Anak tak pernah minta apapun dari orang tua. Mereka hanya ingin diapresiasi
Atas prestasi mereka sekecil apapun itu pencapain sang anak.
Seharian Langit habiskan dengan Michell. Mereka berkencan di mall. Langit ingin melakukan hal-hal yang sering orang lain lakukan dengan pacarnya. Ia melihat semua itu di tiktok. Ia ingin membahagiakan Michelle kekasihnya itu. Ia suka sekali melihat senyum Michelle di sepanjang hari. Ia merasa bahagia. Tidak salah ia mengajak Michelle berkencan. Biasanya ia hanya membawa Michelle ke taman atau pantai.
Mereka mulai dengan menonton bioskop. Lalu bermain di time zone dan pergi ke miniso untuk membeli hadiah. Langit sadar selama ini hanya Michelle yang memberikannya hadiah ia tak pernah memberikan apapun.
Setelah itu mereka makan di salah satu kafe. Michelle duduk di depan Langit sambil memeluk boneka di pelukannya. Ia senang sekali karena Langit nampak sangat lembut hari ini. Tadi mereka sudah memesan kepada pelayan, tinggal menunggu makanan mereka jadi.
"Makasih lho tadi beliin aku boneka. Gak expect aja kamu yang cuek bisa sweet banget." Michelle mengatakan itu dengan antusias. Ia menatap Langit dengan binar yang terang.
'Kamu suka?' balas Langit dengan bahasa isyarat.
"Suka banget, hari aku bahagia sekali bisa jalan berdua sama kamu. Makan bareng, nonton bareng, foto bareng, sama ini juga akhirna bisa pakai gelang couple." Michelle dengan bangga menunjukkan gelang couple milik mereka. Tadi ia terkejut ketika Langit berniat mau membeli gelang itu. Ia pikir Langit orang yang tidak suka hal-hal seperti ini.
"Tapi Langit, aku gak enak, soalnya kamu full traktir aku tadi. Takut kamu gak ada uang. Aku tau keluarga kamu mereka sama kamu...." Michelle mengatakan itu dengan sedih. Ia tahu prihal ayah Langit yang tidak memberikan Langit uang. Hal itu yang membuat Langit harus bekerja keras.
'Gak usah khawatir. Aku baru gajian dan dikasih lebihan. Kata pemilik toko buat jajanin pacar.'
Mengetahu hal itu membuat Michelle tertawa kecil. Langit begitu menggemaskan. Mau traktir aja segala pakai alasan di suruh pemilik toko tempat dia bekerja. Langit masih sama jaimnya.
"Tapi itu hasil kerja keras kamu."
'Yang aku kasih ke kamu itu gak seberapa kayak orang-orang. Aku cuma mau jadi pavar yang baik. Besok aku mau berangkat turnamen. Makannya aku berusaha bahagiain kamu sebelum aku pergi.' Langit menulis hal itu di kertas.
Ada rasa haru membacanya. Hal itu membuat Michelle semakin sayang dengan Langit. Ia bangga memiliki kekasih seperti Langit. Ada sedihnya juga ketika tahu kekasihnya akan pergi. Namun ia mendoakan untuk Langit mendapatkan hasil yang terbaik.
"Makasih sayang, semangat buat lombanya, semoga kamu menang."
"I love you More, Michelle." Langit berterima kasih pada Michelle telah memberi warna di hidupnya yang hitam dan putih ini. Ia merasa dicintai disaat orang-orang menjauh dari hidupnya. Ia hanya punya Michelle saat ini. Orang yang selalu ada untuknya.
Melihat itu Michelle semakin bahagia. Kata cinta pertama yang Langit ungkapkan untuknya. Ia bahagia sekali.
****
Lelah sekali setelah berkencan dengan Michelle. Mereka pulang naik bus. Kadang Langit merasa tidak enak. Karena ia tidak bisa mengantar Michelle pulang menggunakan kendaraan seperti orang-orang. Andai ia punya motor. Langit hanya bisa tersenyum, hidup kadang tak adil. Namun ia sudah bersyukur diberikan kehidupan seperti ini.mungkin cara tuhan untuk membuatnya terus bersyukur.
Di rumah sepi sekali tak ada orang satupun. Hal itu membuat Langit tersenyum kecil. Pasti keluarganya pergi keluar. Setiap hari akan selalu begitu. Lebih baik ia siap-siap untuk keberangkatannya besok pagi. Ia akan berangkat subuh. Mengingat tiket pesawat terbangnya berangkat pukul 7. Jadi pukul 5 ia harus berada di bandara. Agar tidak telat.
Ia ingin pamit kepada ayahnya namun ayahnya tak ada di rumah. Lebih baik ia mengirim pesan pada sang ayah. Paling tidak ia masih ingat kalau ia punya ayah. Ia juga berharap kalau ayahnya akan mendukung dan mendoakannya. Meski itu tidak mungkin. Sangatlah mustahil untuknya.
Langit
- Ayah langit pamit besok mau berangkat ke Bali.
- Langit mau ikut turnamen taekwondo. Doain Langit ayah biar menang
- Maafin Langit kalau selama ini Langit jadi anak ayah belum bisa menuhin semua ekspetasi ayah dan belum bisa balas budi ayah
Langit pikir ayahnya akan membalasnya ternyata salah. Pesannya hanya dibaca saja. Hal itu membuat Hati Langit sakit. Hatinya seperti ditusuk belati. Tanpa sadar ia menangis. Rasanya tidak adil sekali. Ia tidak pernah minta apa-apa pada sang ayah. Ia hanya minta didukung dan didoakan.
Boro-boro didoakan atau diapresiasi atas apa yang ia lakukan. Ayahnya tak pernah bangga dengan hal apapun yang ia lakukan. Hal itu membuat Langit sedih. Ia merasa seperti tak berguna menjadi seorang anak. Begitu benci kah sang ayah padanya? Apa ia terlalu terlihat buruk di mata ayahnya. Hingga tak pantas untuk didukung.
Air mata Langit mengalir membasahi wajahnya. Ia terduduk di lantai. Pakaian yang ia ambil di lemari berjatuhan di lantai. Tangannya terasa lemas. Padahal tadi ia sudah bahagia bersama Michelle, namun ketika sampai rumah ia malah menjadi sedih. Rumah ini tak pernah membuatnya nyaman, justru rumah ini sarang akan luka. Setiap sudut rumah ini bisa membuatnya menangis. Ia merasa kalau ini bukan rumah tapi neraka.
'Langit lo harus kuat, lo gak boleh sedih.' Langit berusaha untuk menguatkan diri. Ia tidak boleh lemah. Besok ia mau berjuang untuk meraih impiannya. Kalau ia terus terpuruk seperti ini maka kehidupannya tidak akan berubah. Ia akan terus diremehkan dan dikucilkan. Ia ingin membuktikan pada orang-orang kalau ia berharga.
'Sekarang gue harus fokus, gue harus menang.'
****
Spamm next untuk lanjut
suka gak?
mau ditamatin gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit juga anak ayah | Tamat
Fiksi Remaja"Gue gak pernah minta dilahirin, di dunia." -Langit. "Anak ayah bukan hanya Laut dan senja saja, tapi yang ayah sayang hanya mereka, langit juga nggak pernah minta untuk terlahir cacat." Langit seorang anak disabilitas yang tidak bisa berbicara, mem...