Langit pengen ayah gak pukul Langit, lagi.
Langit baru saja turun dari tangga. Ia hendak makan, hari ini libur. Disaat itu juga ia berpapasan dengan sang ayah.
"Adik kamu di rumah sakit, bukannya jenguk atau nengokin malah di rumah." Ia langsung kena semprot. Langit memang belum sempat pergi ke rumah sakit. Ia baru bangun lagipula ia tidak diberitahu di mana lokasi rumah sakitnya.
"Kamu mau makan? Enak sekali jadi anak kerjaaannya kelayapan pulang malam trus. Di rumah cuma tidur sama makan. Percuma juga ngomong sama anak cacat kayak kamu." Mendengar itu hati langit terluka. Ia mengepalkan tangannya.
"Kenapa natap ayah kayak gitu? Kamu mau mukul ayah? Dasar anak kurang ajar!!"
Ayah langit kemudian mengangkat tangannya, menampar wajah langit tak hanya sekali tapi dua kali, hal itu membuat Langit kesakitan. Sakit sekali rasanya. Apalagi yang memukul adalah ayahnya, orang yang seharusnya jadi pelindung malah menjadi orang yang menyakitinya secara batin dan fisik.
Ayah Langit hendak menampar lagi, namun langit menepisnya. Tak hanya itu ia juga menendang kaki sang ayah hingga sang ayah tergeletak jatuh di lantai. Katakan ia durhaka, tapi ia sudah muak dipukuli terus oleh ayahnya. Ia tahu ia berdosa telah melawan ayahnya. Namun apakah ia juga harus diam saja ketika sang ayah menganiaya dirinya. Serba salah.
"Kamu anak kurang ajar! Durhaka sama ayah!! Mati aja sana ayah nggak mau punya anak kayak kamu." Kata-kata itu sudah menyakitkan buat langit. Ia berlari menaiki tangga lagi. Ia yang tadi kelaparan tak jadi mau makan. Ia memilih mengurung diri di kamar sambil menangis. Langit memeluk dirinya, ada rasa bersalah telah menendang ayahnya tadi. Itu diluar kuasanya. Ia hanya emosi tadi. Ia hanya iri, kenapa disaat laut masuk rumah sakit diperhatikan sedemikian rupa hingga sang ayah tega memukulnya. Berbeda dengan dirinya.
***
Langit mengurung diri di dalam kamar. Pipinya masih terasa sakit bekas tamparan sang ayah. Mengingat ayahnya memiliki penyakit jantung dan tadi ia malah memukul ayahnya membuat Langit bersalah karena membalas pukulan sang ayah.
Langit kemudian mengirimi pesan kepada sang ayah. Meski ia sering dipukuli ayahnya, tapi jiwa bersalahnya sebagai anak yang memukul ayah masih ada.
Langit.
Ayah, Langit minta maaf.
Langit sakit dipukul ayah
Langit cuma gak mau dipukul ayah lagi
Langit juga anak ayah, kayak senja dan laut, langit cuma mau diperlakukan seperti mereka.
Langit cuma iri, karena Langit gak pernah dapatin semua itu sebagai anak
Langit merasa ia menjadi anak yang durhaka. Ia melakukan hal tadi memukul ayahnya karena ia tidak tahan dipukul sang ayah. Seharusnya orang tua sadar gimana sikap anaknya terbentuk itu dari cara mereka memperlakukan anaknya.
'Gue bolehkan iri sama saudara-saudara gue? Gue juga pengen kayak mereka?' Langit menulis hal itu di kertas. Kemarin ia sekarat di rumah sakit, ayah larang buat menjenguknya. Giliran Laut sakit, ia tidak datang menjenguk, ia dibilang tidak perhatian sama keluarga. Mau mati aja rasanya. Padahal ia juga punya hati, tapi kenapa ia tak pernah diperlakukan selayaknya keluarga.
Langit kemudian mengirimi pesan kepada Senja. Karena Senja yang menjaga Laut. Ia ingin tahu bagaimana keadaan adiknya di rumah sakit. Jujur ia sebagai seorang kakak juga khawatir.
Langit.
Kak laut dirawat?
Senja.
Iya, di RS Melati
Langit.
Nanti gue ke sana
Keadaaannya gimana?
Senja
Cuma luka ringan.
Langit.
Cuma luka ringa?
Senja.
Ya, lo gak usah khawatir
Langit.
Haha... lucu banget hidup gue
Cuma luka ringan? Tapi sampai membuat ayah menamparnya dua kali. Langit tertawa miris karena ia jadi pelampiasan sang ayah. Apakah dia pantas disebut seorang ayah? Ia baru ingat kalau ia tak dianggap anak, cuma laut sama Senja. Anaknya lecet sedikit yang diamuk diirnya.
Gara-gara hal bodoh itu, ia sampai mengotori tangannya sendiri untuk memukul orang tua.
Senja.
Lucu kenapa?
Langit.
Gara-gara gue belum jenguk Laut, ayah nampar gue dua kali
Dia nyalahin gue atas apa yang terjadi sama laut,
Lucu kan keluarga ini?
Sedangkan gue yang mau sekarat kemarin,
malah disuruh mati beneran
Senja.
Maafin ayah
Lo tau sendiri sikap ayah kalau emosi
Langit.
Maaf? Gue selalu jadi pelampiasan
Gue selalu maafin ayah, gue selalu minta maaf sama ayah
Tapi dia apa pernah minta maaf atas apa yang dia lakuin sama gue.
Lo gak pernah di posisi gue kak, jadi lo gak tau rasanya
Bukan cuma Laut aja yang dibully di sekolah, tapi gue juga
Gue dibully tapi gue yang dituduh bikin ulah gue dikatain idiot
Gak ada yang bela gue disaat gue gak bisa bela diri gue sendiri, kak
Suatu saat nanti kalau gue bener-bener capek sama keluarga ini,,
Gue bakal pergi bareng mama cuma mama yang ngerti gue.
Selesai mengirimi pesan tersebut. Langit memilih untuk mematikan ponselnya. Ia tidak percaya kalau hidup di keluarga seperti ini. Mereka sangat egois, padahal Laut hanya luka ringan. Sedangkan dirinya kemarin yang dirawat hampir sekarat tidak ada satupun yang merawatnya.
Air maa Langit mengalir, ia memeluk dirinya sendiri. Ia merasa dingin di rumah yang seharusnya hangat ini, tidak ada kasih sayang untuknya sama sekali. Ia ingin sekali bertemu mamanya, ia ingin pergi bersamanya.
"Ma, tolong bawa Langit pergi sama Mama. Langit capek, Ma."
***
Halo semoga sukaaa
part cerita ini memang jarang bahagia soalnya ini cerita angst
siapin tisu
spam next untuk updatee
makasih udah dukung akuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit juga anak ayah | Tamat
Novela Juvenil"Gue gak pernah minta dilahirin, di dunia." -Langit. "Anak ayah bukan hanya Laut dan senja saja, tapi yang ayah sayang hanya mereka, langit juga nggak pernah minta untuk terlahir cacat." Langit seorang anak disabilitas yang tidak bisa berbicara, mem...