabilitas yang tidak bisa berbicara, mem...