Walau ayah benci aku, suka pukul aku, tapi ngeliat ayah sakit juga bikin aku sedih.
Bel pulang sekolah, ketika Langit hendak bangkit dari kursi keluar dari kelas. Michelle menghadang dirinya. Langit menaikan alis, ia merasa gadis satu ini memang aneh, punya cara unik sekaligus menyebalkan setiap mendekatinya. Langit menatap gadis itu seakan minta kejelasannya untuk apa ia ditahan seperti ini.
"Kamu bisa main gitar? Aku liat di story WA kamu." Michelle menunjukkan story whats app Langit yang sedang bermain gitar. Michelle kagum ternyata Langit bisa bermain gitar. Jadi ia tak salah kalau meminta Langit satu kelompok dengannya. Ia tidak salah orang.
"Iya, kenapa?" balas Langit dengan menggunakan bahasa isyarat. Bersama Michelle ia jadi mudah berkomunikasi, ia tak perlu repot-repot menulis lagi.
"Mau satu kelompok seni musik sama aku?" tawar Michelle.
"Gak." Langit menolak dengan mentah-mentah. Ia tak suka ada yang menganggu kehidupannya.
"Kamu memangnya udah dapat kelompok? Aku belum." Michelle masih tidak mau menyerah. Ia tidak peduli dengan beberapa orang yang melihat ke arah mereka. Begitu juga dengan Rafael yang menatap itu dengan iri. Ia benci orang yang ia suka malah mengejar-ngejar si bisu yang sering ia bully hanya untuk bisa satu kelompok.
Langit merasakan hal itu. Ia merasa ini salah. Michelle tidak boleh terlalu dekat dengannya. Nanti anak-anak akan ikut membencinya. Michelle harus menjauh dari hidupnya.demi kebaikan gadis itu.
"Gue sendiri aja, biasanya juga sendiri. Mending lo cari kelompok lain aja."
"Tapi aku maunya sama kamu, mau ya satu kelompok sama aku, Pliss." Michelle mengatakan itu dengan memelas. Matanya memandang Langit sedih. Berharap langit luluh.
"Kalau kamu nolak liat aja besok!!" Michelle menantang Langit. Ia akan menggunakan cara apapun agar Langit mau menerimanya. Lihat saja nanti.
"Mau apa lo?"
Langit menggerakan tanganya, lalu menatap Michelle tajam.
"Liat aja nanti, aku bakal bikin kamu nerima aku jadi kelompok kamu."
"Terserah, gue mau pulang."
"Langit jangan sedih-sedih, kalau hati kamu bersedih, maka aku akan datang seperti pelangi sehabis hujan untuk kamu." Michelle tahu kalau Langit sedang sedih tapi tak memiliki teman cerita. Maka dari itu ia menawarkan diri untuk menjadi teman cowok itu ketika Langit merasa sedih. Ia berharap Langit mau berbagi rasa sakit dengannya.
Langit terdiam mendengar kata-kata terakhir Michelle. Ia mengabaikan gadis itu, ia memilih untuk pergi dari pada terus berdebat dengan hal yang aneh. Ia berusaha untuk tidak terbawa perasaan. Ia tidak boleh jatuh dengan kata-kata manis yang dilayangkan gadis itu. Jujur ia merasa aneh, karena baru kali ini ada gadis yang mencoba mendekati dirinya. Namun Langit rasa Michelle hanya penasaran saja. Lagian mana ada cewek yang tulus sama cowok cacat seperti dirinya.
***
Pukul tujuh malam Langit baru pulang dari latihan taekwondo. Tiba di rumah terasa sepi. Langit kira tidak ada orang. Ketika ia ingin menaiki tangga untuk masuk ke dalam kamar. Ia melihat sosok ayanya yang pingsan di dekat tangga.
Langit khwatir, ia langsung menggotong ayahnya. Ia ingin membawa ayahnya ke rumah sakit. Ia tidak bisa membawa mobil jadi ia menelpon taksi. Uang yang dimiliki Langit pas-pasan. Tapi masih cukup untuk membawa ayahnya berobat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit juga anak ayah | Tamat
Teen Fiction"Gue gak pernah minta dilahirin, di dunia." -Langit. "Anak ayah bukan hanya Laut dan senja saja, tapi yang ayah sayang hanya mereka, langit juga nggak pernah minta untuk terlahir cacat." Langit seorang anak disabilitas yang tidak bisa berbicara, mem...