08 - Andai ayah adil sama semua anaknya

743 76 20
                                    


Ayah, aku juga nggak mau terlahir cacat.

Langit masih bersama dengan Michelle di taman. Mereka sedang latihan. Dimulai dari memilih lagu dan mencocokannya dengan petikan gitar Langit. Mereka sudah lebih dari dua jam di taman itu. Langit juga sudah mulai menggelap, matahari sudah digantikan dengan sinar rembulan di angkasa.

"Kamu laper, nggak?" tanya Michelle.

Langit tidak menjawab, tapi perutnya berbunyi. Hal itu membuat Michelle tertawa dengan kelakuan Langit yang jaim. Terlihat sekali kalau Langit itu sangatlah jaim. Lapar saja tidak mau ngaku.

"Aku bawa mochi coklat sama air minum." Michelle mengambil kotak bekalnya dan dua tumbler air seakan-akan ia memang sudah mempersiapkan hal itu.

"Nggak usah malu, makan aja."

Langit mau tak mau memakan mochi isi coklat tersebut. Ketika masuk di mulutnya terasa enak. Perutnya yang tadi lapar, lumayan terganjal.

"Kamu lucu ya, kalau sama aku jangan sungkan. Kita, kan temen?"

Teman? Entahlah Langit masih belum menganggap Michelle sebagai temannya. Lalu ponsel Langit berdering. Ada pesan masuk dari adiknya laut. Langit memilih untuk mengabaikan Michelle dan membaca pesan yang masuk itu.

Laut.

-Kak lo nanti malam di rumah

Langit.

-Iya kenapa?

Laut.

-Ayah entar malam pulang dari rumah sakit, kita rencana mau makan malam di rumah

Langit.

-Kayaknya gue pulang maleman aja.

Laut.

-Jangan gitu kak, kita nggak pernah makan malam bareng berempat

Langit.

-Emang ayah mau liat gue? Yang ada nanti ayah marah-marah karena ada gue.

- Lagipula biasanya kalian makan bertiga tanpa ajak gue

Laut.

-Gimanapun lo anaknya ayah, gue yakin ayah juga bakal seneng liat lo

-Apalagi kak Senja udah bilang ke ayah kalau lo yang nolongin ayah

Langit terdiam membaca pesan terakhir dari Laut. Jadi Senja sudah cerita ke ayah kalau Langit yang bawa ayah ke rumah sakit. Langit kira, Senja nggak akan pernah bilang. Walaupun ayah udah tau tapi kenapa ayah nggak bilang apa-apa di grup atau kepada dirinya. Bukannya Langit tidak ikhlas. Ia hanya ingin diakui anak saja.

Mama, Langit tahu kalau ia tak terlahir sempurna. Langit nggak bisa jadi anak yang bisa ayah banggain. Namun Langit cuma minta biar ayah sadar kalau langit juga sayang ayah. Gimana carany, Ma? Biar ayah sayang sama Langit.

Apa Langit harus mati dulu, Ma? Biar ayah sadar kehadiran Langit.

"Kamu mikirin apa Langit kok sedih?" suara itu menyadarkan Langit dari lamunannya.

"Bukan apa-apa." Langit menjawab dengan bahasa isyarat.

Jawaban Langit tidak membuat Michelle puas. Ia yakin ada yang Langit sembunyikan. Pesan apa yang Langit baca hingga membuat cowok itu sedih. Ia merasa Langit itu rapuh sekali, tapi ditutupin dengan sifatnya yang kasar itu, agar tidak dikasihani orang-orang.

***

"Kak gue naruh kotak obat di depan kamar lo, gue tau kok lo luka bukan karena berantem tapi karena habis latihan taekwondo, kan tadi?"

Langit juga anak ayah | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang