Penyesalah paling menyakitkan adalah kehilang seseorang yang kita sia-siakan kebaikannya disaat ia masih hidup.
Hendra masuk ke dalamkamar Langit. Ketika ia berada di dalam. Ia merasakan hampa dan sepi. Ia jadi membayangkan betapa menderitanya Langit selama ini di kamar seorang diri. Hendra menyesal dari dulu selalu menyalahkan anaknya itu. Ia tidak pernah memberikan anaknya itu kesempatana untuk mengutarakan isi hatinya.
Bahkan bodohnya semua kesalahan yang dilakukan oleh Senja dan Laut harus ditanggung oleh Langit. Hanya karena anak itu tidak bisa berbicara dan membela diri. Ia jadi mengucilkan anak itu dan menindas anak yang tidak pernah bersalah itu.
"Maafin ayah Langit."
Lalu Hendra melihat ke arah meja belajar milik Langit. Di snaa ada sebuah kotak lalu ia membukanya. Ternyata berisi uang dan ada kertas di dalamnya. Kertas tersebut bertuliskan 'Uang untuk balas budi kebaikan ayah, Semangat kerja, Langit.'
Tanpa Hendra sadari air matanya keluar. Hendra menangis membaca surat itu. Sesak sekali pernapasannya. Ia jadi teringat pertengkaran terakhir mereka. Di mana ia memukul Langit dan mengatakan kalau anak itu durhaka dan belum bisa membalas budi. Ia menyesal telah mengatakan itu pada Langit.
Meski ia mara karena anak itu balas memukulnya waktu itu. Ia rasa ia pantas mendapatkan pukulan dari Langit itu. Orang tua macam apa dirinya. Ia sama sekali tak pernah memperlakukan Langit sebagai seorang anak.
Hendra tak dapat berkata-kata lgi. Napasnya sesak sekai. Ia merasa gagal menjadi seorang ayah. Bahakna sebelum kematian anak itu. Ia selalu memberikan kesan buruk. Ia tidak mengucapkan selama ulang tahun, ia tidak memberikan hadiahh, dan ia juga tidak mendoakan anaknya yang sedang ikut turnanem itu. Ia malah tak pernah membalas pesannya hanya ia baca saja.
Hendra pantas untuk dihukum atas semua yang telah ia lakukan pada Langit. Ia terlalu buta oleh kebencian hingga ia membenci anaknya sendiri. Padhaal ia tahu kalau Langit itu cacatt butuh orang-orang yang mendampinginya. Tapi apa yang ia lakukan, ia menyuruh keluarga ini untuk menjauhi Langit dan tak menganggap kehadirannya.
"Nak jangan tinggalin ayah, kamu masih hidupkan?"
"Ayah janji akan jadi ayah yang baik."
"Ayah gak akan mukul langit lagi."
"Langit sayang ayah, kan? Pulang, ya."
Hendra menangis sambil mengatakan itu. Ia memeluk pigura foto yang bergambar anaknya itu. Terlihat tak ada senyum di sana tanda bahwa tak pernah ada kebahagiaan di hidup anaknya itu.
Hendra menyesal sangat menyesal rasanya ia tak mampu lagi untuk bernapas. Ia tak pantas disebut sebagai ayah.
****Laut ketika melihat bahwa kakaknya Langit benar-benar telah meninggal hanya bisa menangis di dalam kamar. Ia ingat kebaikan kakaknya itu. Kakaknya itu memberikan hadiah ulang tahun, menolongnya ketika dibully dan selalu menyapanya. Sedangkan diirnya ketika kakaknya di pukuli ayahnya, ia hanya bisa melihat tanpa bisa membelanya. Ia merasa bersalah telah jahat selama ini pada Langit. Ia menyesal pernah melakukan hal itu. Andai waktu bisa diulang. Ia akan melindungi kakaknya itu.
"Kak, maafin Laut. Laut selama ini selalu diam, kalau kakak dimarahin ayah. Kakak pulang yuk, ayah udah gak marah lagi sama kakak. Ayah nyariin kakak. Laut sayng kakak, laut masih kakak anggap adikkan?" Laut mengatakan itu sambil memeluk foto Langit. Ia berharap kalau semua yang terjadi sekarang hanyalah mimpi.
"Kak bahkan disaat lo ulang tahun. Gue gak ngucapin, sedangkan lo ngasih gue kado, padahal lo gak dapat uang jajan dari ayah. Gue nyesel kak belum sempet ngucapin selamat ulang tahun di hari ulang tahun lo yang terakhir dan gue gak pernah ngasih lo kado. Bodoh banget gue. Kenapa gue gak pernah peka sama lo? Maafih gue kak... gue pantes lo benci seumur hidup."
Laut frustasi setengah mati. Ia seperti kehilangan hidupnya. Ketika tahu kakaknya tiada. Ternyata benar penyesalan paling menyakitkan itu adalah kehilangan seseorang yang kebaikannya selalu kita sia-siakan ketika dia masih hidup.
****
Begitu dengan Senja. Ia merasa bersalah, karena semua akar kemarahan sang ayah pada Langit adalah berasal darinya. Karena ia Langit harus dibenci seumur hidup oleh ayah. Karena dirinya Langit harus dipukul dan diperlakukan layaknya hewan oleh ayahnya. Bahkan ia menghasut adiknya untuk ikut membenci Langit.
Padahal ia seorang kakak, seharusnya ia sebagai seorang kakak tidak mengadu domba. Ia merasa bersalah, apalagi waktu tahu Langit benar-benar mati. Jasadnya tidak sadarkan diri. Bahkan tak ada napas lagi di sana. Hanya wajah pucat dengan senyum di bibir. Apakah sebahagia itu Langit meninggalkan mereka.
Senja tersenyum pahit. Ia rasa Langit lebih bahagia dari pada harus hidup bersama keluarga jahat. Ia yang jahat. Ia kakak yang tidak berguna. Ia bukan kakak yang bisa menjaga adik-adiknya.
"Maafin gue Langit. Gue gak pernah bisa jadi kakak yang baik. Gue selalu adu domba lo sama ayah. Padahal gue yang salah. Gue nyesel sekali." Senja menangis dengan terisak rasanya ia bingung harus apa. Ia belum sempat minta maaf dan memberitahu tentang kesalahannya. Bagaimana caranya minta maaf pada orang yang sudah meninggal?
Senja rasa ia akan hidup dengan bayang-bayang rasa bersalah seumur hidup. Dosanya sangat besar dan bahkan tak termaafkan. Kenapa ia bisa sejahat itu pada Langit adiknya sendiri?
Bisakah ia berharap Langit kembali? "Kita masih keluarga, kan? Balik ya Langit. Kita butuh lo."
Meski itu adalah hal yang tidak mungkin terjadi. Sejatinya sesuatu yang telah mati tidak akan bisa kembali lagi. Senja hanya bisa menangisi perbuatannya. Apakah kata maaf cukup untuk mengobati semua rasa sakit yang dialami Langit selama ini?
****
Gimana suka?
spam next untuk lanjut
sepi sekali ya cerita ini
sebentar lagi mau tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit juga anak ayah | Tamat
Ficção Adolescente"Gue gak pernah minta dilahirin, di dunia." -Langit. "Anak ayah bukan hanya Laut dan senja saja, tapi yang ayah sayang hanya mereka, langit juga nggak pernah minta untuk terlahir cacat." Langit seorang anak disabilitas yang tidak bisa berbicara, mem...