Ending

946 93 25
                                    


Hendra tak mengira kalau Langit anaknya akan benar-benar pergi meninggalkannya. Ia ingin sekali minta maaf tapi apa daya, apa Langit masih mau memaafkan drinya. Ia tak layak disebut seorang ayah.

Hari ini pemakaman Langit. Tubuhnya terasa lemah melihat anaknya itu, tak bisa berbuat apapun selain diam dan menutup mata. Raganya mungkin bersamanya tapi jiwa anaknya itu diambil Tuhan.

Tiba-tiba Rissa wali kelas Langit menghampiri dirinya.

"Maaf Pak, ini saya mau memberikan uang. Ini bukan uang belasungkawa tapi uang karena anak bapak berhasil mendapatkan mendali emas di turnamen tingkat nasional. Andai Lanit masih hidup pasti dia bisa mewakili Sekolah ke Jepang untuk pertandingan tingkah internasional."

Mendengar itu membuat hati Hendra tergores. Anak sepintar ini tak pernah ia puji. Malah ia bandikan dengan Senja. Langit anaknya berprestasi kenapa dulu ia tak pernah bangga. Hendra tanpa sadar menangis.

Terlambat semua yang telah terjadi hanya bis ia sesali. Selama ini ia tidak pernah memperhatikan anaknya itu. Ia selalu memukul, memaki dan menghinanya. Tidak pernah ada kasih dan sayang di dalamnya.

"Ayah," panggil Senja pada Ayahnya.

"Jangan ganggu ayah untuk sementara waktu. Ayah lagi tidak mau bicara ama kalian."

Rasanya sulit untuk memaafkan. Ia kecewa terhadap Senja. Padahal ia selalu memuji anak pertamanya itu. Namun nyatanya Senja sejahat itu pada adiknya. Senja selalu mengadu domba dan membebankan Langit atas kesalahan yang dia perbuat.

Kenapa ia bisa mendidik anak menjadi seperti ini?

****

Tak jauh di sana ada beberapa temen sekalas Langit yang ikut pemakaman. Mereka Letta dan Michelle. Sedari tadi Michelle tak henti menangis, karena harus kehilangan kekasihnya. Padahal seharusnya Langit pulang sambil memeluknya bukan memeluk Tuhan. Pantas saja waktu itu Langit bilang rindu mamanya, jadi ini maksudnya. Air mata Michelle tak henti keluar.

Letta yang melihat itu langsung memeluk sahabatnya memberikan kekuatana.

"Gak nyangka ternyata Langit beneran jadi korban."

"Aku juga gak percaya kalau Langit bakal pergi secepat itu. Padahal dia bilang kangen sama aku. Dia bilang mau ketemu aku. Dia udah janji mau kasih mendali dia ke aku." Michelle mengatakan itu sambil menangis. Ia ingin memeluk kekasihnya. Andai ia tahu Langit akan berakhir seperti ini. Lebih baik ia tak menyuruh Langit pulang buru-buru. Michelle menyesal akan hal itu.

"Yang sabar Michelle. Udah jalannya Langit seperti itu."

"Tapi Letta, selama dia hidup dia gak pernah bahagia. Dia selalu menderita."

"Kata siapa? Dia juga bahagia kok, dia bahagia ada kamu yang selalu nemenin dia."

"Andai kamu tahu betapa menderitanya Langit di sekolah dia dibully dan di rumah dia dibenci ayah dan saudaranya. Dia gak punya siapa-siapa. Aku cuma pengen dia tahu kalau dia gak sendirian dia punya aku."

"Iya, Michelle. Lo udah berhasil kok. Lo udah berhasil bikin hidup dia bewarna. Gue jujur nyesel selalu diam aja waktu liat Langit dibully. Lo beruntung Michelle, bisa kasih dia kebahagiaan sedangkan orang-orang yang udah nyakitin dia pasti mereka cuma bisa menyesal."

****

"Ayah Langit menang, Langit bisa dapat mendali emas. Ayah banggakan punya anak kaya Langit." Begitulah batin Langit berbicara.

Langit berada di pesawat. Ia akan pulang menuju Jakarta. Ia tak sabar untuk bertemu Michelle kekasihnya. Ia ingin memberikan mendali emas pada Michelle.

Tadi ia diantar oleh pembimbingnya sampai bandara sedangkan pembimbingnya mash ada acara di Bali. Langit juga tak masalah pulang sendiri. Ia duduk di kursi pojok pesawat. Ia memandang ke luar jendela. Terlihat luat dari jendela.

Setiap ia melihat pantai atau Laut ia jadi teringat mamanya. Andai mamanya masih hidup pasti bagga melihat kemenangannya. Pasti ia akan dipeluk dan dipuji.

Perihal ayah dan saudaranya. Langit tak mau berurusan lagi. Ia mau fokus dengana pa yang membuatnya bahagia. Jujur kemanangan yang ia rasakan membuat hatinya bahagia. Paling tidak dari semua rasa sakitnya Tuhan masih memberikan rasa bahagia. Itu tandanya tuhan tidak jahat padanya.

Namun ia lebih bahagia lagi, kalau misal ayah dan saudaranya mengucapkan selamat kepadanya.

Langit rasa itu tidak mungkin. Kemudian ia memejamkan mata untuk tidur. Di pertengahan tidurnya, ia terbangun. Pesawat yang ia tumpangi bergoyang dan terbang tak terkendali. Telrihat dari jendela cuaca yang gelap dan berkabut.

Entahlah mendengar suara panik orang-orang dan beberapa pramugari membuat Langit tak bisa melakukan apapun. Ia hanya bisa pasrah ketika pesawat hancur dan jatuh ke dalam lautan. Mungkin ini jalan hidupnya. Paling tidak ia pernah merasakan kebahagian sedikit.

Hanya saja ia merasa sedikit bersalah pada Michelle, ia tidak pernah mengatakan cinta pada gadis itu. Ia hanya bisa berdoa kelak Michelle diberikan lelaki pengganti dirinya. Dan satu lagi ia belum pernah merasakan bagaimana rasanya disayang ayah, andai ia diberikan kesempatana hidup lagi. Ia ingin ayahnya menganggapnya ada dan mencintainya.

"Ma, Langit ikut Mama aja, ya."

Langit udah bertahan sekuat tenaga. Mungkin Tuhan udah tahu kalau ia lelah. Makannya Tuhan manggil dirinya.

"Maaf Michelle gue pergi dulu, gue cinta sama lo, lo bahagia di sana, ya."

Langit juga gak punya alasan untuk hidup lagi. Ia hanya ingin disayang ayah tapi hal itu terlalu mewah dan mahal untuk ia dapatkan. Ia juga tak pernah benar-benar punya keluarga atau rumah untuk pulang. Michelle memang selalu bilang kalua dia mau jadi rumah untuk dirinya. Tapi rumah yang ia inginkan bukan itu.

Rumah yang Langit inginkan rumah keluarga. Jadi anak yang disayang ayah dan punya saudara yang sayang padanya.

"Maafin langit ayah, kalau langit gak bisa jadi anak yang seperti ayah inginkan. Langit pergi dulu, ya." Langit mengatakan itu dari lubuk hatinya sebelum kegelapan merengut dirinya selama-lamanya.


****

Terima kasih udah baca cerita ini, jujur aku gak pede nulis cerita ini, karena ada editor novel yang bilang cerita ini gak layak terbit dan jelek. awalnya gak mau aku lanjut tapi aku berusaha untuk aku akhiri, entah nanti jadi novel atau tidak aku tidak peduli, paling tidak aku mau membuktikan kalau aku berhasil nulis cerita ini sampai selesai tak peduli ada yang menghina tulisan ini. Kalian adalah alasan aku mau menamatkan cerita ini, meski harus banyak tangis di dalamnya. Novel ini hasil dari sakitku karena ada beberapa orang yang meremehkan aku.


semoga suka ya

love youuu


Gullla

istrinya Jeno


Langit juga anak ayah | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang